Konten dari Pengguna

Hubungan Manusia di Era Teknologi: Bermakna atau Terjerat?

Odemus Bei Witono
Direktur Perkumpulan Strada, Pengamat Pendidikan, Kolumnis, Cerpenis, Kandidat Doktor Filsafat di STF Driyarkara, Jakarta, dan Penggemar Sepak Bola.
8 Februari 2024 9:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Odemus Bei Witono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi, manusia modern tinggal dalam kecanggihan teknologi wilayah yang tersebar, sumber: Pexels.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi, manusia modern tinggal dalam kecanggihan teknologi wilayah yang tersebar, sumber: Pexels.
ADVERTISEMENT
Di tengah gemuruh era modern, manusia berada di panggung ketegangan dalam menjalin hubungan dengan teknologi. Saat ini, banyak yang kagum terhadap kemajuan teknologi yang mampu memberikan bantuan kepada manusia di satu sisi. Namun, di sisi lain, banyak individu yang malah terjerat dalam belenggu ketergantungan pada teknologi sejak mata terbuka di pagi hari hingga kembali terpejam di malam hari.
ADVERTISEMENT
Sungguh ironis, ketika keterhubungan dengan teknologi semakin erat, seakan jalinan antar manusia menjadi semakin renggang dan sulit dipahami. Mereka yang sepenuhnya terjerat dalam dunia digital cenderung kesulitan membangun relasi yang berarti dengan sesama manusia di sekitarnya.
Semakin dekat dengan gadget dan layar, semakin menjauh pula kedekatan dengan orang-orang di dunia nyata. Hal ini menciptakan deviasi yang tajam antara "kita" dan "mereka," di mana orang-orang di luar lingkaran teknologi dianggap asing dan bahkan dianggap sebagai ancaman. Dalam era otomatisasi kerja yang menjamur, kecepatan dan efisiensi tampaknya menjadi tujuan utama, tanpa memperdulikan kerumitan atau kesulitan yang mungkin dialami oleh orang per orang.
Bagaimana manusia dapat mengubah dinamika ini? Bagaimana orang mampu membangun relasi dengan sesama secara substansial, dalam dunia di mana teknologi semakin merajalela? Tantangan ini memang tidak ringan, namun itulah panggilan untuk merenung, bertindak, dan menciptakan perubahan dalam cara manusia berhubungan satu sama lain.
ADVERTISEMENT
Solusi terbaik menanggulangi permasalahan kompleks dalam hubungan manusia dengan teknologi dapat diarahkan melalui dua pendekatan utama sebagaimana dikemukakan oleh Ihde (1990). Pertama-tama, dari perspektif berdasarkan fenomena (fenomenologis), penting untuk memahami dampak fisik dan interaksi teknologi dengan tubuh serta persepsi manusia.
Ilustrasi manusia menggunakan teknologi, dan relasinya terhadap orang sekitar, sumber: Pexels.
Langkah awalnya adalah meningkatkan kesadaran akan perubahan yang terjadi melalui penggunaan perangkat pintar dan sensor dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan dan kampanye sosial dapat menjadi instrumen efektif untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang bagaimana teknologi membentuk dan mempengaruhi tubuh serta persepsi mereka.
Selain itu, penelitian dan pengembangan teknologi yang berfokus pada keseimbangan antara kecanggihan alat dan kesejahteraan manusia juga diperlukan. Inovasi yang menitikberatkan pada menciptakan pengalaman pengguna secara positif, mendukung kesehatan mental dan fisik, serta memperkuat konektivitas antar manusia dapat menjadi langkah konkret. Perusahaan teknologi dan pengembang aplikasi dapat berperan aktif dalam menciptakan solusi yang tidak hanya memajukan efisiensi, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup manusia.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, pendekatan kedua yakni penafsiran dapat membantu memahami makna dan interpretasi manusia terhadap teknologi. Pemberdayaan individu untuk mengembangkan literasi digital dan pemahaman mendalam terhadap dampak sosial teknologi dapat menjadi langkah efektif. Program pelatihan, seminar, dan kurikulum pendidikan yang mencakup aspek penafsiran atau sering disebut hermeneutik dapat membantu masyarakat dalam mengartikan peran teknologi dalam kehidupan mereka, memfasilitasi dialog terbuka, dan membangun kesadaran kolektif akan tanggung jawab bersama dalam mengelola dampak teknologi.
