Twitter Dikecam PBB dan Uni Eropa karena Tangguhkan Akun Jurnalis

Konten Media Partner
17 Desember 2022 10:25 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Twitter Dikecam PBB dan Uni Eropa karena Tangguhkan Akun Jurnalis
zoom-in-whitePerbesar
PBB dan Uni Eropa mengecam keputusan Twitter untuk menangguhkan akun sejumlah jurnalis yang meliput perusahaan media sosial tersebut.
Reporter New York Times, CNN dan Washington Post termasuk di antara mereka yang terkunci dari akun Twitter mereka.
PBB mengetwit bahwa kebebasan pers "bukan mainan" sementara UE mengancam akan menjatuhkan sanksi pada Twitter.
Seorang juru bicara Twitter mengatakan kepada satu situs berita teknologi AS bahwa larangan itu terkait dengan aktivitas berbagi data lokasi secara langsung.
Melissa Fleming, wakil sekretaris jenderal PBB untuk komunikasi global, mengatakan dia "sangat terganggu" oleh laporan bahwa jurnalis "secara sewenang-wenang" diskors dari Twitter.
"Kebebasan pers bukan mainan," katanya. "Pers yang bebas adalah landasan masyarakat demokratis dan alat utama dalam perang melawan disinformasi yang berbahaya."
Sebelumnya pada hari Jumat (16/12), komisaris Uni Eropa Vera Jourova mengancam Twitter dengan sanksi di bawah Undang-Undang Layanan Digital baru Eropa yang dia sebut membutuhkan "penghormatan atas kebebasan media dan hak-hak fundamental".
"Elon Musk harus menyadari hal itu. Ada batasan. Dan sanksi, segera," imbuhnya.
Elon Musk belum berkomentar tentang penangguhan tersebut secara langsung, namun mengatakan dalam sebuah twit bahwa "boleh-boleh saja mengkritik saya sepanjang hari, tetapi melakukan doxxing terhadap lokasi saya secara real-time dan membahayakan keluarga saya tidak".
Doxxing adalah istilah warganet untuk publikasi informasi pribadi seseorang di internet.
Sang taipan teknologi kemudian membuat jajak pendapat yang menanyakan apakah dia sebaiknya membatalkan penangguhan akun "sekarang" atau "dalam tujuh hari", menandakan keputusan itu dapat dibatalkan lebih cepat.
"Aturan doxxing yang sama berlaku untuk 'jurnalis' seperti halnya orang lain," imbuhnya.
Seorang juru bicara New York Times menyebut penangguhan tersebut "patut dipertanyakan dan disayangkan".
Penangguhan sejumlah akun terjadi setelah Musk bersumpah akan menuntut pemilik profil yang melacak jet pribadinya.
Dia mengatakan seorang "penguntit gila" telah menggunakan berbagi lokasi langsung untuk menemukan dan mendekati kendaraan yang membawa anak-anaknya di Los Angeles.
Namun setelah penangguhan itu, Kantor Luar Negeri Jerman memperingatkan Twitter bahwa "kebebasan pers tidak dapat dihidupkan dan dimatikan dengan seenaknya".

'Alun-alun kota'

