Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
'Sesuatu yang Tidak Terbayangkan' – Gisèle Pelicot Menghapus Jejak Suaminya Jelang Putusan Pengadilan
18 Desember 2024 12:10 WIB
'Sesuatu yang Tidak Terbayangkan' – Gisèle Pelicot Menghapus Jejak Suaminya Jelang Putusan Pengadilan
Artikel ini mengandung beberapa detail yang mungkin mengganggu Anda.
Sepanjang bulan November 2011, Gisèle Pelicot tidur terlalu banyak.
Sebagian besar akhir pekan dilalui Gisèle dalam keadaan tertidur—sesuatu yang tidak diinginkannya. Sebagai seorang manajer logistik, waktu libur baginya sangatlah berharga setelah bekerja keras selama seminggu.
Akan tetapi, dia tidak mampu untuk tetap terjaga. Sering kali Gisèle tanpa sadar terlelap dan terbangun berjam-jam kemudian tanpa ingat kapan dia tidur.
Walaupun demikian, perempuan berusia 58 tahun itu merasa hidupnya bahagia-bahagia saja. Gisèle mengaku beruntung karena suaminya, Dominique, setia mendampinginya selama 38 tahun.
Setelah ketiga anak mereka—Caroline, David, dan Florian—tumbuh dewasa, pasangan itu berencana untuk segera pensiun dan pindah ke Mazan, sebuah desa dengan 6.000 penduduk di wilayah selatan Prancis yang indah, Provence.
Di desa yang asri itu, Dominique dapat bersepeda santai sementara Gisèle berjalan-jalan dengan Lancôme, anjing bulldog Prancis mereka.
Sejak pertemuan pertama mereka pada awal tahun 1970-an, Gisèle mengaku sudah terpikat dengan Dominique.
"Ketika aku melihat pemuda itu dengan sweter birunya… itu cinta pada pandangan pertama," kenang Gisèle.
Gisèle dan Dominique memiliki sejarah keluarga yang rumit yang ditandai perasaan kehilangan dan trauma. Mereka berdua saling menemukan kedamaian dalam diri satu sama lain.
BBC News Indonesia hadir di WhatsApp .
Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.
Empat dekade dilalui Gisèle dan Dominique bersama-sama dan hubungan mereka sempat diterpa masa-masa sulit.
Mulai dari masalah keuangan yang sering terjadi dan perselingkuhan Gisèle dengan rekan kerjanya pada pertengahan 1980-an. Akan tetapi, semua itu dapat mereka lewati.
Bertahun-tahun kemudian, ketika pengacara meminta Gisèle merangkum hubungan mereka, dia menjawab: "Teman-teman kami berkata bahwa kami adalah pasangan sempurna. Saya membayangkan kami akan menjalani hari-hari tua bersama-sama."
Baca juga:
Tapi itu angan-angan belaka. Kenyataannya, Gisèle dan Dominique kini duduk di sisi berlawanan di ruang sidang di Avignon, tidak jauh dari Mazan.
Gisèle dikelilingi anak-anak dan pengacaranya sementara Dominique berada dalam kotak kaca terdakwa dan mengenakan pakaian abu-abu dari penjara.
Pada Kamis (19/12) ini, Dominique kemungkinan akan diganjar hukuman penjara maksimum untuk pemerkosaan berat. Publik Prancis mengenalnya sebagai "salah satu predator seksual terburuk dalam 20 tahun terakhir" seperti kata-kata putrinya sendiri.
Ketika Gisèle merasa terlalu sering tidur pada akhir 2011, dia tidak pernah menyangka semuanya akan berakhir seperti ini.
Tidak pernah terbesit di benak Gisèle bahwa suaminya—yang sudah menginjak usia akhir 50-an tahun dan akan pensiun—menghabiskan banyak waktu di internet.
Di jagat maya, Dominique Pelicot terlibat aktif di forum-forum dan materi bernuansa seksual—seringkali ekstrem atau ilegal—tersedia secara bebas di sana.
Di pengadilan, Dominique mengeklaim fase internet ini adalah "penyimpangan" setelah trauma masa kecil akibat pemerkosaan dan pelecehan.
"Kita menjadi menyimpang ketika kita menemukan sesuatu yang memberi kita sarana: internet," ujarnya.
