Konten dari Pengguna

Karya Pendidikan dalam Konsep Referral Lifetime

Odemus Bei Witono
Direktur Perkumpulan Strada, Pengamat Pendidikan, Kolumnis, Cerpenis, Kandidat Doktor Filsafat di STF Driyarkara, Jakarta, dan Penggemar Sepak Bola.
9 Januari 2025 10:14 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Odemus Bei Witono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi mengembangkan konsep Referral Lifetime, sumber: Pexels.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mengembangkan konsep Referral Lifetime, sumber: Pexels.
ADVERTISEMENT
Dalam dunia pendidikan, keberlanjutan pertumbuhan karya sekolah menjadi tantangan yang semakin kompleks. Banyak institusi berusaha keras menarik perhatian orang tua dan siswa, sambil mempertahankan kualitas pendidikan yang ditawarkan.
ADVERTISEMENT
Salah satu konsep yang dapat diadaptasi untuk mendukung pertumbuhan sekolah adalah ide dari Tim Templeton (2003) dalam bukunya The Referral of a Lifetime. Meskipun buku ini berfokus pada strategi bisnis, gagasan dirinya dapat diterapkan dalam konteks pendidikan dalam upaya menghasilkan jejaring kuat, loyalitas, dan pengaruh positif di komunitas sekolah.
Dalam dunia bisnis, referral adalah strategi pemasaran berbasis rekomendasi pribadi. Di sektor pendidikan, hal demikian diterjemahkan ke dalam bentuk rekomendasi dari mulut ke mulut yang diberikan oleh orang tua, siswa, atau alumni. Rekomendasi semacam itu memiliki nilai luar biasa karena mereka berasal dari pengalaman langsung, yang sering kali lebih dipercaya dibandingkan iklan tradisional. Dalam konteks sekolah, referral dapat meningkatkan reputasi dan kredibilitas lembaga, menarik siswa baru, serta menghasilkan komunitas solid.
ADVERTISEMENT
Buku The Referral of a Lifetime menawarkan panduan dalam membangun hubungan autentik dan berkelanjutan. Templeton menekankan pentingnya membangun relasi berbasis nilai, mendengarkan kebutuhan individu, dan memberikan pelayanan konsisten. Dalam pendidikan, gagasan tersebut dapat diterapkan untuk memperkuat hubungan antara sekolah dan para pemangku kepentingan, antara lain siswa, orang tua, guru, dan masyarakat sekitar.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam strategi referral. Pertama, mengenali komunitas secara mendalam. Templeton menekankan pentingnya mengenali siapa yang menjadi bagian dari jaringan kerja. Dalam konteks sekolah, ini berarti memahami kebutuhan dan aspirasi siswa dan orang tua. Dengan memetakan profil siswa dan keluarga mereka, sekolah dapat menghasilkan program-program relevan dan menarik.
Misalnya, jika komunitas sekolah memiliki banyak keluarga yang menginginkan pendidikan berbasis teknologi, sekolah dapat mengembangkan kurikulum yang mengintegrasikan teknologi secara menyeluruh. Dengan demikian, orang tua akan merasa kebutuhan mereka dipahami dan terpenuhi, sehingga mereka lebih cenderung merekomendasikan sekolah kepada orang lain.
ADVERTISEMENT
Kedua, bangun hubungan bermakna. Templeton berpendapat bahwa hubungan autentik lebih bernilai daripada sekadar kontak permukaan. Dalam konteks pendidikan, ini dapat diterjemahkan ke dalam upaya membangun hubungan personal dengan orang tua dan siswa. Kepala sekolah dan guru dapat membuat suasana keterbukaan melalui komunikasi hangat, misalnya melalui pertemuan rutin, survei umpan balik, atau platform komunikasi digital.
Ketika orang tua merasa dihargai dan didengar, mereka tidak hanya akan lebih puas tetapi juga lebih mungkin berbagi pengalaman positif mereka dengan komunitas lain. Pengalaman ini menjadi kekuatan referral yang signifikan.
Ketiga, berikan layanan pendidikan konsisten dan unggul. Templeton menekankan bahwa pelayanan berkualitas tinggi adalah fondasi dari strategi referral yang sukses. Dalam dunia pendidikan, ini berarti menyediakan pengalaman belajar bermutu, fasilitas memadai, dan staf berdedikasi. Sekolah perlu memastikan bahwa kualitas pengajaran dan pelayanan yang mereka tawarkan konsisten di semua lini.
