Mengungkap Makna Kehidupan di Balik Ajaran-Nya

Odemus Bei Witono
Direktur Perkumpulan Strada, Pengamat Pendidikan, Mahasiswa Doktoral Filsafat di STF Driyarkara, Jakarta, dan Penggemar Sepak Bola.
Konten dari Pengguna
18 Februari 2024 1:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Odemus Bei Witono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kapal yang diobang-ambingkan badai, sumber: Pexels.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kapal yang diobang-ambingkan badai, sumber: Pexels.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pengajaran Tuhan seringkali menimbulkan tantangan dalam pemahaman manusia, karena kehendak-Nya seringkali dianggap misterius oleh sebagian orang. Dalam banyak peristiwa, manusia dalam kehidupan potensial dapat mengungkap makna tersembunyi di dalam ajaran-Nya.
ADVERTISEMENT
Pemahaman terhadap kebijaksanaan-Nya tidak selalu muncul dengan jelas melalui perenungan teologis semata. Oleh karena itu, ada kebutuhan mendalam untuk menjalin koneksi antara ajaran iman dan pengalaman hidup sehari-hari.
Dalam dinamika kehidupan, manusia mulai menyadari bahwa pemahaman terhadap ajaran agama dan kehendak Tuhan dapat ditemukan melalui praktik konkret dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mempertimbangkan realitas kehidupan, orang dapat meresapi makna ajaran iman dengan lebih mendalam.
Mark Link, SJ (2014) berusaha menjalin hubungan antara ajaran iman dan realitas. Dalam tulisan, dia mereinterpretasi naratif yang dihasilkan oleh seorang sastrawan Prancis, Paul Claudel (1868-1955), dalam drama berjudul "Le Soulier de Satin" atau yang lebih dikenal sebagai "The Satin Slipper".
Claudel memulai kisah dengan adegan dramatis di mana sebuah kapal tenggelam di lautan. Dalam situasi sulit ini, satu-satunya yang selamat adalah seorang tokoh, pemeran utama yang terikat pada tiang palang kapal. Ketika kapal terombang-ambing di tengah ombak besar, sang tokoh merasakan kematian mendekat dengan cepat.
ADVERTISEMENT
Dalam keputusasaan dan ketakutan, dia melontarkan doa yang penuh ketulusan, bersyukur kepada Tuhan atas pengalaman mati yang sedang dihadapi. Tokoh itu mengakui bahwa terkadang dirinya merasa sulit memahami pengajaran Tuhan dan bahkan sering kali melawan kehendak-Nya, namun dalam momen genting seperti ini, dia merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta.
Dengan penuh pengabdian, sang tokoh tersebut menyatakan bahwa tubuhnya tidak bisa melepaskan diri dari palang yang membawa dirinya menuju kematian. Dalam keadaan seperti itu, sang tokoh merasa berada dalam kedekatan khusus dengan Tuhan.
Dengan demikian, Claudel secara brilian mengungkap drama ini dengan menggambarkan situasi ekstrim yang menciptakan ruang bagi refleksi spiritual dan ketulusan dalam hubungan manusia dengan Tuhan.
Melalui adegan kapal karam, penonton disuguhkan kekontrasan antara ketidakpastian dan keyakinan, sekaligus menggambarkan perjalanan spiritual tokoh yang mendapati dirinya dekat dengan kematian namun tetap berserah diri kepada Tuhan dengan penuh rasa syukur.
ADVERTISEMENT
Dalam perjalanan hidup sehari-hari, seringkali orang mendapati dirinya protes terhadap kejadian pahit yang dialami. Pemberontakan manusiawi, terutama ketika dihadapkan pada pertanyaan eksistensial tentang kematian, yang potensial menjadi ujian mengguncangkan keyakinan seseorang terhadap Keilahian yang Mahakuasa.
Ada ironi, ketika seseorang merenung perjalanan hidupnya, seringkali di tengah-tengah peristiwa ekstrim sulit, justru dia menemukan kehadiran Tuhan dalam jalan-jalan tidak terduga. Benturan hidup, yang pada awalnya tampak sebagai ancaman terhadap keyakinan, kadang malah menjadi sarana penyelamatan, memimpin individu tersebut pada jalan keselamatan yang terkandung dalam rencana Ilahi.
Banyak dari kita (pembaca) mengalami momen ketika merasa lemah dan terpuruk, namun di tengah-tengah kelemahan itu, kekuatan ilahi muncul meneguhkan dan mengarahkan orang menuju sumber kebaikan dan kebenaran hakiki, terutama ketika menghadapi ujung kematian. Pengalaman demikian memberikan harapan bahwa hidup tidak berhenti pada titik kematian fisik, melainkan mengalami transformasi menuju keabadian di tempat baru.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, dalam setiap pemberontakan dan pertanyaan eksistensial, manusia dapat menemukan makna mendalam dan harapan memancar, mengubah pandangan mengenai kehidupan dan kematian menjadi sebuah perjalanan spiritual yang membimbing menuju keabadian.
Ilustrasi kekumuhan, simbol keterpurukan seseorang, tetapi tetap ada harapan, sumber: Pexels.
Rose de Viterbo (dalam tomperna.org, 2016), mengajukan sebuah pandangan yang mendalam tentang kehidupan dengan pernyataan, "Hiduplah agar tidak takut mati." Dalam perspektifnya, bagi mereka yang menjalani kehidupan dengan kelimpahan di dunia ini, kematian bukanlah suatu momok yang menakutkan, melainkan suatu perjalanan manis dan berharga.
Sentuhan spiritualitas dan keyakinan pada yang ilahi memberikan kemampuan untuk mengisi kehidupan dengan berbagai warna, menghadapi tantangan dan kegagalan dengan harapan yang tak tergoyahkan.
Meskipun kehidupan kerap dihantam badai dahsyat dan ikatan-ikatan tiang palang membuat orang seolah-olah terhimpit, keberanian dan keteguhan dalam harapan tetap tidak pernah surut.
ADVERTISEMENT
Pemahaman akan Kehendak-Nya terhadap kehidupan manusia memberikan dukungan iman yang kokoh. Di tengah situasi sulit, harapan menjadi pendorong utama, mampu melewati segala keterbatasan fisik dan mental.
Dalam analisis Rose de Viterbo, melalui pengabdian pada Kehendak-Nya, manusia dapat menemukan kekuatan menghadapi aneka aspek kehidupan, bahkan saat badai mendera dan ikatan-ikatan membatasi gerak. Oleh karenanya, pandangan ini membimbing individu untuk menjalani hidup dengan penuh arti dan harapan, meskipun jika dihadapkan pada kematian sekalipun.
Semoga, melalui pemahaman mendalam terhadap realitas yang dialami, manusia dapat menembus berbagai batasan yang ada dan mengungkap makna tersembunyi di dalam ajaran-Nya.
Dengan demikian, dalam perjalanan hidup yang penuh liku-liku, bahkan dalam situasi sulit sekalipun, seseorang tetap teguh pada keyakinan yang menghubungkan dirinya dengan Sang Ilahi.
ADVERTISEMENT
Perjalanan hidup bukanlah tanpa rintangan, namun kesetiaan pada ajaran-Nya membimbing manusia melalui segala tantangan, membuka jalan menuju sumber kebijaksanaan dan keselamatan.