Melalui kombinasi upaya dari kedua perspektif, manusia dapat menciptakan fondasi yang kuat untuk mengubah dinamika hubungan manusia dengan teknologi. Dengan memahami dimensi fenomenologis dan hermeneutik, orang dapat mengarahkan evolusi teknologi menuju arah yang lebih manusiawi dan berkelanjutan, di mana kecanggihan alat tidak hanya diukur dari segi teknis, tetapi juga dari dampak positifnya terhadap kehidupan manusia secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
Pandangan fenomenologis dapat diterapkan dalam pengembangan teknologi dengan memahami pengalaman manusia secara menyeluruh. Dengan mengadopsi perspektif ini, perancangan teknologi dapat lebih mengutamakan keberlanjutan dan kesejahteraan manusia, melebihi sekadar efisiensi teknis semata. Inisiatif-inisiatif seperti desain yang ramah manusia, yang mempertimbangkan aspek sosial, budaya, dan lingkungan, dapat menjadi langkah strategis dalam merangkul penggunaan teknologi yang mendukung kehidupan manusia secara positif.
Melanjutkan solusi di atas, pendekatan hermeneutik dapat diperkuat dengan mempertimbangkan aspek interpretatif dan pemahaman dalam menghadapi perubahan teknologi. Pendidikan yang mendorong literasi digital tidak hanya sebatas kemampuan teknis, tetapi juga fokus pada pemahaman makna dan nilai-nilai yang terkandung dalam teknologi. Program-program ini dapat merangsang refleksi kritis terhadap dampak teknologi terhadap persepsi nilai-nilai kultural, memotivasi individu untuk mengeksplorasi dan mengartikan pengaruh teknologi dalam konteks masyarakat.
ADVERTISEMENT
Dalam pengembangan inovasi teknologi, perusahaan dan pengembang dapat mengadopsi perspektif hermeneutik dengan memasukkan elemen-elemen yang mempertimbangkan berbagai interpretasi manusia terhadap teknologi. Misalnya, melibatkan kelompok pengguna dalam fase perancangan produk atau layanan untuk memahami beragam interpretasi dan kebutuhan, sehingga hasilnya lebih tepat sasaran dan dapat diterima oleh berbagai lapisan masyarakat.
Ilustrasi, produk teknologi yang dihasilkan oleh manusia, hadir dan tersaji di atas meja, sumber: Pexels.
Dengan menggabungkan kedua perspektif, perubahan dalam teknologi tidak hanya dipahami sebagai transformasi fisik atau fungsional semata, tetapi juga sebagai evolusi dalam pemahaman, makna, dan pengalaman manusia. Inilah fondasi untuk menciptakan ekosistem teknologi yang lebih manusiawi, di mana teknologi bukan hanya menjadi alat efisien, tetapi juga mendukung dan memperkaya kehidupan manusia dalam segala aspek yang melingkupi.
Perubahan yang terus-menerus dalam teknologi, perspektif fenomenologis dan hermeneutik memberikan wawasan lebih komprehensif. Perubahan teknologi tidak hanya mencakup perkembangan perangkat keras dan perangkat lunak, tetapi juga memainkan peran kunci dalam membentuk makna dan pengalaman manusia.
ADVERTISEMENT
Dengan mempertimbangkan kedua perspektif tersebut, orang dapat mengembangkan pemahaman yang lebih kaya tentang perubahan hubungan manusia dengan teknologi, memungkinkan orang merespons dan beradaptasi dengan dinamika kompleks yang terus berkembang dalam era teknologi modern.
Analisis Ihde (1990) fenomenologi memandang hubungan manusia-teknologi secara holistik, dan hermeneutik memberikan alat interpretatif untuk memahami dampak teknologi dalam konteks budaya, sosial, dan individu. Fenomenologi mendorong refleksi mendalam terhadap pengaruh teknologi pada kehidupan pribadi, sementara hermeneutik membantu merespons perubahan dengan pemahaman yang lebih baik. Kombinasi kedua pendekatan ini memungkinkan pengembangan perspektif komprehensif terhadap hubungan manusia dengan teknologi, memungkinkan adaptasi yang lebih baik, dan bermakna dalam menghadapi aneka perubahan di era teknologi modern.