Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten Media Partner
Tania Zeng, Perempuan 58 Tahun Penjual Mebel yang Jadi Atlet Olimpiade
3 Agustus 2024 10:25 WIB
Tania Zeng, Perempuan 58 Tahun Penjual Mebel yang Jadi Atlet Olimpiade
Zhiying Zeng – yang dikenal sebagai Tania Zeng – baru saja merayakan usia ke-58 tahun sebelum berkompetisi di Olimpiade Paris 2024.
Pemain tenis meja profesional ini sejatinya berasal dari China, tapi bakal berupaya meraih medali untuk Chile – negara yang ditinggalinya selama lebih dari 35 tahun.
Kariernya sebagai atlet melaju cepat seperti meteor, demikian pula popularitasnya.
Di Chile, semua orang mengenalnya, menyemangatinya, dan dengan penuh kasih sayang memanggilnya "Bibi Tania" – meskipun dia baru berkompetisi untuk Chile selama empat tahun.
Sebelum menjadi atlet untuk Chile, hidupnya sangat berbeda. Tania adalah penjual mebel di Iquique, sebuah kota di Chile utara.
Di Olimpiade Paris, ia akan menjadi salah satu atlet tertua. Namun, hal itu tampaknya tidak mengganggunya.
“Saya selalu berkata pada diri saya sendiri: 'Tidak, jangan pikirkan usia Anda. Jika saya telah mencapai sejauh ini, saya harus berjuang seperti orang lain,” katanya.
Berbicara menggunakan bahasa Spanyol dengan aksen China yang kental, Tania menceritakan kisahnya kepada BBC Mundo.
Saya lahir di China bagian tengah, di sebuah kota bernama Zhengzhou, pada 1966.
Ayah saya adalah seorang insinyur industri. Ibu saya pelatih tenis meja untuk tim nasional di provinsi tempat kami tinggal.
Saya dibesarkan di sebuah rumah yang terletak di sebuah desa khusus untuk para pelatih olahraga.
Ketika saya berusia sembilan tahun, ayah saya memutuskan bahwa saya harus bermain tenis meja, seperti ibu saya.
Dan begitulah cara saya mulai berlatih.
Pada usia 12 tahun, saya sudah bermain secara profesional. Namun satu dekade kemudian, saya memutuskan untuk pensiun dari dunia tenis meja dan mulai belajar.
Tepat pada saat itu saya menerima undangan dari bagian utara Chile, dari seorang pelatih asal China yang berada di sana dan bekerja dengan tim tenis meja.
Dia menulis surat kepada saya, dan mengatakan bahwa Chile sangat tenang, memiliki pantai dan laut, pemandangan yang sangat indah, dan orang-orang yang ramah.
Itu bukan keputusan mudah. Saya mengalami kesulitan dengan bahasanya dan tempat itu sangat jauh. Ayah saya juga khawatir.
Tapi saya tetap pergi.
Kehidupan baru di Chile
Saya tiba di Chile, tepatnya di kota Arica, pada 1989.
Ketika saya turun dari pesawat, saya tidak bisa mempercayainya. Hanya ada gurun pasir, tidak ada rumput atau pepohonan. 'Apa ini?' pikir saya.
Hal pertama yang mengejutkan saya adalah orang-orang Chile menyapa saya secara langsung. Hal itu sangat aneh bagi saya dan membuat saya kelu.
Saya bergabung dengan klub tenis meja di Arica. Saya merasa sangat diterima. Saya mengajar anak-anak melalui isyarat dan tawa, karena saya tidak mengerti apa-apa.
Saya memiliki banyak waktu luang sehingga saya mulai belajar bahasa Spanyol dan bertemu dengan banyak orang, banyak orang China.
Mereka menjelaskan kepada saya seperti apa Arica dan mengatakan kepada saya bahwa perdagangan sangat baik karena berada di perbatasan dengan Peru.
Tidak ada pedagang di keluarga saya; saya tidak tahu apa-apa. Tetapi saya memutuskan untuk memulai bisnis.
Saya memulai sebuah perusahaan mebel.
Sementara itu, saya bertemu dengan suami saya, seorang warga Chile, secara kebetulan. Kami berdua adalah nasabah dari bank yang sama, kami mulai saling memandang dan kami terpikat.
Kami memiliki dua anak yang sekarang berusia 33 dan 24 tahun.
Setelah tinggal 10 tahun di Arica, kami memutuskan untuk pindah 300 kilometer ke selatan, ke Kota Iquique.
Selama bertahun-tahun itu, saya benar-benar melupakan tenis meja.
Saya tidak punya waktu. Saya punya anak kecil dan pekerjaan saya penuh tuntutan.
