Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Warga Palestina Kembali ke Rumah yang Jadi Reruntuhan akibat Gempuran Israel
9 Juli 2023 16:40 WIB
·
waktu baca 5 menit“Kami terpaksa kabur. Jika tidak, saya dan anak-anak perempuan saya akan dibunuh,” kata Fatina al-Ghoul. Ia menangis saat ia melihat tumpukan puing dan debu yang dulu merupakan rumahnya.
Sebuah buldoser datang dan mulai membersihkan puing-puing dari jalanan, yang sekarang tinggal reruntuhan.
Fatina dan sembilan perempuan lainnya, termasuk keluarga dan tetangganya, pergi meninggalkan rumah mereka di kamp pengungsi Jenin ketika Israel menggelar salah satu operasi militer terbesar di wilayah kedudukan Tepi Barat dalam beberapa tahun.
Keluarga Fatina adalah satu dari ratusan keluarga Palestina yang kini kembali ke sisa-sisa rumah mereka yang hancur, akibat serangan dron dan pertempuran antara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan warga Palestina bersenjata.
IDF menyebutnya sebagai ”operasi untuk melawan terorisme”. Mereka mengeklaim menarget toko-toko yang menjual senjata dan fasilitas manufuktur milik kelompok-kelompok tentara di daerah itu.
Namun, Menteri Luar Negeri Palestina mengutuk operasi itu dan menyebutnya “perang terbuka terhadap penduduk Jenin”.
Raturan pasukan Israel didukung oleh serangan dron saat memasuki kamp pengungsi Jenin, di mana hampir 24.000 orang tinggal di area yang luasnya setengah dari satu kilometer persegi pada Senin (3/7) pagi.
Serangan tersebut memicu baku tembak dengan para warga Palestina yang mengangkat senjata.
Otoritas Kesehatan Palestina mencatat 12 orang Palestina tewas dalam dua hari terakhir, termasuk empat anak, dan lebih dari 100 orang terluka.
Pasukan militer Israel mengatakan, salah satu tentara mereka terbunuh ketika pasukan itu mulai keluar dari Jenin pada Selasa (4/7) malam.
“Rumah saya sudah benar-benar hancur. Semuanya rusak dan terbakar. Itu semua hancur,” kata Fatina.
Beberapa rumah sakit lokal juga memberitahu BBC bahwa mereka kesulitan menangani dampak dari konflik itu.
Baca juga:
Ribuan penduduk juga turun ke jalan pada Rabu (5/7) untuk menggelar pemakaman massal untuk para warga yang terbunuh – kurang lebih delapan orang merupakan anggota dari sayap militer dari faksi utama Palestina.
Senapan api ditembakkan untuk mengenang para prajurit yang tewas.
Banyak orang Palestina yang menyalahkan Otoritas Palestina (PA), pemerintah utama yang memimpin warga Palestina di wilayah Tepi Barat, karena gagal dalam melindungi mereka selama operasi militer.
Rekaman video yang tersebar di media sosial menunjukkan dua anggota perwakilan PA yang terpaksa meninggalkan upacara pemakaman karena mereka ditegur oleh kerumunan.
Warga mengeluh sejak awal operasi bahwa pasukan keamanan utusan PA dengan sangat mudah mengizinkan kendaraan militer Israel memasuki kota itu.
Fatina mengaku dia juga menyalahkan PA atas minimnya tindakan pencegahan. “Ini rumah kami. Kami hidup dalam ketakutan, dan hanya kami yang hadir di sini untuk melindunginya.”
Walikota Jenin dan anggota PA, Akram Rajoub, tidak setuju dengan pernyataan itu.
”Ada kesepakatan antara PA dan Israel. PA belum pernah melanggar kesepakatan itu dan petugas keamanan tetap menjalankan tugas mereka selama operasi militer sesuai dengan perintah yang diberikan oleh pemerintah Palestina.”
