Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Mengelola Harmoni Organisasional Lembaga Pendidikan
21 Agustus 2024 8:59 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Odemus Bei Witono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam suatu kesempatan, saya mengunjungi yayasan sekolah yang menghadapi berbagai kesulitan di salah satu daerah di Indonesia. Kesulitan utama yang dihadapi, yakni kurangnya koordinasi antara unit-unit sekolah dengan kepengurusan yayasan pusat. Unit-unit sekolah yang berada jauh dari jangkauan pengurus pusat merasa didukung oleh otoritas lokal, sehingga mereka kurang menghormati dan mengikuti arahan dari kepengurusan pusat.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut mengakibatkan organisasi yayasan tidak berjalan dengan efektif. Salah satu dampak terbesar dari masalah ini adalah terganggunya aliran keuangan. Karena unit-unit sekolah tidak menyetor uang ke kantor pusat yayasan secara baik dan benar, keuangan menjadi persoalan utama dalam memajukan lembaga pendidikan tersebut.
Dalam banyak kajian manajemen, desentralisasi kekuasaan sering dianggap sebagai salah satu solusi terbaik dalam menjangkau rentang kendali lebih luas. Dalam analisis Maxwell (2007), bahwa hal-hal besar terjadi jika orang memberikan kepercayaan dirinya kepada orang lain. Melalui kepercayaan pengurus lembaga, desentralisasi memungkinkan unit-unit yang jauh dari pusat, bertindak lebih cepat dan sesuai dengan kebutuhan lokal.
Namun, jika setiap unit atau cabang sekolah bergerak sendiri-sendiri tanpa mengikuti konsep atau pedoman yang jelas, desentralisasi dapat mengalami kegagalan. Ketidakkonsistenan dalam penerapan kebijakan tersebut dapat menyebabkan kekacauan, yang pada akhirnya memperburuk situasi organisasi secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
Idealnya, kombinasi antara sentralisasi dan desentralisasi diperlukan dalam mengatasi masalah ini. Sentralisasi pada aspek-aspek kritis seperti keuangan dapat memastikan kontrol dan stabilitas yang diperlukan, sementara desentralisasi pada aspek operasional memungkinkan unit-unit sekolah mengajukan anggaran dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan kebutuhan spesifik mereka. Kombinasi yang demikian memungkinkan organisasi mempertahankan kendali sambil tetap memberikan fleksibilitas kepada unit-unit sekolah dalam menjalankan operasional sehari-hari.
Strategi ini tidak hanya relevan dalam konteks pendidikan, tetapi juga di berbagai sektor lain di mana organisasi harus menjangkau area luas dan beragam. Kombinasi yang tepat antara sentralisasi dan desentralisasi membantu dalam meminimalkan potensi konflik, mengoptimalkan alokasi sumber daya, dan memastikan bahwa semua unit bergerak dalam satu arah yang sama untuk mencapai tujuan organisasi.
ADVERTISEMENT
Hal yang menyatukan sekolah-sekolah dengan pengurus yayasan adalah kesamaan visi dan misi lembaga, nilai-nilai keutamaan, serta semangat dalam melayani masyarakat melalui pendidikan.
Visi dan misi menjadi pemandu utama dalam setiap langkah dan keputusan yang diambil, baik oleh pengurus yayasan maupun oleh pihak sekolah. Ketika semua elemen dalam organisasi pendidikan bersatu dalam visi dan misi, maka seluruh tenaga pendidik dan kependidikan akan bekerja menuju tujuan yang sama, yaitu memajukan pendidikan dan melayani kebutuhan peserta didik.
Akan tetapi, jika terdapat ego sektoral atau bahkan individual yang tidak selaras dengan cita-cita lembaga, hal ini dapat menimbulkan perpecahan dan menghambat kemajuan organisasi. Ego-ego ini perlu diselaraskan agar tidak menghalangi pelaksanaan program dan kegiatan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan bersama.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks organisasi pendidikan, perpecahan dalam relasi antar pendidik dan tenaga kependidikan dapat menjadi salah satu faktor penghambat terbesar dalam mencapai kemajuan. Ketika anggota organisasi tidak dapat bekerja sama secara harmonis, maka kolaborasi yang seharusnya menghasilkan inovasi dan perbaikan justru menjadi beban yang memperlambat laju perkembangan.
Akibatnya, karya pendidikan tidak hanya berjalan di tempat, tetapi bahkan bisa mundur jika konflik terus berlarut-larut. Perbedaan pandangan dan pendekatan memang tidak bisa dihindari dalam organisasi besar dan kompleks, namun perbedaan ini perlu dikelola dengan baik melalui dialog konstruktif dan penekanan pada tujuan bersama lebih besar daripada kepentingan individu atau kelompok.
Sebagai catatan penting, yayasan yang memiliki banyak sekolah di bawah naungannya perlu mempertimbangkan penerapan sistem manajemen terpusat namun tetap menghargai inisiatif dari unit-unit sekolah. Sistem manajemen terpusat memungkinkan adanya kontrol lebih baik terhadap kebijakan, keuangan, dan standar pendidikan, sehingga dapat meminimalisir terjadinya penyimpangan atau ketidaksesuaian dalam pelaksanaan di lapangan.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, di sisi lain, yayasan juga perlu memberikan ruang bagi sekolah-sekolah dalam berinovasi dan menyesuaikan program-program mereka dengan kebutuhan dan kondisi lokal. Inisiatif dari unit-unit sekolah ini perlu diakomodasi dalam kerangka yang sejalan dengan visi dan misi yayasan, sehingga kreativitas dan otonomi tidak bertentangan dengan tujuan keseluruhan lembaga.
Dengan demikian, kombinasi antara sentralisasi manajemen dan penghargaan terhadap inisiatif lokal akan membantu yayasan dalam mencapai visinya dengan lebih efektif. Visi dan misi yayasan akan lebih mudah terwujud jika semua komponen dalam organisasi bekerja dalam harmoni, dengan kesadaran bahwa setiap tindakan mereka berkontribusi pada pencapaian tujuan bersama.
Hal demikian bukan hanya soal mengelola sumber daya manusia dan keuangan dengan baik, tetapi juga tentang menciptakan budaya kerja yang saling mendukung dan membangun, di mana setiap anggota organisasi merasa memiliki tanggung jawab untuk bersama-sama membawa lembaga pendidikan menuju kesuksesan.
ADVERTISEMENT