Konten dari Pengguna

Membangun Karier di Era Digital: Cukup Ikut Tren atau Harus Punya Passion?

Viona Prita
Human Resource Officer. Part-time traveler. Enjoys exploring and learning new things
8 Mei 2025 14:32 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Viona Prita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di tengah derasnya arus digital, anak muda Indonesia kini berada di persimpangan penting dalam hidup: membangun karier. Banyak yang bertanya-tanya, apakah cukup mengikuti tren seperti menjadi content creator, dropshipper, atau freelancer digital? Atau justru harus menggali passion pribadi agar karier terasa lebih bermakna?
ADVERTISEMENT

Definisi Passion dan Tren Karier

Sebelum masuk lebih jauh, mari kita pahami dulu. Passion adalah minat atau gairah mendalam terhadap sesuatu yang membuat kita rela melakukannya meski tanpa bayaran. Sedangkan tren karier lebih mengarah pada pekerjaan atau bidang yang sedang naik daun dan menjanjikan keuntungan cepat, seperti jualan online, crypto, digital marketing, hingga live streaming di berbagai platform.
Di era media sosial, tren karier bisa berubah hanya dalam hitungan bulan. Hari ini semua orang ingin jadi influencer, besok bisa saja tren berpindah ke voice actor AI atau micro-blogger di platform niche.
dok. pribadi

Realita Lapangan: Passion Tidak Selalu Menghidupi

Tak bisa dipungkiri, mengejar passion memang ideal. Tapi kenyataannya, banyak passion yang belum tentu bisa langsung menghasilkan uang. Misalnya, suka melukis, menulis puisi, atau membuat kerajinan tangan. Semua itu membutuhkan waktu untuk berkembang dan dikenal.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, mengikuti tren kadang membawa keuntungan lebih cepat. Banyak yang mendadak sukses karena ikut tren FYP TikTok atau jualan barang viral. Namun, risiko burnout dan kehilangan arah juga besar karena tidak dilandasi kecintaan sejati.
Di titik inilah banyak anak muda mulai mempertanyakan jalan yang mereka tempuh. Layaknya jalan yang mulai bergelombang karena terlalu sering dilalui, ada masa di mana kita perlu merapikan arah dan memperhalus langkah, ibarat seperti sebuah proses pengaspalan ulang jalan lama agar tetap nyaman dilalui ke depan.

Mengapa Harus Seimbang Antara Passion dan Tren?

Anak muda zaman sekarang perlu menyadari bahwa karier yang kokoh dibangun dari perpaduan antara passion dan peluang. Tak harus idealis mengejar passion 100% di awal, tapi juga jangan sepenuhnya jadi oportunis tanpa arah.
ADVERTISEMENT
Misalnya:
Dengan pendekatan ini, passion kita tetap terasah, tapi tidak lupa bahwa dunia juga bergerak cepat dan kita perlu adaptif terhadap perubahan.

Budaya Lokal dan Etos Kerja Digital

Dalam budaya Indonesia, bekerja bukan hanya tentang mencari uang, tapi juga tentang kebermanfaatan dan kehormatan. Orang tua kita sering berkata, “Kerja itu yang penting halal dan ada hasilnya.” Nilai ini tetap relevan di dunia digital. Menjadi content creator misalnya, harus tetap mengedepankan etika, kejujuran, dan tidak menyesatkan audiens demi viral.
ADVERTISEMENT
Etos kerja lokal yang menghargai proses, ketekunan, dan keikhlasan harus tetap menjadi fondasi meskipun kita bergerak di ranah digital yang serba cepat.

Kesimpulan: Jangan Takut Memulai, Tapi Bijak Menentukan Arah

Bagi kamu yang sedang merintis karier, jangan terburu-buru menentukan pilihan. Uji passion-mu sambil melihat tren yang berkembang. Coba hal baru, evaluasi diri, lalu perkuat apa yang cocok. Kadang kamu harus mengikuti tren dulu untuk bertahan hidup, sambil terus mengasah passion agar bisa bersinar pada waktunya.
Karier bukan soal siapa yang tercepat, tapi siapa yang paling konsisten dan tahu tujuan.