Pada tahun 2010 dan 2011, seorang pria yang mengaku sebagai tenaga kesehatan mengirim foto-foto istrinya kepada Dominique.
Foto-foto itu memperlihatkan perempuan itu dibius dengan pil tidur sampai tidak sadar. Pria itu juga membagikan instruksi yang tepat dengan Dominique agar ia dapat melakukan hal yang sama kepada Gisèle.
Awalnya Dominique ragu-ragu—tetapi itu tidak berlangsung lama.
Baca juga:
Setelah melakukan sejumlah percobaan, Dominique mengaku menemukan dosis yang tepat untuk menjerumuskan istrinya dalam kondisi tertidur yang begitu kuatnya sampai-sampai tidak ada yang dapat membangunkannya.
Obat-obatan tersebut diresepkan secara legal oleh dokter Dominique yang mengira pelaku menderita gangguan kecemasan akibat masalah keuangan.
Saat Gisèle tidak sadarkan diri, Dominique memakaikannya lingerie yang sebelumnya sudah ditolak istrinya. Dia juga memaksakan praktik seksual terhadap Gisèle yang tidak akan pernah disetujuinya saat sadar.
Dominique juga merekam adegan-adegan tersebut—sesuatu yang tidak diizinkan Gisèle dalam keadaan terjaga.
Awalnya, Dominique memperkosa istrinya seorang diri. Ketika pasangan itu menetap di Mazan pada tahun 2014, Dominique mulai mengajak orang-orang lain.
Dominique menyimpan obat penenang di kotak sepatu dalam garasi rumah mereka. Dia mengaku mengganti merek obat karena yang sebelumnya "terlalu asin" untuk secara diam-diam ditambahkan ke makanan dan minuman Gisèle.
Dalam forum internet bertajuk "tanpa persetujuan si dia", Dominique, merekrut pria dari segala usia untuk datang dan memperkosa istrinya.
Adegan demi adegan ini juga direkam Dominique.
Kepada pengadilan, Dominique mengatakan istrinya jelas-jelas dalam keadaan tidak sadar bagi 71 pria yang datang ke rumah mereka selama satu dekade.
"Kamu sama denganku, kamu suka mode pemerkosaan," katanya kepada salah satu dari mereka dalam forum.
Tahun demi tahun berlalu, imbas pelecehan yang dialami Gisèle pada malam hari semakin terlihat dalam kehidupan sehari-hari.
Dia kehilangan berat badan, rambutnya rontok, dan pingsannya menjadi lebih sering. Selain itu, perasaan cemas juga menjalari Gisèle sampai-sampai dirinya yakin sebentar lagi dia akan mati.
Keluarga Gisèle mulai khawatir. Masalahnya, dia tampak sehat dan aktif ketika mengunjungi mereka.
"Ketika kami menghubungi Gisèle, lebih sering Dominique yang mengangkat telepon. Dia bilang Gisèle sedang tidur, bahkan pada siang bolong," ujar menantunya, Pierre.
"Kami kira itu karena dia sangat aktif [ketika bersama kami], seperti ketika menghabiskan waktu dengan cucu-cucunya."
Kunjungan ke kantor polisi yang mengubah segalanya
Terkadang Gisèle hampir menaruh curiga.
Satu saat, dia mencurigai warna hijau di bir yang diberikan suaminya. Cepat-cepat Gisèle membuang minuman itu ke wastafel.
Pada kesempatan lain, Gisèle melihat noda pemutih yang di celana panjang yang baru dibelinya—dia tidak pernah melihat noda itu sebelumnya.
"Kamu tidak membiusku dengan obat-obatan, kan?" tanya Gisèle suatu kali ke suaminya.
Tangis Dominique pecah ("Betapa teganya kamu menuduh aku melakukan hal seperti itu?" katanya)
Di sisi lain, Gisèle justru merasa beruntung karena Dominique tampak setia mendampinginya tatkala kondisi kesehatannya memburuk.
Gisèle sempat mengalami masalah ginekologi, dan menjalani beberapa tes neurologis untuk menentukan apakah dia menderita Alzheimer atau tumor otak—sesuatu yang dikhawatirkannya.
Akan tetapi, Gisèle tidak kunjung mendapat penjelasan atas rasa lelah yang dialaminya serta episode pingsannya.
