Konten Media Partner

Strategi Trump Mengambil Alih Sektor Manufaktur Chip – Apakah Dominasi Asia Terancam?

20 April 2025 11:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical

Strategi Trump Mengambil Alih Sektor Manufaktur Chip – Apakah Dominasi Asia Terancam?

Trump berupaya membangkitkan industri chip AS, tetapi para pakar menilai strategi proteksionisnya berbeda dengan model kolaborasi global yang terbukti sukses di Asia
zoom-in-whitePerbesar
Trump berupaya membangkitkan industri chip AS, tetapi para pakar menilai strategi proteksionisnya berbeda dengan model kolaborasi global yang terbukti sukses di Asia
Selama bertahun-tahun, AS dinilai "salah langkah" di sektor manufaktur chip sehingga China dan pusat-pusat teknologi Asia lainnya melaju pesat. Hal ini diutarakan Gina Raimondo, bekas Menteri Perdagangan AS, dalam wawancara pada 2021.
Empat tahun berselang, chip masih menjadi medan pertempuran dalam persaingan AS-China untuk supremasi teknologi.
Sekarang, Presiden AS Donald Trump ingin mempercepat proses manufaktur yang sangat rumit dan sensitif. Bahkan negara-negara lain butuh waktu puluhan tahun untuk menyempurnakannya.
Trump berpendapat bahwa kebijakan tarifnya akan membebaskan ekonomi AS dan membawa lapangan kerja kembali ke dalam negeri.
Namun kenyataannya, sejumlah perusahaan terbesar menghadapi masalah kurangnya pekerja terampil dan kualitas produk yang kurang memuaskan di pabrik-pabrik AS
Lantas, langkah berbeda apa yang akan diambil Trump?
Dan, mengingat Taiwan serta wilayah lain di Asia memiliki keunggulan dalam menciptakan chip berpresisi tinggi, mungkinkah AS juga memproduksinya dalam skala besar?"

Rahasia di balik mikrochip

Semikonduktor adalah komponen utama yang menggerakkan berbagai perangkat, mulai dari mesin cuci hingga iPhone, jet tempur hingga kendaraan listrik.
Kepingan silikon kecil yang dikenal sebagai chip ini sebenarnya ditemukan di AS. Akan tetapi, produksi chip tercanggih dalam skala besar justru berpusat di Asia.
Secara teknis, proses pembuatan chip begitu mahal dan sangat kompleks.
Sebagai contoh, sebuah iPhone boleh saja berisi chip yang dirancang di AS, tetapi produksinya dilakukan di Taiwan, Jepang, atau Korea Selatan.
Bahan baku seperti mineral tanah jarang (rare earth) yang digunakan untuk chip juga sebagian besar ditambang di China.
Selanjutnya, chip tersebut dikirim ke Vietnam untuk pengemasan, kemudian ke China untuk perakitan dan pengujian, sebelum akhirnya dikapalkan ke AS.
BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.
Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.
Ekosistem ini sangat terintegrasi, dan telah berkembang selama puluhan tahun.
Di satu sisi, Trump menyatakan dukungannya kepada industri chip. Di sisi lain, dia juga mengancamnya dengan tarif.
Trump bahkan mengultimatum pemimpin industri, Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC), bahwa perusahaan harus membayar pajak 100% jika tidak membangun pabrik di AS.
Dengan ekosistem yang rumit dan persaingan yang ketat, perusahaan perlu merencanakan biaya yang lebih tinggi dan investasi jangka panjang—jauh melampaui masa pemerintahan Trump.
Perubahan kebijakan yang terus-menerus tidak memberikan kepastian. Sejauh ini, sebagian perusahaan menunjukkan kesediaan untuk berinvestasi di AS.
Subsidi besar yang diberikan China, Taiwan, Jepang, dan Korsel kepada perusahaan swasta pengembang chip adalah alasan utama keberhasilan mereka di sektor ini.
Hal ini menjadi dasar pemikiran Undang-Undang Chips and Sains AS yang disahkan pada tahun 2022 di bawah Presiden Joe Biden.
AS adalah penemu mikrochip, tetapi produksi saat ini didominasi oleh negara-negara Asia
Undang-undang ini bertujuan untuk memindahkan kembali produksi chip ke dalam negeri dan mendiversifikasi rantai pasokan.
Hal ini dilakukan dengan mengalokasikan hibah, kredit pajak, dan subsidi untuk mendorong manufaktur domestik.
Sejumlah perusahaan, seperti produsen chip terbesar dunia TSMC dan pembuat ponsel pintar terbesar Samsung, menjadi penerima manfaat utama dari undang-undang tersebut.
TSMC menerima hibah dan pinjaman sebesar US$6,6 miliar (sekitar Rp110 triliun) untuk pabrik di Arizona. Adapun Samsung diperkirakan menerima US$6 miliar (sekitar Rp100 triliun) untuk fasilitas di Taylor, Texas.
TSMC bahkan mengumumkan investasi tambahan sebesar US$100 miliar (sekitar Rp1,6 kuadriliun) di AS bersama Trump, di luar US$65 miliar (sekitar Rp1 triliun) yang telah dijanjikan untuk tiga pabrik.