Musk membeli Twitter pada bulan Oktober dalam kesepakatan bernilai $44 miliar (Rp6,8 triliun).
Setelah menyelesaikan pengambilalihannya, sang miliarder mengatakan kepada para pengiklan bahwa dia membeli situs media sosial itu karena dia ingin "mencoba membantu umat manusia", dan supaya "peradaban memiliki alun-alun kota digital".
Dia telah membuat sejumlah perubahan pada praktik moderasi Twitter. Langkah tersebut membuat khawatir beberapa kelompok hak-hak sipil, yang menuding bahwa langkah-langkah yang diambil Musk akan meningkatkan ujaran kebencian, misinformasi, dan pelecehan.
Sanksi apa pun yang dijatuhkan pada bisnis Musk atas penangguhan akun dapat diterapkan di bawah Undang-Undang Layanan Digital baru Uni Eropa, yang disetujui oleh blok tersebut awal tahun ini.
Di bawah ketentuan undang-undang baru tersebut, Komisi UE dapat menjatuhkan denda hingga 6% dari omset global perusahaan yang dianggap melanggar aturan.
Dalam kasus-kasus ekstrem, UE dapat meminta pengadilan untuk menangguhkan layanan perusahaan yang nakal, tetapi hanya jika mereka "menolak untuk mematuhi kewajiban penting dan dengan demikian membahayakan kehidupan dan keselamatan banyak orang".
Matt Binder, seorang jurnalis untuk Mashable dan salah satu dari mereka yang akunnya ditangguhkan, mengatakan dia tidak tahu alasan dia diblokir dari Twitter.
"Saya sangat kritis terhadap Musk dalam laporan-laporan saya," katanya kepada BBC. Tetapi dia mengatakan klaim Musk "bahwa semua orang yang diskors melakukan doxxing - karena melacak jet pribadinya" tidak benar.
Matt Binder dari Mashable termasuk di antara jurnalis yang akunnya ditangguhkan oleh Twitter.
Dia mengatakan dia tidak pernah mengetwit hyperlink yang mengarahkan ke si pelacak, tetapi dia pernah menyebut akun tersebut setelah ditangguhkan.
"Jelas orang-orang yang diskors dipilih oleh manusia, karena ada ratusan akun per menit yang mengetwit tautan tersebut."
Binder, yang sudah aktif di Twitter sejak tahun 2008 dan telah melaporkan perkembangan di situs media sosial tersebut, mengatakan dia terkejut dengan pemblokiran para jurnalis.
"Saya tahu itu adalah kemungkinan tetapi tidak benar-benar berpikir dia akan melakukannya karena itu akan sepenuhnya merusak citra Twitter sebagai platform kebebasan berbicara."
Pada hari Jumat (16/12), muncul kabar bahwa jajaran eksekutif di NBC News memutuskan untuk menarik reporter disinformasi mereka, Ben Collins, dari siaran televisi karena twitnya awal bulan ini yang kritis terhadap Musk.
Musk kemudian berbicara kepada sejumlah wartawan di Twitter Spaces, bagian dari aplikasi media sosial itu yang memungkinkan percakapan audio langsung, tetapi setelah menjawab beberapa pertanyaan tentang pemblokiran dia pergi dan Twitter Spaces sendiri sejak saat itu tampaknya telah ditangguhkan.
Twitter juga menangguhkan akun resmi Mastodon, yang muncul sebagai alternatif untuk Twitter sejak pengambilalihan Musk.
Tautan ke akun Mastodon individu juga tampaknya diblokir. Pesan kesalahan memberi tahu pengguna bahwa tautan ke Mastodon telah "diidentifikasi" sebagai "berpotensi berbahaya" oleh Twitter atau mitranya.

Analisis oleh Zoe Kleinman, editor teknologi BBC News

Pada inti semua ini adalah seorang ayah yang marah karena data lokasi jet pribadinya dibagikan ke publik, yang ia klaim menyebabkan insiden keamanan yang melibatkan putranya yang masih kecil.
Akun Twitter yang melakukannya menggunakan data penerbangan dapat diakses secara publik. Barangkali bukan hal yang terlalu baik, tapi tidak melanggar hukum.
Kemarahannya sekarang meluas ke sejumlah wartawan yang dia klaim turut membagikan lokasinya.
Tetapi ini adalah pendekatan moderasi yang cacat secara fundamental. Saya yakin banyak dari kita berharap kita dapat menangguhkan atau memblokir akun media sosial yang mengunggah konten yang tidak kita sukai.
Ini bukan pertama kalinya Elon Musk mengambil pendekatan yang sangat personal untuk moderasi konten. Dia menolak untuk mengizinkan ahli teori konspirasi Infowars Alex Jones kembali di Twitter karena telah menggunakan kematian anak-anak untuk memajukan kariernya - seraya menyebutkan kehilangan anaknya sendiri, Alexander yang berusia 10 minggu.
Dia juga telah menangguhkan akun yang menyamar sebagai dirinya.
Pada dasarnya, Elon Musk sudah melanggar komitmennya sendiri untuk "kebebasan berbicara". Kebebasan berbicara selama itu tidak membuat Musk kesal secara pribadi, sepertinya itu pesannya.