Konten dari Pengguna

Dependensi Eropa terhadap Energi Rusia

BEDRIANSYAH S ZAINI
Mahasiswa Prodi Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Gadjah Mada
15 Desember 2022 22:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari BEDRIANSYAH S ZAINI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebuah pipa di Jerman. Quinten de Graaf via Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Sebuah pipa di Jerman. Quinten de Graaf via Unsplash

Politik Energi Rusia

Sebagai negara dengan luas wilayah yang tergolong luas, Rusia merupakan salah satu pemain dominan bagi pasokan energi di Eropa. Karena tak hanya luas dari segi wilayah, negara ini juga mempunyai cadangan energi yang amat melimpah. Mengacu pada British Petroleum (BP) dalam Statistical Review of World Energy 2022, Rusia memegang 12.2% bagian dari total keseluruhan produksi ribuan barel minyak dunia per hari. Masih dikutip dari BP, Rusia juga menjadi negara pengekspor minyak mentah terbesar di dunia setelah Arab Saudi, yakni mencapai 263.6 juta ton pada tahun 2021. Tak hanya minyak, Rusia juga memiliki cadangan gas alam yang cukup melimpah. Menurut laporan yang dibuat oleh BP, Rusia memegang 17.4% produksi dunia dalam miliar kubik meter, salah satu yang terbesar di dunia setelah Amerika Serikat. Dengan demikian, Rusia memainkan peran yang sangat krusial bagi ekonomi sebagian besar dunia, terutama Eropa.
ADVERTISEMENT
Banyaknya cadangan energi yang dimiliki oleh Rusia membuat Rusia begitu yakin dan tampil percaya diri dalam setiap agenda politik internasional, terutama berkaitan dengan keekonomian. Bagaimana tidak, energi merupakan salah satu roda penggerak yang amat krusial disamping dari sumber daya manusia. Negara manapun tentu membutuhkan energi untuk menggerakkan perekonomian, terutama negara-negara yang bergantung pada operasional manufaktur (negara industri). Tak ayal, Rusia bak negara yang memiliki kartu AS dalam setiap permainan kartu bersama negara-negara lain. Walaupun memang, Rusia tidak sekuat negara-negara Timur Tengah yang cadangan energinya lebih melimpah–seperti Arab Saudi dengan minyaknya dan Qatar dengan gas alamnya–namun tetap saja, Rusia sebagai negara terdekat Eropa menjadi salah satu pemain penting bagi negara-negara di kawasan Eropa. Karena dalam melakukan impor energi, perlu diperhitungkan keuntungan dan biaya yang akan ditanggung. Semakin jauh energi tersebut didatangkan, tentu semakin banyak pula biaya yang perlu dikeluarkan. Inilah yang menjadi salah satu sebab permainan geopolitik akan selalu eksis, karena letak geografis menjadi salah satu faktor permainan. Kehadiran Rusia sebagai pemain penting energi bagi dunia juga dapat dilihat dari banyaknya ekspor minyak mentah pada tahun 2021 yang dilakukan oleh Rusia ke seluruh penjuru dunia, yakni sebesar 263.6 juta ton. Yang menarik ialah dari 263.6 juta ton minyak yang diekspor oleh Rusia, Eropa menyumbang angka impor sebesar 138.7 juta ton–menjadi yang dominan dibandingkan negara lainnya. Fakta ini menunjukkan dependensi Eropa terhadap Rusia dalam hal minyak mentah yang masih tergolong tinggi.
ADVERTISEMENT

