Konten dari Pengguna

Belajar Berinteraksi, Kunci Pengembangan Karakter di Era Modern

Odemus Bei Witono
Direktur Perkumpulan Strada, Pengamat Pendidikan, Kolumnis, Cerpenis, Kandidat Doktor Filsafat di STF Driyarkara, Jakarta, dan Penggemar Sepak Bola.
27 Oktober 2024 3:09 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Odemus Bei Witono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi belajar beriteraksi melalui permainan, sumber: Pexels.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi belajar beriteraksi melalui permainan, sumber: Pexels.
ADVERTISEMENT
Di banyak sekolah dasar dan menengah, istilah "pergaulan nyata" mulai mengalami distorsi seiring dengan pesatnya perkembangan dunia virtual. Banyak siswa, merasa lebih nyaman berinteraksi di dunia digital ketimbang membangun relasi langsung.
ADVERTISEMENT
Hal demikian disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kemudahan akses dan kecepatan komunikasi dalam dunia maya, yang secara perlahan menggantikan kehadiran fisik dan koneksi emosional dalam interaksi sehari-hari.
Menurut penelitian oleh Sherry Turkle (2011), seorang profesor di Massachusetts Institute of Technology (MIT), ketergantungan pada teknologi dapat mengurangi kemampuan anak-anak dalam mengembangkan empati dan keterampilan sosial karena kurangnya interaksi tatap muka yang nyata pendidikan karakter sejati tidak bisa berkembang sepenuhnya hanya di ranah virtual.
Pendidikan yang melibatkan pancaindra dan interaksi sosial nyata sangat diperlukan dalam membangun keterampilan komunikasi sehat dan koneksi emosional bernilai.
Ilustrasi interaksi langsung, sumber: Pexels.
Penelitian dari psikolog Daniel Goleman (1995) menunjukkan bahwa interaksi langsung membantu perkembangan kecerdasan emosional, sebuah elemen penting dalam membangun hubungan bermakna dan mampu memperkaya karakter seseorang.
ADVERTISEMENT
Kecerdasan emosional, seperti empati dan kemampuan membaca bahasa tubuh, sangat sulit dicapai jika anak-anak hanya bergantung pada komunikasi berbasis teks atau gambar yang ada di media sosial.
Maka dari itu, sekolah-sekolah dan institusi pendidikan perlu mempertimbangkan keseimbangan dalam penggunaan teknologi dengan metode pembelajaran yang melibatkan interaksi nyata.
Beberapa negara, seperti Finlandia, mulai menerapkan kebijakan yang membatasi penggunaan perangkat digital dalam kelas untuk mendorong interaksi langsung di antara siswa, dengan hasil cukup positif dalam pengembangan karakter mereka.
Dengan mengintegrasikan pengalaman belajar yang menggunakan seluruh pancaindra, siswa diharapkan dapat lebih memahami dan terlibat dalam dunia nyata, sehingga menghasilkan individu yang tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga matang secara emosional.
Belajar berinteraksi adalah bagian penting dari pendidikan karakter yang sering kali diabaikan. Banyak orang berpikir bahwa kualitas pertemanan lebih penting daripada kuantitas, dan memang benar adanya. Namun, pergaulan lebih luas juga membawa nilai yang tak kalah penting, karena memperluas wawasan dan membantu kita belajar dari orang dengan latar belakang, pemikiran, serta perspektif beragam.
ADVERTISEMENT
Seperti yang dialami banyak orang, pada awalnya mungkin cenderung memilih lingkaran kecil yang terasa lebih nyaman. Mungkin karena merasa cukup dengan beberapa teman dekat atau merasa kurang nyaman berinteraksi di luar kelompok tersebut.
Akan tetapi pengalaman seperti mengikuti organisasi sekolah atau aktivitas ekstrakurikuler, misalnya, bisa membantu memperkaya pergaulan. Berpartisipasi dalam OSIS, Forum Komunikasi Antar Pelajar, atau bahkan hobi seperti sahabat pena dan koleksi perangko memberikan kesempatan mengenal karakter dan perspektif baru.
Pergaulan lintas negara, sumber: Dok. Pribadi.
Memperluas lingkaran pergaulan membawa kita ke dalam berbagai situasi yang menguji kedewasaan dan kemampuan adaptasi. Ketika berkesempatan untuk berinteraksi dengan teman-teman dari budaya atau negara lain, misalnya saat pertama kali kami pergi ke luar negeri pada puluhan tahun silam, interaksi ini membuka pandangan baru.
ADVERTISEMENT
Kita, (paling tidak saya sendiri) menjadi lebih terbuka pada pemikiran global, mengembangkan jejaring lebih luas, serta memahami perbedaan yang ada di dunia.
Pada akhirnya, memiliki pergaulan sehat dan terbuka memberikan kesempatan saling belajar, saling menginspirasi, dan memperkaya pengalaman hidup. Kita tidak lagi hanya fokus pada diri sendiri atau kelompok sefrekuensi, tetapi juga pada dunia di luar sana yang dapat menjadi sumber ide, motivasi, dan perkembangan diri.
Membuka diri berteman dengan banyak orang menjadi bagian penting dari pengembangan karakter yang membuat kita lebih bijaksana, toleran, dan mampu memberikan dampak positif di lingkungan lebih luas.