Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
‘Saya Gagal Naik Haji dan Uang Saya Hilang‘ – Kisah Calon Jemaah asal Palestina Tertipu Biro Perjalanan Haji Bodong
23 Juni 2024 2:50 WIB
‘Saya Gagal Naik Haji dan Uang Saya Hilang‘ – Kisah Calon Jemaah asal Palestina Tertipu Biro Perjalanan Haji Bodong
Suleiman al-Shaer duduk di kantor Komite Nasional untuk Haji dan Umrah di Arab Saudi. Pemuda Palestina pemegang paspor Mesir ini merasa kecewa dan syok karena telah ditipu oleh biro perjalanan haji yang mengirimnya izin ibadah haji palsu.
Seminggu sebelumnya, Suleiman datang ke Mekah dari Mesir dengan mengantongi visa turis.
Saat mendarat di Mekah, ia menghubungi perusahaan yang menjual paket perjalanan haji di media sosial dengan harga yang menurut Suleiman cukup “menggiurkan”.
Ia berharap bisa mendapatkan izin untuk menunaikan ibadah haji.
Namun, Suleiman tertipu oleh iklan “menyesatkan” yang diunggah oleh perusahaan yang mengeklaim berbasis di Uni Emirat Arab (UEA).
“Saya membayar mereka [perusahaan] 6.000 dirham (setara Rp26,6 juta) untuk mendapatkan izin menyelenggarakan ibadah haji.
“Mereka mengirimkan saya izin dan kode untuk haji. Tapi saya kemudian menyadari saya ditipu karena semua dokumen itu ternyata palsu.”
Artinya, Suleiman tidak bisa menjalankan ibadah haji tahun ini. Ia sudah pasrah dan menerima kenyataan bahwa ia ditipu oleh perusahaan tersebut.
Ia mengaku tidak bisa mendapatkan kembali biaya haji yang telanjur ia transfer karena perwakilan perusahaan tidak bisa dihubungi.
“Saya merasa kaget sekaligus kecewa. Saya kehilangan uang dan kesempatan menjalankan haji,“ kata Suleiman.
Tidak bisa masuk Tanah Suci
Saad al-Qurashi merupakan penasihat Komite Nasional untuk Haji dan Umrah, lembaga yang mengawasi perusahaan pariwisata Arab Saudi dan memeriksa apakah izin haji yang diterbitkan resmi atau tidak.
Ia mengatakan kepada BBC bahwa orang-orang seperti Suleiman baru menyadari izin haji yang mereka pegang palsu setelah sampai di kantor pusat Komite Haji Arab Saudi.
Kekagetan itu timbul saat mereka menjalani prosedur guna mendapatkan gelang haji, yang biasa dipakai jemaah sebagai tanda bukti mereka berada di sana secara resmi.
“Ketika [calon jemaah haji] datang ke kami dengan membawa izin haji dan kode, kami menemukan bahwa dokumen dan kartu identitas mereka berasal dari perusahaan bodong.
“Dengan begitu, jemaah tersebut tidak diperbolehkan mengikuti ibadah haji. Bahkan, mereka sudah kehilangan uang dalam jumlah besar karena ditransfer ke perusahaan [penerbit izin].”
Al-Qurashi, anggota komite dari Dewan Kamar Dagang Saudi, menyatakan kelompok-kelompok penipu cukup aktif di Mesir, Suriah, dan Irak selama musim haji.
Ia sendiri menemukan paling tidak tiga kasus penipuan dalam satu minggu.
Hati-hati terhadap penawaran paket haji mendadak
Al-Qurashi memperingati calon jemaah haji agar berhati-hati terhadap perusahaan yang menawarkan “paket [haji] mendadak” dengan harga murah dan promosi besar-besaran di media sosial.
Suleiman al-Shaer, yang berbicara kepada BBC melalui sambungan telepon, mengatakan ia menyesal mengirim uang kepada sebuah perusahaan tanpa memverifikasi keabsahaannya.
Ia menyarankan agar calon jemaah haji tidak langsung mentransfer dana kepada individu atau perwakilan dari perusahaan asing, yang berpotensi menerbitkan izin haji tidak resmi.
Ulasan palsu dan iklan menyesatkan
Suleiman bukanlah satu-satunya calon jemaah yang gagal mendapatkan izin menjalani ibadah haji.
Farouk Abdel Wahab, seorang dokter dari Inggris, mengatakan kepada BBC bahwa ia tak menyangka dirinya dan keluarga akan mendapat harapan palsu setelah mendaftar ke sebuah biro perjalanan berbasis di Inggris.
Farouk yang berasal dari Pakistan, mengatakan bahwa ia lama berjuang melawan perusahaan yang memberikannya harapan palsu.
Ia akhirnya mendapatkan kembali uangnya senilai £7.000 (Rp145,7 juta) yang sebelumnya ia transfer ke perusahaan sebagai deposit untuk membeli paket haji.
Uang itu baru ia dapatkan setelah meluncurkan kampanye untuk meminta pengembalian dana.
Tiga tahun kemudian, ia berhasil sampai ke Mekah di luar musim haji dengan memesan paket dari perusahaan pariwisata jalur utama.