Baca juga:

Diversifikasi produksi chip juga menguntungkan TSMC, mengingat China berulang kali mengancam untuk menguasai Taiwan.
Namun, baik TSMC maupun Samsung menghadapi tantangan dalam investasi mereka.
Ini termasuk biaya yang melonjak, kesulitan merekrut tenaga kerja terampil, penundaan konstruksi, dan penolakan dari serikat pekerja lokal.
"Ini bukan sekadar pabrik tempat Anda membuat kotak," kata Marc Einstein, direktur riset di perusahaan intelijen pasar Counterpoint.
"Pabrik yang membuat chip adalah lingkungan steril berteknologi tinggi. Pembangunannya membutuhkan waktu bertahun-tahun."
Dan meskipun ada investasi dari AS, TSMC menyatakan bahwa sebagian besar produksinya akan tetap berada di Taiwan, terutama untuk chip komputer tercanggihnya.

Apakah China berupaya mengungguli Taiwan?

Saat ini, pabrik TSMC di Arizona menghasilkan chip berkualitas tinggi.
Namun, Chris Miller, penulis buku Chip War: The Fight for the World's Most Critical Technology, berpendapat bahwa "teknologi mereka tertinggal satu generasi dari yang terdepan di Taiwan".
"Pertanyaan tentang skala produksi bergantung pada besarnya investasi di AS dibandingkan dengan Taiwan," ujarnya.
"Saat ini, Taiwan memiliki kapasitas produksi yang jauh lebih besar."
Kenyataannya, Taiwan membutuhkan waktu puluhan tahun untuk membangun kapasitas tersebut.
Meskipun ada ancaman China yang menggelontorkan miliaran dolar untuk mencuri keunggulan Taiwan di sektor ini, industri Taiwan terus berkembang pesat.
Trump mengancam TSMC dengan pengenaan pajak 100% jika mereka tidak membangun pabrik di Amerika Serikat
TSMC adalah pelopor "model foundry", yaitu ketika pembuat chip mengambil desain dari AS dan memproduksi chip untuk perusahaan lain.
Memanfaatkan momentum perusahaan rintisan Silicon Valley seperti Apple, Qualcomm, dan Intel, TSMC mampu bersaing dengan raksasa AS dan Jepang.
Ini karena TSMC punya insinyur terbaik, tenaga kerja sangat terampil, dan pertukaran pengetahuan.
"Bisakah AS membuat chip dan menciptakan lapangan kerja?" tanya Einstein.
"Tentu saja, tapi apakah mereka akan mampu membuat chip dengan ukuran nanometer? Kemungkinan tidak."

Baca juga:

Salah satu alasannya adalah kebijakan imigrasi Trump yang berpotensi membatasi kedatangan talenta terampil dari China dan India.
"Bahkan Elon Musk pun punya masalah imigrasi terkait insinyur Tesla," kata Einstein.
Dia merujuk ke dukungan Musk terhadap program visa H-1B AS yang membawa pekerja terampil ke AS.
"Itu adalah hambatan. Satu-satunya yang mereka bisa lakukan adalah mengubah pendirian mereka tentang imigrasi secara keseluruhan. Anda tidak bisa tiba-tiba memunculkan lulusan PhD."

