Budaya Oversharing di Media Sosial: Curhat atau Cari Perhatian?

Beauty Fortuna
Mahasiswi Jurnalistik Universitas Padjadjaran
Konten dari Pengguna
1 Juni 2021 5:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Beauty Fortuna tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto via Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Foto via Unsplash
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketika menelusuri lini masa suatu media sosial, kita semua sudah dapat menduga informasi apa yang sekiranya akan bermunculan. Saat ini, dunia maya dan dunia nyata sudah hampir tidak ada bedanya. Segala informasi di dunia saat ini hampir semuanya ada di media sosial.
ADVERTISEMENT
Informasi yang tersajikan pun bermacam-macam. Mulai dari berita terkini mengenai pemerintahan dalam negeri hingga gosip publik figur sekalipun. Kemudahan untuk mendapatkan informasi karena teknologi yang sudah sangat berkembang sekarang ini hanya membutuhkan upaya sebesar menggerakkan kedua ibu jari maupun trackpad saja.
Hal yang sama berlaku ketika seseorang ingin berbagi informasi penting atau hanya sekedar berbagi cerita. Media sosial yang hadir dengan keunikan dan kelebihan yang dimilikinya, menjadi wadah setiap orang untuk menyebarkan informasi.
Foto via Unsplash
Belum lama ini, Felicia Tissue, mantan pacar dari anak bungsu Presiden Jokowi ini mengunggah sebuah video ‘klarifikasi’ melalui akun Youtube pribadinya yang cukup menyita perhatian warganet.
Video tersebut ia unggah untuk menjawab dengan jelas pertanyaan yang banyak dilontarkan warganet, yakni seputar kandasnya hubungan dengan sang mantan pacar. Video berdurasi sembilan menit tersebut cukup membahas banyak hal, meski fokusnya tetap pada kesaksian Felicia terhadap apa yang terjadi pada hubungannya.
ADVERTISEMENT
Detail-detail lainnya juga ia ceritakan dengan cukup jelas seperti saat Kaesang yang mendadak menghilang hingga keluarga presiden yang bungkam ketika ditanyai kejelasan.
Lalu bagaimana dengan respons warganet? Melihat komentar dari akun Instagram pribadinya, Felicia banyak menerima dukungan yang bertujuan untuk menguatkan dan mengingatkan dirinya untuk tidak bersedih terlalu lama. Meski tak sedikit juga ia menerima komentar buruk.
Jika ditelaah, apa yang dilakukan Felicia dalam video tersebut adalah berbagi cerita. Namun, kisah yang diceritakan merupakan masalah pribadi yang sebetulnya tidak harus diketahui oleh semua orang. Perilaku tersebut saat ini sering dikenal dengan istilah oversharing.
Perilaku Oversharing di Media Sosial
Webster’s New World College Dictionary sendiri mengartikan oversharing sebagai pengungkapan informasi secara berlebihan atau tidak sesuai dengan konteks tertentu.
ADVERTISEMENT
Kajian yang dilakukan oleh Griffiths (2013) bahkan mengungkapkan bahwa perilaku tersebut bersifat adiktif, dan untuk mengobatinya perlu dilakukan pendekatan biologis, psikologis, dan sosial.
Perilaku oversharing dapat dilakukan oleh siapa pun, tak harus seorang publik figur atau kalangan tertentu saja. Hal ini mudah sekali untuk ditemukan di berbagai platform media sosial saat ini.
Pelaku Oversharing Cari Perhatian?
Setiap orang tentunya memiliki alasannya tersendiri atas setiap kehendak, sama halnya dengan perilaku oversharing.
Survei yang dilakukan Ipsos menunjukkan bahwa alasan terbanyak orang melakukan oversharing adalah untuk berbagi hal yang menarik, diikuti setelahnya oleh hal yang penting dan hal yang lucu.
Terdapat berbagai alasan mengapa seseorang melakukan oversharing. Namun alasan-alasan tersebut secara umum dapat dikerucutkan menjadi beberapa hal.
ADVERTISEMENT
Yang pertama adalah untuk menjaga relasi sosial. Hal ini dapat ditunjukkan melalui umpan balik yang seseorang terima atau berikan. Contohnya ketika seseorang berbagi cerita, orang lain yang merespons dapat dikatakan memberikan dukungan atau paling tidak rasa empati.
Selanjutnya adalah presentasi diri. Media sosial saat ini kerap menjadi ajang 'pamer' penggunanya. Seseorang ingin menampilkan segala sesuatu yang terbaik, maka dari itu alasan ini dapat digunakan sebagai upaya seseorang dalam membangun image.
Yang terakhir adalah untuk hiburan. Alasan ketiga ini dapat ditunjukkan dengan saling berbagi tautan atau informasi yang dirasa dapat dibagikan dengan rekan. Faktor hiburan juga bertujuan untuk menghilangkan rasa jenuh dan bosan.