Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Tragedi Kanjuruhan: Kasus Pengusutan Belum Usai
10 Desember 2022 21:57 WIB
Diperbarui 20 Desember 2022 21:10 WIB
Tulisan dari Annisa Putri Salsabillah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Siapa sih yang tidak suka dengan olahraga?
Olahraga merupakan suatu aktivitas yang sudah menjadi kebutuhan bagi semua manusia, yang menggunakan energi fisik dan mental untuk melatih tubuh manusia baik secara jasmani maupun secara rohani. Olahraga memiliki berbagai macam jenis, akan tetapi yang paling digemari banyak orang ialah olahraga sepak bola.
ADVERTISEMENT
Pasti kalian pernah dong bermain atau menonton sepak bola?
Sepak bola merupakan olahraga yang sangat populer di kalangan banyak orang. Permainan sepak bola selalu memiliki banyak peminat di setiap pertandingannya. Namun sayangnya pendukung sepak bola yang fanatik tidak hanya menjadikan sepak bola sebagai sarana hiburan, mereka menjadikan sepak bola sebagai sebuah gengsi yang mereka genggam. Seiring berjalannya waktu banyak pendukung klub sepak bola yang salah menggunakan arti gengsi itu sendiri karena tidak terima tim atau klub kesayangan mereka mengalami kekalahan.
Suporter Indonesia bisa dikatakan merupakan suporter yang sangat fanatik. Diberitakan dalam Astomo (2012), bahwa suporter Indonesia merupakan salah satu suporter paling fanatik di dunia. Indonesia berada diurutan ke tiga setelah Inggris dan juga Argentina. Secara psikologis seseorang yang fanatik biasanya tidak mempu memahami apa yang ada di luar dirinya dan tidak paham terhadap masalah orang atau kelompok lain. Tanda-tanda yang jelas dari sifat fanatik adalah ketidakmampuan dalam memahami karakteristik individu atau orang lain yang berada di luar kelompoknya baik benar ataupun salah (Hapsari & Wibowo, 2012).
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 01 Oktober 2022 yang lalu, ajang bergengsi antara tim Arema FC melawan Persebaya FC yang diselenggarakan di Stadion Kanjuruhan Malang menumpahkan cerita yang sangat buruk untuk citra sepak bola Indonesia. Kerusuhan antara para pendukung dengan aparat yang menjaga saat pertandingan berlangsung karena kurangnya komunikasi.
Aparat keamanan yang telat membuka pintu saat kerusuhan terjadi membuat suporter yang tidak bersalah tidak bisa keluar dan tidak bisa menghindari kerusuhan tersebut. Polisi dikritik karena menembakkan gas air mata bukan hanya ke lapangan di mana suporter turun tetapi juga ke tribun penonton yang mengakibatkan banyak korban. Dilansir dari detik.com tercatat kurang lebih 302 suporter luka ringan dan 21 suporter luka berat serta menyebabkan 130 orang meninggal dunia dan tidak sedikit juga dari kalangan anak-anak yang ikut menjadi korban tragedi ini (Wibawana, 2022).
ADVERTISEMENT
Ada beberapa fakta yang terkuak dalam tragedi Kanjuruhan ini, yaitu kekalahan Arema FC atas Persebaya yang terjadi di Stadion Kanjuruhan merupakan yang pertama dalam 23 tahun terakhir. Kekalahan itu seolah menjadi noda hitam di mata Aremania. PT Liga Indonesia menghentikan Liga 1 tahun 2022 selama sepekan seraya menunggu arahan dari ketua umum PSSI.
Fakta berikutnya adalah hilangnya rasa percaya masyarakat terhadap aparat kepolisian Indonesia. Dikarenakan cara aparat kepolisian mengatasi kericuhan terhitung kurang lebih 11 tembakan gas air mata yang dilepaskan membuat penonton semakin panik dan kehilangan oksigen saat berdesakan mencari pintu keluar. Ketua PSSI Jawa Timur, Ahmad Riyadh menjelaskan bahwa polisi sudah mengetahui adanya larangan membawa gas air mata dalam pengamanan. Hanya saja dengan terjadinya kerusuhan tersebut polisi punya aturan sendiri dalam tata cara pengamanan kerusuhan.
ADVERTISEMENT
Pelatih Arema FC, Javier Roca menyebutkan bahwa para pemain juga sangat terpukul dengan tragedi Kanjuruhan ini. Komisaris disiplin PSSI pun tidak segan untuk menjatuhkan sanksi kepada Arema FC dengan melarang adanya pertandingan di Stadion Kanjuruhan dan harus menggelar laga pertandingan yang berjarak 250 KM dari stadion tersebut. Arema FC juga didenda ratusan juta rupiah oleh PSSI. Asosiasi Provinsi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (ASPROV PSSI) Jawa Timur menghentikan sementara seluruh kompetisi sepak bola di wilayahnya. Sebagai simbol hari berkabung pasca tragedi Kanjuruhan ini. Untuk menghormati tim investigasi dalam upaya mencari fakta dari peristiwa tersebut (Yusuf, 2022).
Evaluasi diwajibkan kepada kedua belah pihak atas kejadian yang menimpa. Banyak sekali kerugian antara kedua pihak yang mengharuskan sifat tanggung jawab bagi seluruh korban yang tidak bersalah pada tragedi tersebut. Upaya menghindari kejadian yang tidak diinginkan terulang kembali pada masa yang akan datang. Cukup tragedi Kanjuruhan saja yang menjadi pelajaran berharga untuk kita semua dapat lebih bijak dalam mengambil keputusan hingga tidak berakibat fatal. Hal ini menjadi pelajaran penting bagi semua pihak agar kembali mengelola dengan baik berbagai kegiatan olahraga terutama di bagian keamanan dan ketertiban.
ADVERTISEMENT
Dengan terjadinya tragedi Kanjuruhan ini, menyadarkan semua pihak bahwa fanatik terhadap sesuatu itu dapat menimbulkan dampak yang sangat buruk. Hal ini juga menyadarkan seluruh Indonesia bahwa “tak ada pertandingan sepak bola yang senilai dengan sebuah nyawa”.
Sumber rujukan:
Hapsari, Indria., & Wibowo, Istiqomah. (2015). Fanatisme Dan Agresivitas Suporter Klub Sepak Bola. Junal Psikologi, 8(1), 52-58.
Wibawana Widhia, Arum. (2022). Tragedi Kanjuruhan: Kronologi, Penyebab dan Jumlah Korban. Diunduh pada 02 Oktober 2022 dari https://news.detik.com/berita/d-6324274/tragedi-kanjuruhan-kronologi-penyebab-dan-jumlah-korban/amp
Yusuf, Maulana. (2022). Arema FC Dapat Sanksi dari Komdis PSSI, Javier Roca: Pemain Semakin Terpukul. Diunduh 28 Oktober 2022 dari https://bola.okezone.com/amp/2022/10/28/49/2696285/arema-fc-dapat-sanksi-dari-komdis-pssi-javier-roca-pemain-semakin-terpukul