news-card-video
29 Ramadhan 1446 HSabtu, 29 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Cura Personalis dalam Lembaga Pendidikan

Odemus Bei Witono
Direktur Perkumpulan Strada, Pengamat Pendidikan, Kolumnis, Cerpenis, Kandidat Doktor Filsafat di STF Driyarkara, Jakarta, dan Penggemar Sepak Bola.
25 Maret 2025 11:55 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Odemus Bei Witono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sapaan personal, sumber: Pexels.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sapaan personal, sumber: Pexels.
ADVERTISEMENT
Istilah Cura Personalis (CP)—yang berasal dari tradisi pendidikan Ignatian—mengacu pada perhatian personal dan menyeluruh terhadap perkembangan setiap individu. Saya sendiri pertama kali mengenal istilah ini pada tahun 1998 di Ungaran, Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
Konsep CP tidak hanya menitikberatkan pada pengajaran intelektual semata, tetapi juga mencakup bimbingan personal dalam bentuk sapaan, konsultasi, peneguhan, dan pendampingan yang bertujuan membentuk pribadi dewasa dan bermartabat.
Pendekatan CP menempatkan individu sebagai subjek utama dalam proses pendidikan, di mana setiap murid tidak hanya dipandang sebagai penerima materi, tetapi sebagai pribadi unik dengan potensi dan kebutuhan spesifik. Dalam praktik, CP mendorong pendidik memahami dan merespons tantangan serta perjalanan hidup setiap murid secara mendalam dan empatik.
Penerapan CP menuntut keterlibatan aktif pendidik dalam kehidupan murid melalui relasi hangat dan penuh perhatian. Dalam kerangka demikian, guru atau pembimbing memiliki tanggung jawab moral, menumbuhkan karakter dan kemampuan murid agar berkembang secara menyeluruh—baik secara intelektual, emosional, sosial, maupun spiritual.
ADVERTISEMENT
Bantuan personal dalam bentuk bimbingan dan peneguhan menjadi elemen penting yang membantu murid menghadapi dinamika kehidupan dan membangun daya refleksi kritis terhadap realitas di sekitarnya. Pendidikan yang menerapkan CP tidak hanya menghasilkan individu cerdas secara akademik, tetapi juga pribadi yang mampu memahami nilai-nilai kehidupan dan bertindak secara etis di tengah masyarakat.
Sejumlah tokoh pendidikan, seperti P. Josephus Ignatius Gerardus Maria Drost S.J. dan P. Gerardus Koelman S.J., dikenal karena dedikasi mereka terhadap pendekatan personal dalam membina murid. Mereka tidak membatasi peran sebagai pengajar di dalam kelas, tetapi juga membangun hubungan erat melalui percakapan pribadi, pendampingan spiritual, dan dukungan moral.
Dengan memberikan perhatian mendalam terhadap kehidupan personal murid, Drost S.J. dan Koelman S.J. menanamkan nilai-nilai yang membentuk karakter dan kepribadian kuat.
ADVERTISEMENT
Mereka memahami bahwa setiap murid memiliki latar belakang, tantangan, dan potensi berbeda, sehingga pendekatan individual menjadi sarana efektif dalam membimbing mereka mencapai perkembangan optimal.
Drost S.J. dan Koelman S.J. membuktikan bahwa perhatian terhadap kebutuhan personal murid mampu menghadirkan lingkungan pendidikan penuh kasih dan menghargai martabat manusia. Melalui interaksi intens dan empatik, mereka menghadirkan suasana di mana murid merasa dihargai dan didengarkan.
Pendekatan CP dapat membangun hubungan harmonis antara pendidik dan murid, dan mendorong murid agar menemukan dan mengembangkan potensi unik yang dimiliki. Keyakinan bahwa setiap individu memiliki kemampuan istimewa menjadi fondasi dalam setiap proses pembelajaran yang dilakukan.
Pengalaman pribadi saya sendiri membuktikan betapa mendalamnya pengaruh pendekatan ini. Dalam dua kali kesempatan retret yang saya ikuti di awal tahun 2000-an, saya merasakan bagaimana bimbingan rohani yang Drost S.J. dan Koelman S.J. berikan menyentuh hati dan membangkitkan semangat baru. Masing-masing dari mereka tidak hanya menjadi pendengar yang baik, tetapi juga memberikan sapaan ramah dan penuh perhatian.
ADVERTISEMENT
Nasihat yang disampaikan mereka terasa meneguhkan, mengafirmasi potensi diri, dan menawarkan solusi yang mudah dipahami serta dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pendekatan hangat dan personal ini meninggalkan kesan mendalam yang tidak hanya membantu dalam memahami persoalan hidup, tetapi juga memberikan kekuatan batin menghadapi tantangan di masa depan. Melalui sentuhan rohani yang diberikan, mereka membuktikan bahwa pendidikan sejati melibatkan dimensi kemanusiaan mendalam.
Konteks CP semakin relevan di tengah tantangan pendidikan modern yang cenderung mengedepankan hasil akademik dibandingkan proses pertumbuhan personal.
Dalam sistem pendidikan yang berorientasi pada angka dan hasil ujian, perhatian terhadap sisi kemanusiaan sering kali terabaikan. Padahal, pendidikan ideal seharusnya memperhatikan dimensi emosional dan spiritual murid di samping kemampuan kognitif mereka.
ADVERTISEMENT
Pendekatan personal menjadi jembatan bagi murid yang mengalami kesulitan akademik atau tekanan sosial, sehingga mereka merasa didengarkan dan dihargai. Dalam lingkungan yang menerapkan CP, murid tidak hanya dibentuk menjadi individu berprestasi, tetapi juga menjadi pribadi yang memiliki integritas dan kesadaran sosial.
Dengan memberikan perhatian personal kepada setiap murid, pendidik menanamkan rasa tanggung jawab, solidaritas, dan keterbukaan terhadap sesama. Hubungan yang terjalin melalui pendekatan CP membuat ruang aman bagi murid dalam mengeksplorasi identitas mereka, memahami kekuatan dan kelemahan diri, serta merancang masa depan dengan penuh harapan.
Dalam implementasi, CP memerlukan komitmen dan kesediaan pendidik untuk terlibat dalam kehidupan murid di luar dimensi akademik. Pendampingan personal secara konsisten memungkinkan murid mengalami transformasi batin mendalam.
ADVERTISEMENT
Ketika pendidik hadir secara autentik dalam perjalanan hidup murid, hubungan yang terbentuk tidak hanya berfungsi sebagai sarana pendidikan, tetapi juga menjadi pengalaman manusiawi, mengangkat martabat individu.
Dengan demikian, CP menawarkan paradigma pendidikan yang memprioritaskan hubungan manusiawi dan menegaskan bahwa di balik setiap statistik pendidikan, terdapat individu yang layak dipedulikan secara utuh.
Oleh karena itu, dalam menghadapi tantangan globalisasi dan digitalisasi pendidikan, nilai-nilai CP menjadi semakin penting untuk dilakukan. Di tengah perkembangan teknologi yang memungkinkan interaksi jarak jauh, perhatian personal terhadap murid tetap menjadi aspek tidak tergantikan.
Pendidikan yang berorientasi pada CP dapat menghasilkan lingkungan yang memupuk rasa saling peduli, membangun kepercayaan diri, dan mendorong murid menjadi agen perubahan bermartabat.
ADVERTISEMENT
Dengan memegang teguh prinsip CP, pendidikan dapat tetap menjadi proses memanusiakan, membebaskan, dan memberdayakan setiap individu di tengah kompleksitas dunia modern.