Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Siapa Luigi Mangione, Pemuda yang Dituduh Membunuh Bos Perusahaan Asuransi di AS?
10 Desember 2024 19:25 WIB
Siapa Luigi Mangione, Pemuda yang Dituduh Membunuh Bos Perusahaan Asuransi di AS?
Kepolisian telah menahan seorang pemuda yang diduga membunuh bos perusahaan asuransi kesehatan swasta United Healthcare pekan lalu di New York, Amerika Serikat (AS).
Pihak berwenang di AS melaporkan penangkapan Luigi Mangione, 26 tahun, setelah seorang karyawan restoran McDonald's di Altoona, Pennsylvania, mengenalinya sebagai pria yang dicari-cari polisi lantaran diduga menembak bos perusahaan asuransi, Brian Thompson, hingga tewas.
Dia didakwa atas lima tuduhan termasuk pemalsuan dan membawa senjata api tanpa izin. Jaksa penuntut mengatakan dakwaan pembunuhan akan segera diajukan terhadap Mangione.
Ketika ditangkap, Mangione membawa pistol dan "beberapa kartu identitas palsu", termasuk kartu identitas New Jersey yang digunakan tersangka saat check-in di sebuah hostel di Kota New York, sebelum pembunuhan.
Dia juga membawa manifesto dengan tulisan tangan setebal tiga halaman yang berisi keluhan terhadap sistem layanan kesehatan AS.
Pihak berwenang mengatakan dokumen tersebut mencerminkan motivasi dan mentalitas tersangka.
Bagaimana kronologi kasus ini?
Pada Rabu (04/12) CEO UnitedHealthcare Brian Thompson ditembak hingga tewas di luar sebuah hotel di Kota New York, AS. Dua hari kemudian, polisi mengumumkan mereka telah menangkap Luigi Mangione berkaitan dengan penembakan tersebut.
Berikut kronologi kasus penembakan tersebut:
Siapa Luigi Mangione?
Mangione lahir dan besar di Negara Bagian Maryland, menurut Kepala Detektif New York Joseph Kenny.
Dia belum pernah ditangkap sebelumnya di New York dan alamat terakhirnya yang diketahui adalah di Honolulu, Hawaii, kata polisi.
Dia mengenyam pendidikan di sekolah menengah swasta khusus laki-laki di Baltimore, Maryland, bernama Gilman School, menurut sejumlah pejabat sekolah.
Mangione disebut sebagai siswa dengan nilai terbaik.
Dalam sebuah pernyataan, pihak sekolah menyebut situasi yang terjadi terhadap Mangione "sangat memprihatinkan.
Mantan teman sekelasnya, Freddie Leatherbury, mengatakan kepada kantor berita Associated Press bahwa Mangione berasal dari keluarga kaya, bahkan menurut standar sekolah swasta tersebut.
"Sejujurnya, dia memiliki segalanya," kata Leatherbury.
Ia juga lulusan Universitas Pennsylvania dengan gelar sarjana dan magister di bidang ilmu komputer. Dia disebut mendirikan klub pengembangan gim video.
Seorang teman kuliah Mangione menggambarkannya sebagai orang yang "super normal" dan "pintar".
BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.
Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.
"Saya tidak pernah menyangka hal ini akan terjadi," kata teman itu.
Menurut profil media sosialnya, Mangione bekerja sebagai insinyur data untuk TrueCar, sebuah situs ritel digital untuk mobil baru dan bekas. BBC telah menghubungi TrueCar untuk memberikan komentar.
Menurut profil LinkedIn-nya, Mangione sebelumnya bekerja sebagai pekerja magang di divisi pemrograman untuk Fixarixis, sebuah pengembang gim video.
Menurut media lokal, Mangione berasal dari keluarga terkemuka di wilayah Baltimore yang bisnisnya meliputi country club dan panti jompo.
Dia adalah sepupu dari legislator negara bagian Partai Republik Nino Mangione, menurut media yang sama.
Bagaimana dia ditangkap?
Mangione ditangkap di restoran McDonald's setelah seorang karyawan mengenalinya dan memberi tahu polisi.
Menurut polisi, Mangione memiliki "ghost gun", senjata api yang tidak dapat dilacak dan dapat dirakit di rumah menggunakan peralatan, yang kemungkinan dibuat dengan printer 3D. Senjata itu juga memiliki peredam.