Di ruang pengadilan, saudara laki-laki Dominique yang juga seorang dokter, Joel, sempat ditanya bagaimana mungkin para dokter tidak pernah menduga bahwa Gisèle adalah korban pemerkosaan yang difasilitasi oleh obat—sebuah fenomena yang masih minim diketahui.
"Dalam bidang kedokteran, kita hanya menemukan apa yang kita cari, dan kita mencari apa yang kita ketahui," jawabnya.
Baru setelah dirinya berada jauh dari Mazan, Gisèle merasa kondisinya membaik—satu keanehan yang nyaris tidak diperhatikannya.
Pad September 2020, Dominique sembari menangis mengatakan sesuatu kepada Gisèle.
"Aku melakukan sesuatu yang bodoh. Aku tertangkap merekam perempuan dari bawah roknya di supermarket," katanya.
Gisèle mengaku sangat terkejut.
"Selama 50 tahun kami bersama-sama, [Dominique] tidak pernah berperilaku tidak pantas atau menggunakan kata-kata kotor terhadap perempuan," ujar Gisèle di ruang sidang.
Gisèle mengaku memaafkan Dominique tetapi memintanya untuk segera mencari bantuan terapi—suaminya setuju.
"Lalu kami membiarkannya berlalu begitu saja," tutur Gisèle.
Di sisi lain, Dominique tahu bahwa petualangannya akan segera berakhir.
Setelah polisi menangkapnya di supermarket, mereka menyita dua ponsel dan laptop Dominique. Dalam ketiga gawai itu, ditemukan lebih dari 20.000 video dan foto Gisèle tengah diperkosa olehnya dan orang-orang lain.
"Saya mengamati video-video itu selama berjam-jam. Itu sangat mengganggu. Tentu saja itu berdampak pada saya," ucap Jérémie Bosse Platière,direktur penyidikan, saat bersaksi di pengadilan.
"Selama 33 tahun berkarier di kepolisian, saya belum pernah melihat hal seperti itu," ujar rekannya, Stéphane Gal.
"Ini menjijikkan dan mengejutkan."
Tim Stéphane Gal ditugaskan untuk melacak para pria dalam video tersebut. Pemeriksaan silang dilakukan atas wajah dan nama para pria yang dicatat Dominique secara teliti. Mereka juga menggunakan teknologi pengenalan wajah.
Sebanyak 54 dari pelaku pemerkosaan berhasil diidentifikasi, sementara 21 lainnya tetap tidak diketahui namanya.
Beberapa pria yang tidak diidentifikasi mengaku kepad Dominique bahwa mereka juga membius pasangan mereka.
"Itu, bagi saya, adalah bagian paling menyakitkan dari kasus ini," kata Bosse Platière.
"Di luar sana, ada sejumlah perempuan yang masih menjadi korban suami mereka."
Pada 2 November 2020, Dominique dan Gisèle menikmati santap pagi bersama sebelum menuju ke kantor polisi. Dominique kala itu dipanggil terkait insiden di supermarket.
Seorang polisi meminta Gisèle untuk ikut bersamanya ke ruangan terpisah. Di sana, Gisèle mengonfirmasi bahwa Dominique adalah suaminya yang digambarkannya sebagai "pria hebat dan baik".
Gisèle menyangkal pernah berpartisipasi dalam praktek seksual seperti tukar pasangan atau terlibat dalam hubungan bertiga alias threesome.
"Saya akan menunjukkan sesuatu yang Anda tidak akan suka," ujar kepala kepolisian memperingatkannya.
Polisi kemudian memperlihatkan satu gambar tindakan seksual kepada Gisèle. Awalnya, dia tidak mengenali siapa pun dalam foto itu.
Begitu menyadari apa yang sedang dia lihat, Gisèle meminta polisi untuk berhenti menunjukkan foto itu.
"Semua yang saya bangun selama 50 tahun kandas begitu saja," ujarnya.
Ditemani seorang temannya, Gisèle pulang dalam keadaan syok. Dia memberi tahu ketiga buah hatinya tentang apa yang terjadi.
Gisèle menyebut putrinya, Caroline, berteriak histeris begitu mengetahui perbuatan ayahnya.
"Teriakan putri saya tertancap selamanya dalam pikiran saya," ujar Gisèle.
