Konten dari Pengguna

Menggali Tujuan Pendidikan dalam Mencapai Sistem Holistik dan Seimbang

Odemus Bei Witono
Direktur Perkumpulan Strada, Pengamat Pendidikan, Kandidat Doktor Filsafat di STF Driyarkara, Jakarta, dan Penggemar Sepak Bola.
30 Juni 2024 10:25 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Odemus Bei Witono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi merumuskan tujuan pendidikan, sumber: Pexels.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi merumuskan tujuan pendidikan, sumber: Pexels.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menggali tujuan pendidikan adalah langkah penting dalam mencapai sistem holistik dan seimbang. Pendidikan perlu diakui sebagai kebaikan individu dengan nilai intrinsik serta sebagai kebaikan publik dengan nilai instrumental. Dengan demikian, berbagai nilai dan manfaat dari pendidikan dapat diintegrasikan, memastikan bahwa pendidikan berkontribusi pada pengembangan individu sekaligus memberikan manfaat bagi masyarakat luas. Pendidikan seimbang akan menciptakan individu berkompeten dan masyarakat yang lebih maju dan harmonis.
ADVERTISEMENT
Kurikulum Merdeka memberikan keleluasaan kepada pendidik menciptakan pembelajaran berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan belajar peserta didik. Kurikulum ini menekankan pada pengembangan soft skills dan karakter, memastikan peserta didik tidak hanya menguasai materi akademis, tetapi juga memiliki keterampilan sosial dan etika yang baik. Fokus pada materi esensial memungkinkan peserta didik mendalami konsep-konsep utama dengan lebih baik, tanpa terbebani oleh informasi yang kurang relevan.
Selain itu, Kurikulum Merdeka memberikan fleksibilitas dalam metode pembelajaran, sehingga pendidik dapat menyesuaikan pendekatan mereka berdasarkan kebutuhan individu siswa dan konteks lokal. Hal ini menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan adaptif, mendorong kreativitas, inovasi, dan partisipasi aktif dari siswa.
Dalam analisis Winch & Gingell (2008), tujuan dari sistem pendidikan menentukan segala aspek lainnya: institusi, kurikulum, pedagogi, dan sistem penilaian. Memahami tujuan pendidikan berarti mulai memperjelas elemen-elemen lainnya dalam sistem pendidikan. Namun, penting untuk diingat bahwa tujuan-tujuan tersebut bisa jadi tidak tertulis, meski demikian, mereka tetap ada dan terwujud dalam praktik sehari-hari para guru dan siswa, serta dalam dokumen pemerintah.
ADVERTISEMENT
Berbagai kelompok dalam masyarakat, seperti pemerintah, aparat negara, kelompok warga, bisnis, anak-anak, dan profesional pendidikan itu sendiri, semua memiliki pengaruh terhadap pendidikan. Karenanya, menurut Winch & Gingell (2008) tujuan pendidikan dapat ditetapkan oleh kelompok-kelompok tersebut, baik secara bersama-sama, dalam konflik, atau dalam semangat kompromi.
Semakin banyak kesepakatan tercapai, semakin mungkin tercipta konsensus mengenai tujuan-tujuan tersebut. Sebaliknya, jika kesepakatan sulit dicapai, tujuan cenderung ditetapkan oleh kelompok yang berkuasa, seperti negara, atau oleh mereka yang paling langsung terkait dengan pendidikan, yakni para guru.
Ilustrasi, dialog dalam mencari kesepakatan sangat penting guna merumuskan suatu tujuan bersama, sumber: Pexels.
Pendidikan dapat memiliki lebih dari satu tujuan, selama tujuan-tujuan tersebut tidak saling bertentangan. Misalnya, tidak mungkin bertujuan menghasilkan warga negara patuh tanpa pertanyaan dan pada saat yang sama menghasilkan individu bebas mempertanyakan setiap momen kehidupan yang ditemui.
ADVERTISEMENT
Banyak tujuan yang secara umum kompatibel satu sama lain tetapi ada dalam ketegangan tertentu. Hal ini sebagian disebabkan oleh waktu terbatas dalam proses pendidikan, dan sebagian lagi karena beberapa tujuan hanya dapat dicapai sepenuhnya dengan mengorbankan tujuan lainnya.
Ada berbagai cara mengelompokkan tujuan pendidikan. Salah satu pendekatan menekankan pentingnya pendidikan sebagai manfaat individu yang bersifat liberal dan memiliki nilai intrinsik. Pendekatan lain melihat pendidikan sebagai manfaat publik, selain sebagai manfaat individu, dengan nilai instrumental.
Secara umum, pendekatan pertama disebut 'liberal', sedangkan pendekatan kedua disebut 'instrumental'. Menurut Winch & Gingell (2008), tujuan instrumental dapat dibagi lagi menjadi vokasional, sosial, dan personal. Dalam pandangan ini, tidak ada pertentangan yang perlu antara tujuan-tujuan tersebut, selama keberadaan lain diakui.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi ada yang berpendapat bahwa beberapa tujuan ini tidak cocok satu sama lain. Beberapa dianggap sebagai tujuan sekolah daripada pendidikan, sementara yang satu dianggap terlalu diutamakan sehingga mengorbankan yang lain, seperti mengutamakan tujuan instrumental di atas tujuan liberal.
Membedakan tujuan pendidikan dari tujuan sekolah tidak sah kecuali ada kriteria independen untuk membedakan antara pendidikan dan persekolahan. Mengelompokkan tujuan sebagai milik salah satu atau yang lain melibatkan usaha mendefinisikan bidang masing-masing dari pendidikan dan persekolahan. Hal ini berarti bahwa perbedaan tersebut tidak dapat digunakan sebagai kriteria mengklasifikasikan tujuan sampai benar-benar jelas.
Dalam kajian Winch & Gingell (2008), upaya untuk menunjukkan bahwa pendidikan terlalu berat sebelah dalam mendukung beberapa tujuan daripada yang lain tidaklah salah, tetapi memerlukan argumen dan bukti pendukung. Argumen atau bukti tersebut perlu menunjukkan bahwa tujuan yang diutamakan berdasarkan sistem pembobotan arah dan tujuan, apakah sudah mencerminkan kata adil atau belum.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks demikian, sangat penting bagi para pemangku kepentingan secara kolektif menetapkan dan menyepakati tujuan pendidikan holistik dan seimbang. Hal ini bukan hanya tentang mencapai konsensus, tetapi juga tentang memastikan bahwa setiap tujuan yang diakui sebagai bagian dari sistem pendidikan mendapatkan porsi perhatian dan sumber daya yang adil.
Melalui dialog yang terus menerus dan inklusif, para pendidik dan tenaga kependidikan dapat membangun sistem pendidikan yang tidak hanya melayani kebutuhan individu, tetapi juga memenuhi tanggung jawab sosial untuk menghasilkan warga negara berpengetahuan, kritis, dan berkontribusi.