Mangione pun membawa beberapa tanda pengenal, termasuk paspor AS, kartu identitas aslinya, dan kartu identitas palsu.
Tanda pengenal ini dia gunakan untuk check-in di sebuah hostel di Kota New York, tempat dia terlihat sebelum pembunuhan Thompson.
Polisi juga mengatakan dokumen tulisan tangan, yang disebut-sebut sebagai "manifesto tiga halaman", ditemukan saat menangkap Mangione.
Dokumen-dokumen tersebut menunjukkan bahwa dia tampaknya "memusuhi perusahaan-perusahaan Amerika," kata para pejabat.
Polisi mengungkapkan bahwa penemuan pria berusia 26 tahun itu benar-benar mengejutkan, dan mereka belum memasukkan namanya dalam daftar tersangka hingga hari ini.
Apa yang diunggah Mangione di sosial medianya?
Profil media sosial Mangione memberikan beberapa petunjuk tentang pemikirannya.
Seseorang yang cocok dengan nama dan fotonya memiliki akun di Goodreads, situs resensi buku. Orang tersebut memberikan empat bintang pada naskah berjudul Industrial Society and Its Future karya Theodore Kaczynski—yang lebih terkenal seperti manifesto Unabomber.
Sejak 1978, Kaczynski melakukan aksi pengeboman yang mengakibatkan tiga orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka. Kaczynski ditangkap pada tahun 1996.
Dalam ulasannya, Mangione menulis: "Ketika semua bentuk komunikasi lain gagal, kekerasan diperlukan untuk bertahan hidup. Anda mungkin tidak menyukai metode mereka, namun jika Anda melihat dari sudut pandang mereka, itu bukanlah terorisme, melainkan perang dan revolusi."
"'Kekerasan tidak pernah menyelesaikan apa pun' adalah pernyataan yang diucapkan oleh para pengecut dan predator."
Profil media sosialnya juga menunjukkan bahwa ia telah kehilangan kontak dengan keluarga dan teman-temannya dalam beberapa bulan terakhir.
Dalam sebuah unggahan di X pada Oktober silam, seseorang mengirim status kepada akun diyakini milik Mangione dan menulis:
"Hai, kamu baik-baik saja? Tidak ada yang mendengar kabarmu selama berbulan-bulan, dan tampaknya keluargamu sedang mencarimu."
Mengapa pembunuhan ini mengungkap kemarahan warga terhadap sistem kesehatan AS?
Pembunuhan "tanpa malu-malu dan terarah" terhadap eksekutif perusahaan asuransi kesehatan Brian Thompson, CEO UnitedHealthcare, mengejutkan Amerika.
Reaksi terhadap kejahatan tersebut juga mengungkap kemarahan terhadap industri asuransi kesehatan yang bernilai triliunan dolar.
Pada Juli silam, lebih dari 100 orang berkumpul di luar kantor pusat UnitedHealthcare di Minnesota, memprotes kebijakan perusahaan asuransi tersebut tersebut terkait penolakan klaim pasien.
Sebanyak 11 orang ditangkap karena memblokir jalan selama protes.
Catatan polisi menunjukkan mereka datang dari seluruh negeri, termasuk Maine, New York, Texas, dan Virginia Barat, ke demonstrasi yang diselenggarakan oleh People's Action Institute.
Unai Montes-Irueste, direktur strategi media dari kelompok advokasi yang berpusat di Chicago, mengatakan mereka yang memprotes memiliki pengalaman pribadi dengan klaim yang ditolak dan masalah lain dengan sistem perawatan kesehatan.
"Mereka ditolak perawatannya, lalu mereka harus melalui proses banding yang sangat sulit dimenangkan," katanya kepada BBC.
Kemarahan terpendam yang dirasakan banyak warga Amerika terhadap sistem perawatan kesehatan—serangkaian birokrasi yang memusingkan, perusahaan yang mencari laba, raksasa asuransi dan program pemerintah—meledak ke permukaan menyusul pembunuhan yang tampaknya disengaja terhadap Thompson di New York City, pada Rabu (04/12).