Caroline, David, dan Florian pergi ke Mazan dan membersihkan rumah orang tua mereka.
Foto-foto Caroline yang tampaknya juga dibius turut ditemukan di laptop Dominique, meskipun dia menyangkal telah melecehkan putrinya.
'Sesuatu yang tidak terbayangkan'
David, si anak sulung, mengatakan semua foto keluarga sudah disingkirkan.
"Semua yang terkait dengan ayah saya saat itu juga [kami buang," ujarnya.
Dalam hitungan hari, barang-barang Gisèle yang tersisa cukup dikemas dalam satu koper. Anjing kesayangannya tetap menemaninya.
Sementara itu, Dominique mengakui kejahatannya dan secara resmi ditahan. Dia berterima kasih kepada polisi karena telah "membebaskannya dari beban" di pundaknya.
Barulah pada September 2024, tepatnya di ruang sidang Avignon. Gisèle dan Dominique kembali bertemu.
Pada saat itu, kisah suami yang membius istrinya sendiri selama satu dekade dan mengundang puluhan orang asing untuk memperkosanya mulai menyebar ke seluruh dunia.
Hal ini tidak lepas dari keputusan Gisèle yang tidak biasa sekaligus luar biasa untuk melepas anonimitasnya. Selain itu, dia juga menyetujui sidang dibuka kepada publik dan media.
"Saya ingin setiap perempuan yang terbangun suatu pagi tanpa ingatan tentang malam sebelumnya mengingat apa yang saya katakan," tuturnya.
"[Saya melakukan ini] agar tidak ada lagi perempuan yang menjadi korban pemerkosaan dengan dibantu obat-obatan. Saya dikorbankan di altar kejahatan, dan ini penting untuk diperbincangkan."
Kuasa hukum Gisèle juga berhasil mendorong agar video-video yang diambil Dominique ditampilkan di pengadilan.
Langkah ini diambil guna "membatalkan alasan bahwa pemerkosaan ini tidaklah disengaja". Para pria yang memperkosa Gisèle mengeklaim mereka tidak tahu bahwa Gisèle berada dalam kondisi tidak sadarkan diri.
"Gisèle ingin mengalihkan rasa malu dan dia berhasil," ujar seorang perempuan yang datang untuk menonton persidangan di Avignon pada bulan November.
"Gisèle membalikkan semuanya. Kami tidak menyangka ada perempuan seperti ini."
Pemeriksa medis Anne Martinat Sainte-Beuve mengatakan bahwa setelah Gisèle jelas mengalami trauma setelah penangkapan suaminya.
Akan tetapi, Gisèle bersikap tenang dan mengambil jarak—suatu mekanisme yang menurut Sainte-Beuve sering digunakan korban serangan teroris.
Gisèle sendiri mengibaratkan hidupnya sebagai "reruntuhan". Dia khawatir sisa hidupnya tidak akan cukup untuk membangun hidupnya kembali.
Sainte-Beuve mengatakan Gisèle "sangat tangguh".
"Sesuatu yang dapat menghancurkan Gisèle diubahnya menjadi kekuatan," ujarnya.
Beberapa hari sebelum persidangan dimulai, Gisèle dan Dominique resmi bercerai.
Gisèle kembali menggunakan nama keluarganya sebelum menikahi Dominique.
Namun, dia sengaja menggunakan nama Pelicot untuk persidangan agar cucu-cucunya "bangga" menjadi kerabatnya dan tidak malu dikaitkan dengan Dominique.
Gisèle sudah pindah ke sebuah desa yang letaknya jauh dari Mazan.
Gisèle mengunjungi psikiater secara berkala tetapi tidak mengonsumsi obat—dia tidak mau lagi menelan zat apa pun.
Gisèle masih suka berjalan kaki. Sekarang, dia tidak lagi merasa lelah.
Pada awal-awal persidangan, suami Caroline, Pierre, diminta bersaksi.
Seorang pengacara pembela menanyakan Pierre tentang masa-masa di Mazan. Pengacara itu mendesak bagaimana mungkin keluarga Pelicot tidak menaruh curiga ketika Gisèle mengalami hilang ingatan dan Dominique menemaninya ke dokter.
Pierre menggelengkan kepalanya.
"Anda melupakan satu hal," katanya. "Anda tidak dapat membayangkan sesuatu yang tidak terbayangkan."