ADVERTISEMENT
Misalnya, jika sebuah sekolah dikenal karena pendekatan personal dalam mendidik siswa, maka seluruh staf pendidik perlu memiliki kapasitas memberikan pendekatan tersebut. Konsistensi menimbulkan kepercayaan. Kepercayaan itu merupakan kunci utama dalam mendapatkan referral.
Keempat, libatkan alumni sebagai duta. Salah satu sumber referral terbaik adalah alumni yang puas dengan pendidikan yang mereka terima. Alumni yang memiliki pengalaman positif di sekolah cenderung berbagi kisah mereka dengan orang lain. Sekolah dapat memanfaatkan ini dengan membuat program alumni yang aktif, seperti acara reuni, mentoring untuk siswa saat ini, atau kegiatan sosial yang melibatkan alumni.
Dengan melibatkan alumni, sekolah dapat memperluas jaringan mereka dan memperkuat posisi mereka di komunitas. Alumni juga dapat menjadi bukti nyata dari keberhasilan sekolah, yang menjadi daya tarik bagi calon siswa dan orang tua.
ADVERTISEMENT
Agar strategi ini berhasil, sekolah perlu mengambil langkah-langkah konkrit. Sekolah dapat membuat program referral formal yang memberikan insentif kepada orang tua atau siswa yang berhasil merekomendasikan teman atau keluarga mendaftar. Insentif ini tidak harus berupa uang; bisa berupa diskon biaya pendidikan, hadiah kecil, atau pengakuan di acara sekolah.
Platform media sosial dan situs web sekolah dapat digunakan guna menyebarkan testimoni siswa, orang tua, dan alumni. Video pendek yang menceritakan pengalaman mereka di sekolah dapat menjadi alat pemasaran yang kuat. Tingkatkan Kualitas Komunikasi
Sekolah perlu memastikan bahwa komunikasi mereka jelas, responsif, dan mudah diakses. Newsletter, aplikasi sekolah, dan media sosial dapat digunakan untuk menjaga hubungan dengan komunitas sekolah dan memberikan informasi terkini.
ADVERTISEMENT
Sekolah juga secara rutin perlu mengevaluasi efektivitas strategi referral mereka. Survei kepuasan orang tua dan siswa dapat memberikan wawasan tentang apa yang telah berhasil dan apa yang perlu ditingkatkan.
Dengan menerapkan konsep The Referral of a Lifetime, sekolah dapat mencapai berbagai hasil positif. Pertama, jumlah pendaftaran siswa baru dapat meningkat karena orang tua dan siswa merasa yakin merekomendasikan sekolah. Kedua, komunitas sekolah menjadi lebih solid karena hubungan antar anggota komunitas dibangun di atas kepercayaan dan nilai-nilai bersama. Ketiga, reputasi sekolah sebagai lembaga berkualitas dan peduli akan semakin kokoh.
Pada akhirnya, strategi referral bukan sekedar mengenai meningkatkan angka pendaftaran, tetapi juga tentang membangun ekosistem pendidikan yang berkelanjutan. Dengan fokus pada hubungan yang autentik, pelayanan berkualitas tinggi, dan komunitas yang solid, sekolah dapat terus berkembang bahkan di tengah persaingan yang ketat.
ADVERTISEMENT
Sebagai catatan akhir, konsep yang diusung oleh Tim Templeton dalam The Referral of a Lifetime memberikan wawasan berharga tentang bagaimana membangun jejaring berbasis nilai dan kepercayaan. Dalam dunia pendidikan, penerapan konsep ini tidak hanya relevan, tetapi juga mendukung pertumbuhan sekolah secara optimal.
Dengan mengenali komunitas, membangun hubungan bermakna, menjaga kualitas layanan, dan melibatkan alumni, sekolah dapat menghasilkan lingkungan yang tidak sekedar menarik siswa baru tetapi juga memberikan dampak positif jangka panjang bagi semua pihak yang terlibat. Pada akhirnya, strategi yang demikian dapat memperkuat misi pendidikan, yakni membantu setiap individu mencapai potensi terbaik mereka dalam lingkungan yang mendukung dan inspiratif.