Dampak berantai global

Meski begitu, Trump malah semakin gencar memberlakukan tarif.
Dia bahkan memerintahkan investigasi perdagangan atas alasan keamanan nasional terhadap sektor semikonduktor.
"Ini ibarat batu sandungan besar," ujar Einstein.
"Jepang, misalnya, mendasarkan pemulihan ekonominya pada semikonduktor. Yang namanya tarif jelas tidak ada dalam rencana bisnis negara itu."
Menurut Miller, dampak jangka panjang bagi industri ini adalah fokus baru pada manufaktur dalam negeri di berbagai wilayah ekonomi kuat dunia: China, Eropa, dan AS.
Sejumlah perusahaan mungkin mencari pasar baru.
TSMC telah berinvestasi dalam manufaktur chip di Amerika
Raksasa teknologi China, Huawei, contohnya, memperluas bisnisnya ke Eropa dan pasar berkembang termasuk Thailand, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Malaysia, dan banyak negara di Afrika.
Hal ini mereka lakukan dalam rangka menghadapi kontrol ekspor dan tarif, meskipun margin keuntungan di negara berkembang kecil.
"Pada akhirnya, China ingin menang—mereka harus berinovasi dan berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan. Lihat saja apa yang mereka lakukan dengan Deepseek," kata Einstein.
"Jika mereka membuat chip yang lebih baik, semua orang akan beralih ke mereka. Efisiensi biaya adalah sesuatu yang bisa mereka lakukan sekarang. Langkah ke depannya adalah mengembangkan produksi [chip] dengan teknologi super canggih."

Baca juga:

Sementara itu, pusat-pusat manufaktur chip baru mungkin akan bermunculan.
India, misalnya, dinilai sangat menjanjikan oleh para ahli.
Mereka berpendapat, India punya peluang lebih besar untuk terintegrasi ke dalam rantai pasokan chip dibandingkan AS.
Letak lebih strategis, biaya tenaga kerja murah, dan kualitas pendidikan baik.
India telah menunjukkan kesediaannya untuk menerima manufaktur chip. Namun, mereka menghadapi sejumlah tantangan, seperti pembebasan lahan untuk pabrik dan ketersediaan air.
Produksi chip membutuhkan air dengan kualitas terbaik dan jumlah yang sangat besar.

Kartu truf dalam negosiasi

Jensen Huang, CEO Nvidia, meminta Trump untuk menghapus larangan penjualan chip ke China
Perusahaan-perusahaan chip sebetulnya tidak sepenuhnya terpojok akibat tarif AS.
Ketergantungan dan permintaan yang besar akan chip dari perusahaan-perusahaan besar AS seperti Microsoft, Apple, dan Cisco berpotensi menekan Trump untuk mencabut pungutan apa pun pada sektor chip.
Sejumlah sumber internal meyakini lobi intensif dari CEO Apple Tim Cook berhasil mengamankan pengecualian tarif untuk ponsel pintar, laptop, dan produk elektronik.
Trump juga dilaporkan mencabut larangan penjualan chip Nvidia ke China sebagai hasil dari lobi.
Ketika ditanya secara spesifik tentang produk Apple pada hari Senin (14/04) di Oval Office, Trump mengatakan: "Saya orang yang sangat fleksibel."
Dia menambahkan, "Mungkin ada hal-hal baru yang akan terjadi. Saya sudah bicara dengan Tim Cook. Baru-baru ini saya membantunya."
Trump mengeklaim kebijakan tarifnya akan memulihkan ekonomi AS dan menciptakan lapangan kerja di dalam negeri.
Menurut Einstein, pada akhirnya Trump hanya ingin membuat kesepakatan.
Trump dan pemerintahannya paham: membangun pabrik chip yang lebih besar saja tidak menyelesaikan masalah.
"Menurut saya, pemerintahan Trump melakukan langkah yang sama seperti kepada pemilik TikTok, Bytedance. Mereka ibarat berkata: Anda tidak bisa beroperasi di AS lagi kecuali memberikan sebagian saham ke Oracle atau perusahaan AS lain," jelas Einstein.
"TSMC tidak akan pergi ke mana pun, jadi AS ingin memaksa mereka membuat kesepakatan dengan Intel lalu mendapatkan bagian dari keuntungan.
Namun, model ekosistem semikonduktor Asia memberikan pelajaran berharga: tidak ada satu negara pun yang bisa mengoperasikan industri chip sendirian.
Dibutuhkan waktu untuk membuat semikonduktor canggih secara efisien dan dalam skala besar.
Trump mencoba menciptakan industri chip melalui proteksionisme dan isolasi.
Padahal, yang memungkinkan industri chip berkembang di seluruh Asia adalah kebalikan dari yang dia lakukan: kolaborasi dalam ekonomi global.