Nord Stream: Tulang Punggung Energi bagi Eropa, Senjata Ekonomi bagi Rusia

Mengacu pada Ismiyatun & Cintia, Nord Stream merupakan salah satu dari tiga pipa penyalur gas yang dimiliki oleh Rusia. Pipa Nord Stream adalah pipa satu-satunya yang menyalurkan gas tanpa harus melalui negara transit (Ismiyatun & Cintia, 2022). Adapun kedua pipa lainnya diinstalasi dengan harus melalui negara transit, yakni melalui Ukraina dan Belarus (Ismiyatun & Cintia, 2022).
Keberadaan pipa Nord Stream dinilai memainkan peran yang amat krusial bagi Uni Eropa, terutama Jerman, karena pipa tersebut merupakan pipa terbesar yang dimiliki Gazprom (perusahaan asal Rusia) untuk menyalurkan gas ke negara-negara Eropa Barat. Mengacu pada rangkuman media Al-Jazeera, kekesalan Uni Eropa dimulai ketika Rusia menurunkan kapasitas pipa Nord Stream 1 dari yang semula pada kapasitas normal menjadi hanya 40%-nya saja pada bulan Juni 2022. Tak cukup sampai di situ, Rusia kemudian mematikan suplai gas melalui pipa Nord Stream 1 selama 10 hari pada bulan Juli 2022. Pihak Rusia berujar jika penurunan hingga pemberhentian suplai gas tersebut dikarenakan alasan teknis, yakni kerusakan turbin, dan turbin tersebut terlambat dikembalikan oleh Siemens Energy sebagai salah satu vendor Gazprom yang memperbaiki turbin tersebut. Tetapi ketua bidang kebijakan energi Uni Eropa berujar bahwa tak ada alasan teknis untuk melakukan pemberhentian total terhadap suplai gas ke Eropa Barat.
ADVERTISEMENT
Masih mengacu kepada media Al-Jazeera, bahwa disebutkan jika penurunan hingga pemberhentian suplai gas dinilai sangat politis, terutama ketika juru bicara Rusia Dmitry Peskov hingga Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan resiko kenaikan harga energi di seluruh dunia jika Barat terus menerus memberikan dan memperketat sanksi.
Penulis setuju bahwa aksi penurunan hingga pemberhentian suplai gas dinilai sangat politis. Alasannya yakni Gazprom sebagai salah satu perusahaan Rusia digunakan oleh pemerintah Rusia untuk memperkuat kepentingan domestiknya. Sanksi yang dijatuhkan oleh Barat tentunya memaksa Rusia untuk 'memperalat' Gazprom demi mereduksi sanksi yang diberikan oleh Barat. Dalam hal ini, Barat juga dinilai bertanggung jawab atas kekacauan rantai pasok yang terjadi secara global hingga kekacauan tersebut mengakibatkan ancaman resesi. Namun begitu, segala bentuk serangan melalui militer dalam dunia internasional sudah sepatutnya untuk diminimalisir. Tetapi hal yang patut digaris bawahi ialah cara-cara yang ditempuh oleh pihak-pihak terkait. Sanksi bukanlah sebuah solusi dalam menyelesaikan konflik. Justru, dialog-dialog yang bersifat diplomatis-lah yang dapat mengambil peran dalam menyelesaikan berbagai konflik.
ADVERTISEMENT