Nusuk, platform resmi bagi jemaah haji
Pengalaman Farouk terjadi pada 2020, dua tahun sebelum pemerintah Arab Saudi mendirikan platform resmi pemesanan paket haji bagi umat Islam di Eropa, AS dan Australia.
Platform haji resmi ini disebut Nusuk.
Dengan memesan paket melalui Nusuk, jemaah dapat memilih beragam jenis paket haji, mengirimkan dokumen yang diperlukan, dan melakukan pembayaran kepada entitas resmi dan perusahaan terpercaya.
Selain lewat platform Nusuk, Arab Saudi juga memperbolehkan jemaah dalam negeri untuk mendapatkan izin haji domestik setelah mendaftar pada situs resmi Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi.
Sementara, jemaah dari negara Muslim lain dapat menjalankan haji setelah mendapatkan visa haji dari kementerian dan lembaga resmi di negara-negara tersebut.
Setiap tahun, Arab Saudi menyedikan kuota jemaah haji untuk negara-negara tertentu. Kurang lebih 1.000 orang per satu juta umat Islam di setiap negara.
“Sebelum pandemi, saya dan enam anggota keluargaku ingin menjalankan ibadah haji,” kata Farouk.
“Tapi pada tahun itu, ibadah haji dibatalkan karena pandemi. Jadi saya meminta pengembalian dana, tapi tidak mendapatkan jawaban sepanjang tahun. Akhirnya, saya gugat mereka ke pengadilan.”
Pengadilan memerintahkan perusahaan untuk mengembalikan uang Farouk.
Saat Farouk menjalani proses untuk mendapatkan uangnya kembali, ia memeriksa legalitasnya pada situs pemerintah.
Ia menyadari perusahaan itu ternyata sudah berhenti beroperasi.
“Saat saya sedang mencatat informasi terkait perusahaan untuk gugatan saya, seperti nomor registrasi dan alamat tercantum, saya menyadari perusahaan itu telah gulung tikar dan tidak beroperasi lagi.
‘Percayalah, saudara'
Farouk mengatakan saat ia berupaya mendapatkan pengembalian dana, perwakilan dari perusahaan itu menggunakan “istilah-istilah keagamaan”.
Mereka menggunakan frasa-frasa seperti “percayalah, saudara” dan mengatakan bahwa mereka “berkomitmen mengembalikan dana itu”.
Akhirnya, Farouk mengatakan bahwa ia tidak menemukan cara lain untuk mendapatkan kembali uang itu selain mempermalukan mantan pemilik perusahaan dengan membagikan pengalaman buruknya di media sosial.
Alhasil, perusahaan lain menghubunginya dan mengatakan mereka akan mengembalikan uangnya dalam bentuk cicilan.
“Baru setelah video saya viral, perusahaan mulai menghubungi saya dan mengembalikan uang itu lewat perusahaan lain,” ujarnya.
Baca juga:
BBC telah mencoba menghubungi perusahaan yang mengatur pengembalian dana Farouk lewat cicilan.
Namun, mereka tidak memberikan tanggapan terhadap pesan yang disampaikan lewat email, nomor telepon maupun akun media sosial.
Tips menghindari penipuan haji
Pihak kepolisian Inggris menyarankan agar masyarakat berhati-hati dalam memilih biro perjalanan haji
Beberapa contoh mencakup Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA), Asosiasi Operator Tur Pakistan, Federasi Asosiasi Pariwisata Nigeria dan Dewan Agen Perjalanan dan Pariwisata di Uni Emirat Arab.
Perusahaan pariwisata bidang logistik, Ezus, memiliki daftar asosiasi pariwisata di berbagai negara.
Perusahaan pariwisata bidang logistik, Ezus, memiliki daftar asosiasi pariwisata di berbagai negara.
ABTA di Inggris menyarankan agar semua perjanjian antara pelancong dengan perusahaan tercatat dan ditandatangani dalam bentuk kontrak yang berisi syarat dan ketentuan.
ABTA menyarankan agar calon jemaah tidak hanya berpegangan pada percakapan lewat telepon atau perjanjian lisan dengan pihak yang menawarkan paket.
Pelajaran penting
Dari pengalamannya, salah satu pelajaran yang didapat oleh Farouk adalah jangan mudah percaya dengan ulasan positif di dunia maya.
“Banyak perusahaan bodong membayar orang untuk menulis ulasan-ulasan positif palsu dan membagikannya secara daring.
“Dan banyak orang akhirnya menjadi korban penipuan setelah membeli paket haji karena iklan yang menyesatkan,” ujar Farouk.
Menurut data dari pemerintah Arab Saudi, jumlah jemaah haji tahun lalu melebihi 1,8 juta jiwa, dengan 90% berasal dari luar negeri.
Dewan Kamar Dagang Saudi memperkirakan hanya 3% dari total orang yang tertipu penawaran paket Haji mengajukan laporan resmi.
Menurut laporan itu, usia rata-rata jemaah yang paling rentan terhadap penipuan adalah mereka yang berusia 42 tahun.
Seorang juru bicara dari Dewan itu mengatakan kepada BBC bahwa penggunaan platform Nusuk mengurangi secara signifikan angka penipuan terkait haji.
Nusuk menyederhanakan proses pendaftaran bagi jemaah dari 126 negara dan memverifikasi semua dokumen dan pembayaran untuk pemesanan paket haji.