Thompson adalah CEO UnitedHealthcare, unit asuransi dari penyedia layanan kesehatan UnitedHealth Group. Perusahaan tersebut merupakan perusahaan asuransi terbesar di AS.
Baca juga:
Dalam selongsong peluru yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP), tertera kata "deny", "defend" dan "depose", yang bermakna "tolak", "pertahankan" dan "jatuhkan", yang oleh para penyidik disebut merujuk pada taktik yang digunakan perusahaan asuransi untuk menghindari pembayaran klaim nasabah dan meningkatkan keuntungan.
Penelusuran pada akun Thompson pada situs LinkedIn mengungkap bahwa banyak yang marah karena penolakan klaim asuransi.
Seorang perempuan memberikan komentar pada unggahan bos asuransi tersebut yang membanggakan kinerja perusahaannya dalam membuat obat-obatan lebih terjangkau.
"Saya menderita kanker paru-paru metastasis stadium 4," tulisnya.
"Kami baru saja meninggalkan [UnitedHealthcare] karena semua penolakan obat-obatan saya. Setiap bulan ada alasan berbeda untuk penolakan tersebut."
Istri Thompson mengatakan kepada media AS, NBC, bahwa suaminya pernah menerima pesan-pesan bernada ancaman sebelumnya.
"Ada beberapa ancaman," kata Paulette Thompson.
"Pada dasarnya, saya tidak tahu, kurangnya cakupan [medis]? Saya tidak tahu detailnya."
"Saya hanya tahu bahwa dia mengatakan ada beberapa orang yang mengancamnya."
Seorang pakar keamanan mengatakan bahwa frustrasi terhadap biaya tinggi di berbagai industri pasti berujung pada ancaman terhadap para pemimpin perusahaan.
Philip Klein dari Klein Investigations yang berbasis di Texas, yang melindungi Thompson saat ia berpidato di awal tahun 2000-an, mengatakan bahwa ia heran bos asuransi itu tidak memiliki keamanan untuk perjalanannya ke New York City.
"Ada banyak amarah di Amerika Serikat saat ini," kata Klein.
"Perusahaan perlu bangun dan menyadari bahwa para eksekutif mereka dapat diburu di mana saja."
Klein mengatakan ia dibanjiri panggilan telepon sejak Thompson terbunuh.
Perusahaan-perusahaan papan atas AS biasanya menghabiskan jutaan dolar untuk keamanan pribadi bagi para eksekutif tingkat tinggi.
Michael Tuffin, presiden organisasi industri asuransi Ahip, mengatakan dia "prihatin dan ngeri atas kehilangan teman saya Brian Thompson".
"Beliau adalah seorang ayah yang berbakti, sahabat yang baik bagi banyak orang, serta rekan kerja dan pemimpin yang sangat jujur."
Dalam sebuah pernyataan, UnitedHealth Group mengatakan telah menerima banyak pesan dukungan dari "pasien, konsumen, profesional perawatan kesehatan, asosiasi, pejabat pemerintah, dan orang-orang yang peduli lainnya".
Namun secara daring banyak orang, termasuk pelanggan UnitedHealthcare dan pengguna layanan asuransi lainnya, memberikan reaksi yang beragam.
Di sisi yang ekstrem, para kritikus industri dengan tegas mengatakan bahwa mereka tidak merasa kasihan terhadap Thompson. Beberapa bahkan merayakan kematiannya.
Kemarahan di dunia maya tampaknya menjembatani perbedaan ideologi politik.
Sentimen negatif diungkapkan para penganut paham sosialis hingga aktivis sayap kanan yang curiga terhadap apa yang disebut "deep state" dan kekuatan korporat.
Kebencian juga datang dari orang-orang biasa yang berbagi kisah tentang perusahaan asuransi yang menolak klaim mereka untuk perawatan medis.
Montes-Irueste dari People's Action mengatakan dia terkejut dengan berita pembunuhan tersebut.
Ia mengatakan kelompoknya berkampanye dengan cara yang "tanpa kekerasan dan demokratis", seraya menambahkan bahwa ia memahami kepahitan yang ada di dunia maya.
"Kita memiliki sistem perawatan kesehatan yang terpecah belah dan rusak, itulah sebabnya ada perasaan yang sangat kuat yang diungkapkan saat ini oleh orang-orang yang mengalami sistem yang rusak itu dalam berbagai cara yang berbeda," katanya.