Upaya Diversifikasi Energi oleh Uni Eropa

Pergerakan perdagangan gas alam melalui pipa menuju Eropa yang tertinggi disumbang oleh Rusia, yakni sebesar 167 miliar kubik meter, dengan Uni Eropa sebagai tujuan tertinggi yakni 132.3 miliar kubik meter. Fakta ini juga didukung oleh hasil penelitian BP yang menunjukkan bahwa 40 persen dari penggunaan gas di Eropa pada tahun 2021 berasal dari Rusia. Fakta ini menunjukkan ketergantungan Eropa yang tinggi terhadap gas dari Rusia. Dependensi seperti ini tentunya dapat menjadi buah simalakama bagi Eropa, karena aliansi Uni Eropa dengan Rusia yang saling bertolak belakang, dan sewaktu-waktu dapat mengakibatkan terputusnya suplai gas karena kepentingan politik Rusia–seperti yang terjadi sekarang. Oleh karenanya, penting bagi Eropa untuk mulai melakukan diversifikasi energi untuk mengurangi bentuk dependensi kepada Rusia. Salah satu solusi yang ditawarkan oleh Uni Eropa yakni melalui proposal REPowerEU. Mengacu pada laman Uni Eropa, tujuan utama dari dibentuknya REPowerEU yakni untuk mengurangi bentuk dependensi energi fosil kepada Rusia. Namun disamping itu, REPowerEU juga bertujuan untuk memberikan akselerasi terhadap perubahan bentuk energi menuju energi yang lebih terbarukan. Selain itu, REPowerEU merupakan salah satu bentuk dukungan Uni Eropa kepada para negara mitra yang dilaksanakan melalui mekanisme diversifikasi.
ADVERTISEMENT
Tetapi hal yang perlu digaris bawahi yakni menyangkut biaya, baik itu ekonomi maupun politik, dalam mendukung agenda REPowerEU. Dalam game theory atau rational choice theory, setiap aktor akan melakukan kalkulasi untung rugi, baik dalam segi ekonomi maupun politik dalam setiap pengambilan keputusan. Mengacu pada tulisan Sarah Miller sebagai mantan editor Petroleum Intelligence Weekly, World Gas Intelligence and Energy Compass, bahwa langkah yang dilakukan Uni Eropa untuk mengurangi suplai gas Rusia dan dialihkan kepada Liquid Natural Gas (LNG), menginisiasi tambahan pipa dari eksportir lain, serta mengintensifkan infrastruktur energi terbarukan terdengar cerdik. Namun menurutnya, hal tersebut penuh dengan ketidakpastian. Penulis setuju dengan argumen dari Sarah Miller. Kemudian keputusan untuk mengalihkan impor gas dari Rusia kepada impor LNG akan menaikkan harga pasar LNG karena permintaan yang tinggi, sementara suplai yang tersedia terbatas. Walaupun pengalihan gas rusia menuju LNG akan ditopang dengan peningkatan kapasitas oleh Qatar sebagai salah satu penyedia LNG dan mitra Uni Eropa, namun Sarah Miller menyebut proyek LNG akan lewat dari tenggat waktu yang telah ditetapkan dan akan berjalan melebihi anggaran yang telah ditetapkan (over budget).
ADVERTISEMENT
Akhir kata, penulis menilai bahwa Uni Eropa sangat menikmati aliran gas dari Rusia sampai mereka lupa untuk melakukan diversifikasi jauh-jauh hari sebelum konflik ini meletus. Dependensi Eropa terhadap Rusia dalam hal suplai gas alam yang sampai sebesar 40 persen, juga dependensi dari energi fosil lainnya dengan resiko penghentian suplai ketika terjadi konflik sebenarnya bisa diproyeksikan sejak jauh-jauh hari. Maka ketika terjadi konflik seperti ini, Uni Eropa dibuat bingung untuk mempertahankan suplai gas agar tetap terjaga. Infrastruktur mitra untuk melakukan distribusi gas alam kepada Eropa juga sangat terbatas, dan diperlukan waktu yang tidak sebentar untuk menormalkan suplai gas kembali seperti sedia kala–dengan suplai dari Rusia yang mulai diturunkan. Oleh karenanya, kasus ini dapat menjadi pelajaran penting bagi banyak negara untuk melakukan diversifikasi energi agar dependensi terhadap negara lain dapat diminimalisir, terutama ketika terjadi konflik.
ADVERTISEMENT

Referensi

Al Jazeera. (2022, July 26). What is Nord Stream 1 and why is it crucial to Europe? Russia-Ukraine war News | Al Jazeera. Retrieved December 10, 2022, from https://www.aljazeera.com/news/2022/7/26/explainer-nord-stream-1-gas-pipeline-russia-germany-europe
Ismiyatun, I., & Cintia, E. (2022). Politik Energi rusia terhadap uni Eropa Melalui gazprom pada tahun 2013-2015. SPEKTRUM, 19(2). https://doi.org/10.31942/spektrum.v19i2.6659
Miller, S. (2022, June 25). LNG Can't replace Russian Gas. Energy Intelligence. Retrieved December 10, 2022, from https://www.energyintel.com/0000017f-637f-d86c-a3ff-6b7fd42b0000
Milov, V. (2022). European Gas Price Crisis: Is gazprom responsible? European View, 21(1), 66–73. https://doi.org/10.1177/17816858221084761
British Petroleum (2022). (rep.). bp Statistical Review of World Energy (71st ed., pp. 1–57).
REPowerEU: A plan to rapidly reduce dependence on Russian fossil fuels and fast forward the green transition*. European Commission - European Commission. (2022, May 18). Retrieved December 10, 2022, from https://ec.europa.eu/commission/presscorner/detail/en/ip_22_3131
ADVERTISEMENT