Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
4 Ramadhan 1446 HSelasa, 04 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Ombak, Persahabatan, dan Keberanian
4 Maret 2025 9:36 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Odemus Bei Witono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Terik mentari yang cerah menyambut kedatangan Tika, Susan, Joni, Romi, dan Indra di pantai selatan Garut. Kelima sahabat tersebut menumpang mobil milik orang tua Tika, yang memiliki sebuah cottage di tepi pantai.
ADVERTISEMENT
Perjalanan selama enam jam dari Jakarta tentu saja terasa begitu singkat berkat tawa dan obrolan ceria yang menemani mereka sepanjang jalan.
"Akhirnya! Kita bisa healing!" seru Joni dengan riang sambil berlari ke arah bibir pantai.
"Santai, Jon! Baru juga sampai!" Susan tertawa.
Mereka segera melepas sendal dan merasakan pasir putih, begitu lembut terasa di bawah kaki. Namun, saat asyik bermain pasir, tiba-tiba Indra menemukan sesuatu yang aneh.
"Hei, lihat ini!" seru Indra sambil mengais pasir.
Di sana, tersembunyi sebuah benda berwarna perak, menyerupai perhiasan tua. Mereka saling bertukar pandang, penasaran dengan benda yang seakan tertelan oleh sang waktu.
"Mungkin peninggalan nelayan zaman dulu," gumam Tika.
Akan tetapi, sebelum mereka sempat mendiskusikan lebih jauh, suara ombak mendadak lebih kencang. Susan, yang sedang berdiri agak ke tengah, spontan terseret arus yang datang tanpa peringatan.
ADVERTISEMENT
"Susan!" teriak Romi, melihat sang sahabat ter-huyung dan terbawa ke dalam air.
Tanpa ragu dan tanpa pikir panjang, Romi segera melompat ke laut, mengabaikan dinginnya air dan derasnya ombak menggulung. Dia berenang sekuat tenaga menuju Susan, yang terlihat begitu panik di tengah gelombang yang semakin besar.
Setiap kayuhan tangannya terasa berat, arus laut seolah-olah menguji ketabahannya. Sementara itu, di tepi pantai, Joni dan Indra hanya bisa berdiri dengan wajah cemas, tidak tahu harus berbuat apa. Tika, yang menyadari situasi semakin genting, segera berlari mencari pertolongan, berharap ada seseorang yang bisa membantu mereka.
Di tengah lautan bergolak, Susan mulai kehilangan tenaga. Ia meronta, tetapi semakin berusaha melawan, semakin dalam arus menariknya. Romi akhirnya berhasil meraihnya, menggenggam tangannya dengan erat agar tidak terlepas.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, perjuangannya belum selesai. Saat dia mencoba membawa Susan kembali ke tepian, arus justru menyeret mereka lebih jauh. Dada mereka terasa sesak, jantung mereka berdegup kencang, berpacu dengan waktu yang terasa semakin sempit.
Romi menggertakkan gigi, menolak menyerah. Napasnya mulai tersengal, tapi dia tahu bahwa mundur bukan pilihan. Dengan segenap tenaga terakhirnya, dia mengayuh ke arah pantai, menembus setiap gelombang yang menghalangi jalannya.
Susan masih dalam genggaman, meski tubuhnya sudah lemas. Sementara itu, di kejauhan, beberapa nelayan yang menyaksikan kejadian tersebut mulai bergegas, membawa tali dan pelampung guna membantu mereka keluar dari bahaya.
Setelah pertarungan sengit melawan laut, akhirnya Romi berhasil membawa Susan lebih dekat ke tepi pantai. Beberapa nelayan yang tiba dengan cepat menarik mereka ke tempat lebih aman. Susan terbatuk-batuk, air laut keluar dari mulutnya, sementara Romi tergeletak kelelahan di pasir, dadanya naik turun mengatur napas.
ADVERTISEMENT
Joni, Indra, dan Tika segera menghampiri, wajah mereka penuh kekhawatiran sekaligus kelegaan. Mereka semua sadar bahwa hari itu, mereka hampir kehilangan satu sama lain, tetapi juga menemukan arti keberanian dan persahabatan sejati.
"Kamu nggak apa-apa?" Tika bertanya dengan suara bergetar.
"Aku… aku baik-baik saja," jawab Susan lemah, masih gemetar.
Setelah kejadian menegangkan itu, mereka kembali ke cottage. Malam itu, mereka lebih banyak diam, merenungi betapa dekatnya mereka dengan bahaya.
Keesokan harinya, mereka mencoba mengusir ketegangan dengan menyusuri pantai. Langkah demi langkah membawa mereka ke sebuah kampung nelayan yang sederhana. Di sana, mereka bertemu para nelayan yang baru saja kembali dari laut.
"Ikan segar, mau beli?" tawar seorang nelayan dengan senyum ramah.
ADVERTISEMENT
Mereka membeli beberapa ikan segar, lalu kembali ke cottage, dan langsung memasaknya bersama. Aroma ikan bakar yang bercampur dengan angin laut menyatu dalam kehangatan persahabatan mereka.
Saat makan malam, suasana lebih hangat dari sebelumnya. Tawa dan obrolan ringan kembali mengalir.
Romi tiba-tiba bersuara dengan nada lebih dalam dari biasanya. "Aku sadar dan mengerti sesuatu," katanya, matanya menatap ke kejauhan, seakan-akan mengingat kembali peristiwa yang baru saja mereka alami. "Persahabatan itu bukan cuma soal senang-senang, tapi juga tentang saling menjaga." Suaranya sarat dengan makna, dan kata-kata itu menggema dalam benak mereka.
Mereka tidak lagi sekadar melihat satu sama lain sebagai teman seperjalanan, tetapi sebagai bagian dari sesuatu yang lebih besar, yakni ikatan yang terbentuk bukan hanya oleh tawa, tetapi juga oleh keberanian dan kepedulian di saat-saat sulit.
ADVERTISEMENT
Keheningan menyelimuti mereka sejenak, sebelum akhirnya semua mengangguk setuju. Kejadian kemarin masih segar dalam ingatan, menghadirkan perasaan bercampur aduk antara syukur dan ketakutan.
Mereka baru saja menghadapi situasi yang hampir saja merenggut nyawa, namun di saat yang sama, itu juga menjadi momen penting yang menguji seberapa kuat kualitas persahabatan di antara mereka. Susan, yang kini duduk berselimut jaket tebal dengan mata masih menyisakan ketegangan, memandang Romi dengan penuh rasa terima kasih.
Joni, Indra, dan Tika pun merasa bahwa perjalanan kali ini telah memberi mereka lebih dari sekadar pengalaman liburan biasa.
Healing yang mereka rencanakan awalnya hanya sekadar pelarian dari kepenatan sekolah dan rutinitas yang menjemukan. Namun, takdir membawa mereka ke dalam pengalaman, jauh lebih mendalam -- sebuah pelajaran berharga tentang arti keberanian, kepedulian, dan persahabatan sejati.
ADVERTISEMENT
Di bawah langit senja yang semakin gelap, mereka menyadari bahwa persahabatan tidak hanya terbentuk dalam momen kebahagiaan, tetapi juga dalam keberanian melindungi dan menjaga satu sama lain, bahkan di tengah ombak yang paling ganas sekalipun.