Begitulah cara saya meninggalkannya. Dan saya pikir itu akan terjadi selamanya.
Bermain tenis meja lagi
Namun, selama pandemi Covid-19, hidup saya berubah.
Semua bisnis tutup, orang-orang tidak bisa keluar rumah, dan saya tidak punya kegiatan.
Ada sebuah meja ping-pong di rumah saya yang tidak digunakan. Saya melihatnya, membersihkannya dan berpikir: inilah kesempatannya.
Dan begitulah cara saya kembali bermain.
Saya bermain selama satu setengah jam setiap hari. Dan saya mulai menyukainya.
Saya menyadari bahwa saya baik-baik saja, bahwa saya melakukannya dengan baik, dan saya terus berlatih.
Pada pertengahan 2020, saya mulai bermain untuk Klub Iquique. Dan pada tahun 2021 saya mengikuti kejuaraan.
Saya tetap menang walau lawannya pria atau orang yang lebih muda. Saya bahkan meraih tempat pertama di liga nasional.
Baca Juga:
Hal tersebut memberikan saya kepercayaan diri yang tinggi karena saya bermain dengan para pemain terbaik di negara ini.
Saya berpikir: 'Sekarang saya akan kembali ke masa muda saya dan berlatih di level performa yang tinggi. Saya akan bermain sebaik mungkin'.
Sedikit demi sedikit, saya lolos ke berbagai kompetisi.
Pertama, Pesta Olahraga Amerika Selatan, lalu Pan American Games.
Pada 2023, saya berhenti dari semua pekerjaan saya. Saya tidak peduli dengan apa pun kecuali tenis meja.
Mimpi yang menjadi kenyataan
Saya selalu bermimpi untuk pergi ke Olimpiade.
Ketika saya lolos, saya sangat bersemangat.
Saya ingat orang tua saya ingin saya menjadi pemain tenis meja.
Terutama ibu saya, selama bertahun-tahun ia melatih saya. Ia ingin saya melangkah lebih jauh. Sayangnya dia tidak sempat melihat saya, karena dia meninggal pada 1997.
Tapi saya merasa dia membantu saya dalam perjalanan ini. Saya merasa dia selalu bersama saya.
Bagi saya, berlatih di usia 58 tahun, bersaing dengan kecepatan anak muda, tidaklah mudah.
Pada satu titik saya pikir itu bisa menjadi penghalang. Namun jauh di lubuk hati, saya selalu berkata pada diri saya sendiri: 'Tidak, jangan pikirkan usiamu. Jika saya telah berhasil sejauh ini, saya harus berjuang seperti orang lain'.
Jadi, ketika saya tiba di lapangan, saya melupakan diri saya sendiri, usia saya, atau rasa sakit yang saya alami. Karena saya adalah salah satu dari mereka yang percaya bahwa jika Anda memiliki mimpi, Anda selalu bisa mencapainya.
Yang saya sukai dari tenis meja adalah permainan ini sangat lengkap, kita menggunakan kecerdasan, fisik, dan ketangkasan.
Tubuh dan pikiran Anda harus terfokus pada meja. Dan itu sangat menghibur. Ada begitu banyak jenis permainan. Anda harus bisa membaca lawan dengan baik dan tetap tenang.
'Saya merasa 100% orang Chile'
Tujuan pertama saya di Olimpiade adalah untuk menikmati pertandingan. Dan, tentu saja, untuk menang.
Saya akan berjuang di babak pertama. Dan saya akan terus berjuang di ronde kedua dan mudah-mudahan lebih jauh lagi. Tetapi jika saya berhasil melewati dua ronde, saya akan sangat senang juga.
Tentu saja saya ingin memberikan medali untuk Chile.
Saya merasa 100% Chile.
Saya telah tinggal di negara itu lebih lama daripada saya tinggal di China.
Saya memulai membangun sebuah keluarga dan dua anak saya lahir, yang benar-benar orang Chile.
Saya menyukai budayanya, adat istiadat dan makanannya. Hidangan favorit saya adalah pantruca, sup dengan kaldu ayam, telur dan pasta, sangat cocok untuk musim dingin.
Saya telah belajar banyak bahasa Chile, seperti kata 'cachai' atau 'webón'.
Saya sangat senang menerima begitu banyak cinta dari rakyat Chile. Mereka membantu, dan mendukung saya. Dan saya merasa bahwa saya memiliki lebih banyak kekuatan untuk memberikan yang terbaik dari diri saya.
Saya tidak tahu apakah ada resep untuk meraih kesuksesan. Tetapi saya pikir sangat penting untuk mempercayai diri sendiri, tanpa rasa takut, dengan keberanian dan terus maju. Tidak peduli berapa pun usia Anda.
Kita harus berjuang dan berjuang sampai akhir.