Konten dari Pengguna

Gebyar Menulis Opini di Kalangan Pendidik

Odemus Bei Witono
Direktur Perkumpulan Strada, Pengamat Pendidikan, Kandidat Doktor Filsafat di STF Driyarkara, Jakarta, dan Penggemar Sepak Bola.
25 Februari 2024 0:24 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Odemus Bei Witono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dok. Strada: Foto bersama sebelum lomba menulis opini
zoom-in-whitePerbesar
Dok. Strada: Foto bersama sebelum lomba menulis opini
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 24 Februari 2024, hari Sabtu, Perkumpulan Strada di Jalan Gunung Sahari 88, Jakarta, merayakan momen istimewa dengan menyelenggarakan lomba menulis opini sebagai bagian dari perayaan seratus tahun berdirianya. Tahap awal lomba diikuti oleh 987 pendidik, yang kemudian terseleksi menjadi 75 perwakilan dari berbagai sekolah tingkat TK, SD, SMP, SMA/SMK Strada. Lomba ini menciptakan sebuah panggung yang mempromosikan keberagaman dan kekayaan ide di kalangan pendidik, memberikan kontribusi positif dalam memajukan budaya literasi di lingkungan pendidikan.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks ini, lomba menulis opini bukan hanya sekadar ajang persaingan, melainkan juga menjadi sarana yang memancarkan gebyar budaya literasi. Keberadaan acara semacam ini menjadi sangat penting mengingat tantangan literasi yang dihadapi Indonesia. Menurut laporan terakhir dari UNESCO, indeks membaca nasional masih terbilang rendah, hanya mencapai angka 0,001. Artinya, dari satu juta penduduk, hanya seribu orang yang memiliki minat membaca.
Oleh karena itu, perlu adanya upaya lebih lanjut dalam mensosialisasikan budaya literasi, dan lembaga pendidikan di seluruh negeri harus menjadi garda terdepan dalam memperjuangkan semangat literasi, sehingga gemar membaca dapat merasuk ke dalam kalangan generasi muda.
Dok Strada: Foto bersama dengan dewan juri dari Universitas Atma Jaya Jakarta
Lebih jauh lagi, lomba menulis opini ini merupakan wujud nyata upaya menggugah kesadaran akan pentingnya literasi di tengah masyarakat. Dengan melibatkan pendidik dari berbagai sekolah, Perkumpulan Strada memberikan kontribusi nyata dalam membentuk mentalitas literasi di kalangan generasi penerus.
ADVERTISEMENT
Mengingat bahwa literasi tidak hanya tentang kemampuan membaca, tetapi juga keterampilan menulis dan pemahaman konsep-konsep kompleks, acara seperti ini menjadi langkah positif untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih literate dan berbudaya. Keberhasilan melibatkan berbagai pihak dalam lomba menulis opini menandakan langkah maju dalam membangun fondasi literasi yang kokoh di Indonesia.
Dengan adanya semangat literasi yang berkobar, diharapkan bahwa inisiatif seperti ini akan menjadi momentum untuk mengatasi tantangan literasi dan membawa perubahan positif dalam pola pikir dan perilaku membaca di kalangan masyarakat Indonesia.
Baru-baru ini, World Economic Forum mengungkapkan daftar data menarik terkait jumlah peminjam buku di perpustakaan terbanyak di beberapa kota di dunia. Dari daftar tersebut, Tokyo, Jepang, menonjol sebagai kota dengan peringkat tertinggi dalam hal jumlah peminjam buku, diikuti oleh Shanghai, Tiongkok, pada peringkat kedua, dan New York, Amerika Serikat, menduduki peringkat ketiga.
ADVERTISEMENT
Keberhasilan ketiga kota ini tidak hanya tercermin dalam perkembangan ekonomi mereka, tetapi juga dalam budaya literasi yang kuat di kalangan penduduknya. Terbilang sebagai kota-kota yang sangat maju, Tokyo, Shanghai, dan New York menunjukkan bahwa kecintaan terhadap membaca tidak hanya menjadi tren lokal, tetapi juga menjadi bagian integral dari perkembangan kota modern. Fenomena ini menyoroti pentingnya keterlibatan masyarakat dalam literasi, serta peran perpustakaan sebagai pusat pengetahuan yang mendukung perkembangan intelektual dan budaya kota-kota tersebut.
Pentingnya indeks membaca nasional yang tinggi tidak hanya mencerminkan kemajuan zaman, tetapi juga menentukan masa depan anak-anak negeri. Melihat negara-negara maju yang berhasil mencapai indeks PISA yang tinggi pada tahun 2022, seperti Singapura, Irlandia, dan Jepang, dapat diambil sebagai contoh bagaimana gemar membaca menjadi faktor kunci dalam pembangunan intelektual masyarakat.
Dok Strada: Peserta yang sedang mengikuti lomba menulis.
Literasi yang tinggi tidak hanya meningkatkan taraf pendidikan, tetapi juga menjadi fondasi bagi kemajuan negara secara keseluruhan. Oleh karena itu, hal yang luar biasa akan terjadi jika sekolah-sekolah di Indonesia mampu menggalakkan budaya literasi secara optimal di kalangan pendidik dan siswa. Jika demikian, cita-cita untuk membangun bangsa yang lebih baik akan memiliki peluang lebih besar untuk terwujud.
ADVERTISEMENT
Warga negara yang cerdas, memiliki hati nurani yang jernih, peduli terhadap sesama dan berkomitmen melakukan hal-hal baik demi kemajuan negeri, menjadi landasan kokoh dalam mewujudkan visi pembangunan nasional yang berkelanjutan. Dengan demikian, upaya untuk meningkatkan literasi di sekolah-sekolah dapat dianggap sebagai investasi jangka panjang yang akan membentuk generasi penerus yang berdaya saing dan berkontribusi positif bagi kemajuan bangsa.
Sebagai catatan akhir, peran sekolah dalam menggalakkan budaya literasi melalui berbagai inisiatif seperti lomba menulis opini adalah langkah positif menuju peningkatan kualitas pendidikan. Semoga upaya ini dapat menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lain di berbagai wilayah untuk turut serta dalam memajukan literasi pendidikan.
Dengan keterlibatan para pendidik dalam menulis, diharapkan dapat mendorong semangat literasi pada para murid, yang kemudian akan menginspirasi mereka untuk mengembangkan kemampuan menulis, meskipun dengan pendekatan yang unik sesuai dengan keunikan masing-masing individu.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, budaya literasi dapat menjadi bagian integral dari lingkungan sekolah, memberikan dampak positif pada perkembangan intelektual dan kreativitas segenap anggota komunitas dalam satuan pendidikan.