Konten Media Partner

Taliban Menyita Karya Seni, Bagaimana Seniman Perempuan Mencoba Bertahan?

22 Januari 2023 9:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Taliban Menyita Karya Seni, Bagaimana Seniman Perempuan Mencoba Bertahan?
zoom-in-whitePerbesar
"Saya menyopot beberapa lukisan saya dari figuranya. Saya membuang figura-figura itu dan menyembunyikan lukisan-lukisan saya."
Seorang seniman perempuan di Afghanistan melakukan cara seputus asa itu untuk menyelamatkan karya-karyanya.
Shajia mendengar pemerintahan Taliban merazia rumah-rumah.
Beberapa orang menghancurkan lukisan-lukisan, patung-patung, alat musik, sampai buku-buku mereka.
Namun, Shajia menyisakan beberapa lukisan bunga dan alam tetap tergantung di dinding.
Tadinya dia pikir Taliban tidak akan memedulikan lukisan itu, tapi dia salah. Taliban mengambilnya.
Seniman perempuan itu masih tinggal di Afghanistan, jadi kami merahasiakan lokasinya demi keselamatannya.
Lukisan-lukisan Shajia liar dan begitu detail, tetapi juga intim, memperlihatkan kehidupan keras perempuan Afghanistan secara mendetail.
Menurut interpretasi Islam yang ketat dari pemerintah Taliban, menggambar atau melukis wajah manusia dilarang, sehingga Shajia harus menyembunyikan karya seninya.
Shajia is depicting the violence of men in silencing women
Shajia menggambarkan kekerasan laki-laki dalam membungkam para perempuan.
Saat BBC News bertanya, pemerintah Kabul menyangkal pihaknya telah menyita karya-karya seni dengan cara seperti itu.
"Ada laporan di provinsi Herat beberapa bulan lalu, bahwa hal seperti itu terjadi," kata juru bicara Kementerian Pendukung Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan, Mohamad Sadiq Akif.
"Alhamdulillah 99% orang Afghanistan adalah Muslim. Kami menunjukkan kepada orang-orang ajaran Islam dan mereka memutuskan sendiri."
Taliban telah menutup sekolah musik, menginstruksikan semua jaringan radio dan televisi untuk berhenti menayangkan lagu, pertunjukan musikal, atau acara komedi, dan menggantinya dengan puisi religius atau pesan pro-Taliban.
Mereka percaya seni 'Barat' adalah jalan menuju korupsi dan keburukan, meskipun juru bicara Kementerian Informasi dan Kebudayaan, dengan lebih terukur, mengatakan mereka mengapresiasi seni dan kerajinan perempuan pada Hari Perempuan Internasional.
Shajia menggambarkan pengalaman para perempuan Afghanistan di bawah pemerintahan Taliban sebagai "neraka dunia".
"Seni adalah hasil kerja cinta, itu terbentuk di hati dan pikiran seniman," katanya.
"Hal yang begitu indah tidak memiliki tempat di negara ini, di bawah pemerintahan ini."
Jeritan bisu dan bagaimana perempuan selalu menjadi korban perang.
Para seniman perempuan Afghanistan selalu berusaha untuk menolak tradisi patriarki yang menyesakkan dan mendominasi kehidupan mereka, tetapi karya Shajia sangat pahit dan gelap.
Dia adalah bagian dari mekarnya ekspresi artistik di Afghanistan selama dua dekade, yang berakhir dalam semalam setelah Taliban mengambil alih kekuasaan pada Agustus 2021.
Dulu, Shajia rutin mengunjungi pusat seni perempuan di Kabul.
Di sana dia biasanya melukis, mempelajari keterampilan baru, dan berinteraksi dengan seniman-seniman muda lainnya. Namun, semua klub perempuan telah ditutup.
"Ketika ada sensor dan kurangnya toleransi, imajinasi seorang seniman mati, dan ini merupakan bencana bagi saya dan sesama seniman perempuan lainnya," katanya.
Para perempuan Afghanistan sekarang dilarang mengenyam pendidikan dan dari sebagian besar pekerjaan, mereka tidak boleh bersuara di depan umum. Mereka pun hanya bisa meninggalkan rumah dengan pendamping laki-laki.
Di tengah krisis ekonomi yang semakin parah, tidak mengherankan jika Shajia tidak bisa lagi mendapatkan cat atau kuas, jadi dia membuat sketsa secara rahasia untuk menjaga semangat artistiknya tetap hidup.
Namun, dia termotivasi oleh tujuan yang lebih besar - untuk membuat perempuan tetap mendapatkan sorotan.
"Tugas seorang seniman adalah untuk memahami dan menceritakan rasa sakit, ketidaksetaraan, dan kurangnya penghormatan terhadap hak asasi manusia di masyarakat," katanya.
"Saya ingin menunjukkan apa yang dialami perempuan Afghanistan.
"Kami lelah menanggung begitu banyak tekanan."
Dengan melakukan itu, dia mendapat dukungan penuh dari keluarga dan suaminya. Itu merupakan hal langka dalam masyarakat Afghanistan.
"Selain ayah, ibu, saudara perempuan dan laki-laki saya yang selalu mendukung dan menyemangati saya, suami saya juga merupakan advokat dan juru kampanye terbesar saya," kata Shajia.
Pemerintah Taliban dapat melarang seni sesuka hati mereka, tetapi Shajia yakin mereka tidak akan pernah berhasil menghentikan seniman perempuan untuk mendokumentasikan perlawanan perempuan.
Dia menerapkan pernyataan Taliban dengan hati-hati.
"Jika saya melukis seorang perempuan mengenakan burqa dan membawa Alquran, saya akan diizinkan untuk memamerkannya.
"Saya akan terus memperjuangkan kebebasan sejati melalui lukisan saya."