Konten dari Pengguna

Kekuatan Doa dalam Mengembangkan Karya Pendidikan

Odemus Bei Witono
Direktur Perkumpulan Strada, Pengamat Pendidikan, Kandidat Doktor Filsafat di STF Driyarkara, Jakarta, dan Penggemar Sepak Bola.
4 Oktober 2024 16:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Odemus Bei Witono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi doa, sumber: Pexels.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi doa, sumber: Pexels.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Doa memiliki peran penting bagi siapa saja yang meyakini adanya kekuatan Ilahi, terutama dalam situasi di luar kendali manusia. Sebagai makhluk terbatas, kita sering bergantung pada kuasa Tuhan yang melampaui segalanya. Saya masih ingat ketika di SMA, saya ditugaskan sebagai bagian dari tim doa untuk mendukung kelancaran kegiatan sekolah.
ADVERTISEMENT
Kami mendoakan agar acara berjalan lancar, dan ternyata doa kami terkabul. Kegiatan berlangsung dengan baik dan penuh kegembiraan. Pengalaman ini mengajarkan bahwa doa bukan hanya bentuk harapan, tetapi juga cara mengandalkan kekuatan yang lebih besar dari diri kita sendiri.
Doa memiliki kekuatan luar biasa dalam membimbing proses pendidikan, tidak hanya pada aspek pencarian murid, tetapi juga dalam keseluruhan perjalanan akademis mereka hingga kelulusan. Bagi sebuah lembaga pendidikan, pencarian murid bukan semata-mata soal taktik pemasaran atau sekadar meningkatkan daya tarik sekolah.
Sebaliknya, hal ini merupakan panggilan mendalam, di mana doa menjadi sarana utama bagi para pendidik dan staf memohon petunjuk ilahi. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Thomas H. Groome (1998) dalam Educating for Life, yang menyatakan bahwa pendidikan adalah upaya kolaboratif antara manusia dan Tuhan dalam menuntun perkembangan individu seutuhnya.
ADVERTISEMENT
Proses formasi peserta didik selalu dipenuhi tantangan—baik yang bersifat akademis maupun personal. Dalam menghadapi berbagai tantangan tersebut, doa menjadi elemen penting bagi para pendidik, membantu mereka agar tetap memiliki ketenangan dan kebijaksanaan dalam memberikan bimbingan.
Menurut Henri J.M. Nouwen (1981) dalam The Way of the Heart, doa menciptakan ruang bagi kehadiran Tuhan yang memberikan kekuatan batin bagi para pendidik dalam setiap langkah pembelajaran. Dengan demikian, doa bukan hanya tentang meminta, tetapi juga menyelaraskan hati dan pikiran dengan kehendak ilahi agar pendidik dapat menunaikan tugasnya dengan penuh cinta kasih.
Lebih jauh lagi, doa memungkinkan para pendidik untuk membimbing peserta didik dengan kesabaran, rendah hati, dan kejernihan pikiran. Doa bukan hanya alat spiritual, tetapi juga sebuah latihan mental yang memperkuat fokus dan integritas para pendidik dalam menghadapi berbagai situasi kompleks di ruang kelas.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana yang ditegaskan oleh Paulo Freire (1968) dalam Pedagogy of the Oppressed, doa membantu pendidik melihat setiap peserta didik sebagai pribadi unik, yang membutuhkan pendekatan personal dalam proses formasi. Dalam konteks ini, doa tidak hanya berfungsi sebagai sarana berkomunikasi dengan Tuhan, tetapi juga sebagai landasan moral yang membentuk cara seorang pendidik merangkul tugasnya dalam pendidikan.
Doa juga menjadi jembatan yang menghubungkan usaha manusia dengan mukjizat Ilahi. Pertumbuhan peserta didik bukan hanya sebuah hasil dari metode pendidikan yang diterapkan, tetapi juga merupakan bagian dari campur tangan Tuhan yang bekerja melalui akal budi dan hati mereka. Melalui doa, para pendidik mampu melihat karya Tuhan yang berkembang dalam diri anak-anak, dari pemahaman materi hingga kedewasaan emosional dan spiritual.
ADVERTISEMENT
Lebih jauh, kekuatan doa menumbuhkan kesejahteraan komunitas sekolah. Doa membuat pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik semakin sadar akan karunia yang mereka miliki—akal budi, kreativitas, dan rasa kasih sayang.
Dengan ini, mereka lebih terbuka dalam mengoptimalkan pemberian Tuhan, terutama dalam membangun kepedulian satu sama lain. Proses belajar bukan hanya transfer ilmu, melainkan juga pembentukan karakter peduli terhadap sesama dan lingkungan.
Mukjizat-mukjizat kecil akan terus terjadi, tidak hanya dalam bentuk prestasi akademik, tetapi juga dalam sikap dan perilaku. Melalui doa, setiap orang di dalam komunitas sekolah diingatkan agar bersyukur dan terus berusaha mengembangkan talenta mereka.
Pada akhirnya, doa mengiringi setiap langkah dari awal pencarian murid, proses formasi, hingga kelulusan. Dengan doa, harapan jernih dan upaya sungguh-sungguh akan selalu dilimpahi berkah, menjadikan lembaga pendidikan tempat bertumbuhnya manusia utuh—secara akademis, emosional, dan spiritual.
ADVERTISEMENT