Baca juga:
Tuffin, kepala asosiasi perdagangan asuransi kesehatan, mengecam segala ancaman yang dilontarkan terhadap rekan-rekannya, dan menggambarkan mereka sebagai "para profesional yang berorientasi pada misi dan berupaya menjadikan cakupan dan perawatan medis semurah mungkin".
Unggahan tersebut menggarisbawahi frustrasi mendalam yang dirasakan banyak warga Amerika terhadap perusahaan asuransi kesehatan dan sistem secara umum.
"Sistem ini sangat rumit," kata Sara Collins, peneliti senior di The Commonwealth Fund, sebuah yayasan penelitian perawatan kesehatan.
"Hanya mencari tahu dan memahami cara mendapatkan perlindungan bisa menjadi tantangan bagi banyak orang," katanya.
"Dan semuanya mungkin tampak baik-baik saja sampai Anda sakit dan membutuhkan asuransi."
Penelitian Commonwealth Fund baru-baru ini menemukan bahwa 45% orang dewasa usia kerja yang diasuransikan dikenai biaya untuk sesuatu yang menurut mereka seharusnya gratis atau ditanggung oleh asuransi, dan kurang dari setengah dari mereka yang melaporkan dugaan kesalahan penagihan mengajukan keberatan.
Sebanyak 17% responden mengatakan bahwa perusahaan asuransi mereka menolak menanggung biaya perawatan yang direkomendasikan oleh dokter mereka.
Sistem kesehatan AS tidak hanya rumit, tetapi juga mahal, dan biayanya yang besar sering kali dibebankan langsung kepada individu.
Harga dinegosiasikan antara penyedia layanan dan perusahaan asuransi, kata Collins. Artinya, apa yang dibebankan kepada pasien atau perusahaan asuransi sering kali tidak mencerminkan biaya sebenarnya dalam menyediakan layanan medis.
"Kami menemukan banyak orang mengatakan bahwa biaya perawatan kesehatan mereka tidak terjangkau, di semua jenis asuransi, bahkan Medicaid dan Medicare (yang didanai pemerintah)," katanya.
"Orang-orang menumpuk utang medis karena mereka tidak mampu membayar tagihan. Ini hanya terjadi di Amerika Serikat. Kami benar-benar mengalami krisis utang medis."
Survei yang dilakukan oleh peneliti di yayasan kebijakan kesehatan KFF menemukan bahwa sekitar dua pertiga warga Amerika mengatakan perusahaan asuransi "sangat" pantas disalahkan atas tingginya biaya perawatan kesehatan.
Sebagian besar orang dewasa yang diasuransikan, 81%, masih menilai asuransi kesehatan mereka "sangat baik" atau "baik".
Christine Eibner, ekonom senior di lembaga pemikir nirlaba RAND Corporation, mengatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir perusahaan asuransi semakin banyak mengeluarkan penolakan untuk cakupan perawatan dan memanfaatkan otorisasi sebelumnya untuk menolak cakupan.
Ia mengatakan preminya sekitar US$25.000 (Rp3,9 miliar) per keluarga.
"Selain itu, masyarakat juga harus membayar sendiri biaya yang harus dikeluarkan, yang jumlahnya bisa mencapai ribuan dolar," katanya.
UnitedHealthcare dan penyedia asuransi lainnya telah menghadapi tuntutan hukum, investigasi media dan penyelidikan pemerintah atas praktik mereka.
Tahun lalu, UnitedHealthcare menyelesaikan gugatan hukum yang diajukan oleh seorang mahasiswa sakit kronis yang kisahnya diliput oleh situs berita ProPublica, yang mengatakan bahwa ia dibebani dengan tagihan medis sebesar US$800.000 (Rp12,6 miliar) ketika obat yang diresepkan dokternya ditolak.
Perusahaan tersebut saat ini sedang menghadapi gugatan class action yang mengeklaim bahwa mereka menggunakan kecerdasan buatan untuk mengakhiri perawatan lebih awal.
BBC telah menghubungi UnitedHealth Group untuk memberikan komentar.
Laporan tambahan oleh Tom Bateman