Seorang tentara dari kelompok militer Palestina mengatakan pasukan Israel telah berhasil menghancurkan beberapa fasilitas, termasuk gudang yang menyimpan beberapa ledakan.
Namun, skala operasi yang besar dalam kota yang padat populasi serta memiliki kamp pengungsi dikritik oleh kepala kepala hak asasi manusia PBB. [Kantor kemanusiaan PBB menyuarakan "alarm"]
Bagi banyak penduduk seperti Fatina, akses langsung ke air minum, makanan, dan tempat berlindung kini menjadi sangat penting.
"Malam ini kami akan tidur di jalanan. Kami bahkan tidak bisa duduk di dalam rumah. Tidak ada tempat untuk kami maupun tetangga kami."
Warga Palestina khawatir kekerasan meningkat setelah serangan di Tepi Barat
Baca juga:
Atmosfer di kamp pengungsi Jenin terasa seperti suasana di tempat lain, yakni Gaza setelah perang dengan Israel.
Namun, ini adalah wilayah kedudukan Tepi Barat; di mana dinamikanya jauh berbeda. Kini rasanya secara perlahan sesuatu yang jauh lebih berbahaya akan terjadi.
Kehancuran kamp itu terjadi setelah pasukan Israel meluncurkan operasi militer paling besar dalam 20 tahun terakhir.
Ketika ratusan tentara memasuki kamp itu pada Senin (3/7) pagi, tentara membalasnya dengan menembakan rudal dari dron – serangan udara belum pernah digunakan di Tepi Barat dalam dua dekade terakhir.
Mereka menghancurkan jalanan untuk menhilangkan apa yang mereka sebut sebagai bom militer di pinggir jalan.
Baku tembak sengit pecah antara pasukan Israel dan kelompok militer Palestina dan berlanjut sampai pasukan Israel mundur pada Selasa (4/7) malam.
Sekarang untuk pertama kalinya, kota itu berada dalam keadaan aman sejak hari Minggu. Ribuan warga turun ke jalan untuk menyaksikan kehancuran itu dengan bola mata mereka sendiri.
Mereka memanjat puing-puing, mengambil foto di ponsel mereka dari reruntuhan dan membandingkan pengalaman masing-masing.
Mereka menunjuk ke arah rumah mana saja yang digerebek, anak laki-laki siapa yang ditahan, dan di mana para korban tewas.
Seorang pria berjalan ke arah saya dan mengatakan suasana itu mengingatkannya pada foto-foto dari Turki dan Suriah awal tahun ini – yang menunjukkan kehancuran masif setelah gempa bumi.
Mobil-mobil hancur dan terlempar ke samping, di mana mereka dipindahkan dari jalur buldoser berlapis baja D9 Israel. Aspal jalanan robek dan berserakan di mana-mana dalam bongkahan besar.
Kami berjalan melintasi jalanan yang dipenuh: puing-puing, pasir, dan debu.
Banyak rumah tidak memiliki air atau listrik. Para relawan membawa peti berisi air kemasan.
Mereka bekerj sama dengan para pekerja pemulihan - beberapa mengemudikan beberapa penggali yang tersedia.
Salah satunya memindahkan pohon tumbang dari atas tempat tinggal. Itu memotong sebagian fasad sebuah toko di lantai dasar.
Konvoi lapis baja Israel mundur semalaman di tengah baku tembak sengit dengan militan.
Meskipun hari ini cukup tenang, semua orang takut akan terjadi kerusakan lebih banyak.
Pihak Israel mengatakan mereka akan terus melakukan operasi semacam ini "selama diperlukan untuk mencabut terorisme". Sementara, kelompok militan Palestina mengklaim itu sebagai "kemenangan" dan bersumpah akan membalas dendam.
Melanjutkan perjalanan melalui kamp dan prosesi pemakaman dimulai, ribuan pelayat bernyanyi sambil membawa tandu berisi jenazah beberapa dari 12 warga Palestina yang tewas sejak Senin.
Empat dari mereka berusia di bawah 18 tahun.