Konten dari Pengguna

Memaknai Hidup sebagai Pembelajaran Bermakna

Odemus Bei Witono
Direktur Perkumpulan Strada, Pengamat Pendidikan, Kandidat Doktor Filsafat di STF Driyarkara, Jakarta, dan Penggemar Sepak Bola.
17 Januari 2024 8:07 WIB
clock
Diperbarui 30 Januari 2024 7:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Odemus Bei Witono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi memaknai keindahan hidup, sumber: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi memaknai keindahan hidup, sumber: Pexels
ADVERTISEMENT
Dalam banyak kisah kehidupan, seringkali orang merayakan ulang tahun dengan harapan akan mendapatkan umur panjang. Mereka menjalani berbagai upaya medis demi mencapai usia yang lebih tua. Meskipun kadang-kadang lelah dengan segala upaya tersebut, tetapi keinginan untuk memberikan makna lebih dalam pada hidup mendorong orang untuk terus menjaga kesehatan. Tujuannya bukan hanya untuk hidup lebih lama, tetapi juga guna mengisi hidup dengan hal-hal bermanfaat.
ADVERTISEMENT
Perbuatan baik dalam kehidupan memerlukan niat tulus, karena di balik keinginan untuk melakukan tindakan mulia, terdapat berbagai tantangan hidup yang sulit diatasi. Perjuangan ini memerlukan dukungan dari kesehatan mental dan karakter yang terjaga. Orang yang mengalami kesulitan atau depresi dalam hidupnya membutuhkan bantuan agar dapat bangkit kembali. Kisah yang diceritakan oleh Anthony de Mello (1997) dalam "Basa-basi Sejenak" mengingatkan manusia pada kebutuhan untuk saling membantu dan memberikan dukungan agar seseorang dapat pulih dan melanjutkan perjuangan.
Dalam sebuah kisah, terdapat seorang murid yang rentan terserang depresi dalam jangka waktu yang lama. Dia menceritakan kepada Sang Guru bahwa dokter telah menyarankan untuk menjalani pengobatan guna menyembuhkan depresi yang diderita. Sang Guru, dengan penuh perhatian, bertanya mengapa murid tersebut tidak menjalani perawatan tersebut. Murid itu menjawab, "Karena efek sampingnya akan merusak organ hati saya dan memperpendek hidup saya." Sang Guru memberikan pertanyaan yang menantang, "Apakah kamu lebih suka mempunyai hati yang sehat daripada merasakan kebahagiaan? Satu tahun hidup lebih berharga daripada 20 tahun tidur."
ADVERTISEMENT
Sang Guru kemudian berbicara kepada seluruh murid, memberikan suatu pemikiran yang mendalam, "Hidup itu seperti dongeng; yang penting bukan panjangnya, melainkan indahnya." Pernyataan ini menggambarkan bahwa esensi hidup tidak terletak pada seberapa lama manusia menjalani kehidupan, melainkan pada keindahan yang tercipta melalui tindakan-tindakan sehari-hari. Meskipun manusia akan menghadapi berbagai hambatan, tantangan, ancaman, dan gangguan dalam kehidupan, namun selama orang itu dapat merefleksikan diri dan menemukan makna kebahagiaan di balik setiap pengalaman, hidup akan menjadi indah.
Seorang penyair berkebangsaan Inggris, Philip James Bailey (1816-1902) pernah mengatakan bahwa yang penting bukan berapa lama kita hidup, tapi bagaimana cara menjalani kehidupan tersebut. Bagi mereka yang memiliki keimanan, kebahagiaan dihubungkan dengan kasih Tuhan yang nyata dalam suka duka hidup. Meskipun menghadapi cobaan, keyakinan pada keberadaan Tuhan membantu mereka menemukan makna yang mendalam dalam setiap perjalanan hidup. Oleh karena itu, kesehatan hati yang sehat bukanlah satu-satunya tolak ukur kebahagiaan; melainkan, kebahagiaan sejati dapat ditemukan melalui penghayatan dan penerimaan terhadap keindahan hidup, baik dalam suka maupun duka.
ADVERTISEMENT
Metafora hidup sebagai perziarahan menggambarkan perjalanan panjang yang tidak pasti, di mana manusia tidak tahu kapan akan menghentikan langkah, berjumpa dengan kematian. Seiring dengan berjalan waktu, tiap detik yang berlalu menjadi bagian dari rentetan peristiwa hidup, dan dalam setiap langkah tersebut terkandung potensi untuk menciptakan makna mendalam. Saat manusia masih hidup, keimanan dan pengharapan menjadi pemandu yang menuntun mereka untuk hadir dalam dunia ini dengan membawa kasih Tuhan. Dalam perjalanan hidup ini, manusia diingatkan untuk saling mengasihi, menjalin hubungan sejati sebagai saudara-saudara dalam kehidupan.
Hidup, yang merupakan anugerah dari “Yang Ilahi”, memiliki keindahan hakiki. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk menggali makna di balik setiap momen suka dan duka yang dihadapi. Hidup ini bukan sekadar menjalani waktu, tetapi sebuah kesempatan untuk memberikan makna pada eksistensi kita sebagai manusia dan mewarnai perjalanan dengan cinta kebaikan. Dalam meresapi hidup, manusia dihadapkan pada berbagai pilihan, dan penting untuk memilih jalur yang memunculkan makna dan kebaikan.
ADVERTISEMENT
Kasih sayang di dalam Kerahiman Tuhan hadir dalam segala aspek kehidupan, dan sebagai manifestasi dari cinta-Nya, manusia dipanggil untuk saling mencintai dan membantu satu sama lain. Dengan memaknai suka dan duka sebagai bagian tak terpisahkan dari perjalanan hidup, orang dapat merangkul setiap pengalaman dengan penuh kebijaksanaan dan keberanian. Melalui perjalanan yang demikian, seseorang dapat membangun jejak kasih yang akan membawa keberkahan bagi diri sendiri dan orang lain.
Dengan demikian, pembelajaran bermakna yang dapat disimpulkan, bahwa hidup bukan hanya tentang bagaimana manusia menyelesaikan perjalanan sebagai ziarah, tetapi juga tentang bagaimana kita memberikan arti pada setiap langkah yang diambil. Kesadaran akan kehadiran Tuhan, cinta-Nya, dan kasih yang dihadirkan dalam hidup dapat menjadi pendorong untuk menjadikan perziarahan hidup berarti, penuh makna, dan diliputi oleh kebaikan.
ADVERTISEMENT