Bagaimana Cara Para Pasangan Bertahan Hingga Tua?

Beauty Fortuna
Mahasiswi Jurnalistik Universitas Padjadjaran
Konten dari Pengguna
24 Desember 2021 21:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Beauty Fortuna tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto via unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Foto via unsplash
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
“Cinta sehidup dan semati”
Dari mana ya kalimat tersebut awalnya muncul? Bak sihir yang mengharuskan dua sejoli harus bersama dalam hidup hingga nanti mati.
ADVERTISEMENT
Ide dua orang yang saling mencintai untuk saling bersama dalam keadaan suka maupun duka terkadang terdengar seperti hal yang tidak mungkin, namun mungkin adanya. Tak melulu soal hubungan suami-istri yang berakhir di pernikahan, dalam hubungan pacaran saja, bagaimana caranya agar satu sama lain menyimpan kenangan di atas komitmen yang mereka bangun?
Saya bukan yang pesimis terhadap hubungan romantis para insan manusia, bukan juga seseorang yang tak pernah merasakan hubungan khusus tersebut. Hanya saja, dari banyaknya jumlah manusia di bumi ini, bagaimana cara kita agar cocok dengan satu sama lain? Akankah manusia terlahir dengan sifat dan kebutuhan yang berbeda-beda? Apa betul, hubungan para pasangan yang bertahan hingga tua itu didasari oleh cinta, atau sebatas karena keterikatan hubungan yang telah dijanjikan di awal saja?
ADVERTISEMENT
Cerita pribadi saja, namun rasa pesimis saya tersebut muncul didukung oleh banyak faktor. Sebagai manusia yang membutuhkan orang lain untuk hidup (atau juga untuk berbagi cerita), banyak orang yang datang dengan kisah-kisah mengenai hubungan percintaannya. Bisa cerita tentang hubungannya sendiri, kisah teman, hubungan orang tua, hingga kabar hubungan percintaan para selebriti yang mereka ikuti. Bagaimana hasilnya? Bisa dibilang, hampir sebagian besar cerita yang berlalu-lalang di telinga ini berisikan kehancuran hubungan yang telah dialami mereka, atau temannya, atau keluarga, bahkan orang-orang lain.
Foto via Unsplah
Ya tentu tak melulu soal kesedihan dan putus cinta saja, ada yang datang dengan kabar yang menggembirakan tentang hubungannya yang berjalan mulus. Ada yang datang dengan memberi kabar pernikahan yang akan dilaksanakan dalam waktu yang akan datang. Ada yang datang dan bercerita akan besarnya rasa cinta yang ia rasakan terhadap orang lain.
ADVERTISEMENT
Namun nyatanya, cinta saja tak cukup untuk membuat seseorang bertahan. Ada orang yang meminta usaha lebih dari pasangannya agar dapat membuatnya puas, namun ada juga yang berkata bahwa cinta itu tidak boleh menuntut adanya usaha. Sebetulnya tidak ada formula khusus yang dapat menjadi pengukur “apakah dia mencintai saya” atau “apakah saya mencintai dia”. Hanya saja, uniknya manusia itu selalu menemukan caranya sendiri untuk melakukan sesuatu.
Pernah melihat pasangan yang terus bertahan hingga tua? Mereka yang hanya bersama sejak muda, melewati beberapa pergantian kejadian dan menjadi saksi akan hal tersebut. Membangun rumah tangga hingga bahagia ketika menimang cucu di hari tua, sebuah sesuatu yang (hingga saat ini) masih didambakan oleh sebagian besar orang. Life goals, kata orang-orang.
ADVERTISEMENT
Kembali pada realita di mana saya belum dapat menemukan sosok yang tepat untuk membuktikan adanya ‘cinta’, alih-alih berharap untuk menghabiskan masa tua saya dengan seseorang yang tepat. Sebanyak apapun cerita romansa para pasangan di luar sana yang telah saya dengar, tentu saja dibarengi dengan kabar hancurnya hubungan para pasangan lainnya. Apa perbandingannya 50:50? Apa ketika ada pasangan yang bahagia, disertai juga kenaikan jumlah pasangan yang tak berhasil menjalin hubungan? Tidak ada yang tahu.