Konten dari Pengguna

Pendidikan Harmoni dalam Keberagaman Indonesia

Odemus Bei Witono
Direktur Perkumpulan Strada, Pengamat Pendidikan, Kolumnis, Kandidat Doktor Filsafat di STF Driyarkara, Jakarta, dan Penggemar Sepak Bola.
15 Desember 2024 12:46 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Odemus Bei Witono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi harmoni, dua rumah ibadah berdampingan, sumber: dok. pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi harmoni, dua rumah ibadah berdampingan, sumber: dok. pribadi.
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 12 Desember 2024 malam, di atas Gedung Grha Pemuda Katedral, saya dan beberapa sahabat menyaksikan pemandangan menarik, dan sungguh menggetarkan hati. Dari ketinggian itu, terlihat dua rumah ibadah tampak jelas berdampingan dengan begitu megah dan anggun. Menjulang tinggi, menara Katedral Jakarta dan kubah Masjid Istiqlal.
ADVERTISEMENT
Dua simbol besar dari dua agama berbeda, tetapi mampu hadir bersama dalam harmoni di tengah hiruk-pikuk Jakarta. Dalam hati kecil, saya terbersit sebuah harapan tentang betapa indahnya keberagaman dalam persatuan. Dunia seakan terasa damai, setidaknya dalam momen itu.
Sambil menikmati makan ringan, saya teringat sebuah sejarah penting yang pernah ditorehkan tidak jauh dari tempat itu. Di bawah gedung yang saya pijak, Kongres Pemuda II pernah digelar, yang pada akhirnya di gedung yang berbeda di hari berikutnya melahirkan Sumpah Pemuda, sebuah ikrar monumental tentang satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa.
Refleksi ini membawa saya pada satu gagasan penting, yakni bagaimana pendidikan mampu berperan dalam menjaga harmoni keberagaman, seperti yang dicita-citakan oleh para pemuda tahun 1928 itu.
ADVERTISEMENT
Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan keberagaman, baik dari sisi agama, suku, bahasa, maupun budaya. Dalam konteks demikian, keberagaman merupakan kekayaan yang perlu dirawat dengan penuh kesadaran.
Akan tetapi keberagaman juga membawa tantangan tersendiri. Tanpa pemahaman mendalam, perbedaan dapat menjadi pemicu konflik, alih-alih menjadi sumber kekuatan. Di sinilah pendidikan memainkan peran yang sangat penting.
Pendidikan harmoni dalam keberagaman bukan hanya tentang belajar menerima perbedaan, tetapi juga tentang bagaimana menjadikan perbedaan itu sebagai dasar yang menghasilkan kehidupan bersama secara lebih baik. Pendidikan tersebut tentu saja membutuhkan pendekatan inklusif, interaktif, dan reflektif.
Kongres Pemuda II yang menghasilkan Sumpah Pemuda menjadi bukti konkret bagaimana keberagaman dapat dirajut menjadi persatuan. Para pemuda dari berbagai latar belakang—suku, agama, dan budaya—bersatu dalam satu tujuan bersama: Indonesia merdeka. Semangat inilah yang harus terus dihidupkan dalam sistem pendidikan nasional.
ADVERTISEMENT
Di sekolah, misalnya, pelajaran sejarah tidak boleh hanya menjadi hafalan peristiwa dan tanggal. Sebaliknya, dapat menjadi ruang dalam membangun kesadaran kritis mengenai pentingnya persatuan di tengah keberagaman. Siswa perlu diajak memahami bahwa persatuan tidak berarti menyeragamkan, tetapi menghormati perbedaan sebagai bagian dari identitas kolektif.
Selain itu, pendidikan karakter berbasis nilai-nilai Pancasila perlu diperkuat. Dalam Pancasila, prinsip "Ketuhanan Yang Maha Esa"; "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab"; dan "Persatuan Indonesia" dapat menjadi fondasi utama, membangun harmoni di dalam keberagaman. Dengan memahami dan menghayati nilai-nilai tersebut, generasi muda akan mampu melihat perbedaan bukan sebagai ancaman, tetapi sebagai peluang belajar dan tumbuh bersama.
Untuk menjadikan pendidikan harmoni dalam keberagaman sebagai kenyataan, perlu ada beberapa langkah konkret yang dapat diambil oleh berbagai pihak, mulai dari pemerintah, sekolah, hingga masyarakat.
ADVERTISEMENT
Pertama, kurikulum perlu dirancang sedemikian rupa sehingga nilai-nilai keberagaman menjadi bagian integral dari proses pembelajaran. Modul ajar yang terkait pendidikan Pancasila, kewarganegaraan, Religiositas, dan sejarah bangsa hendaklah diorientasikan pada penguatan pemahaman lintas budaya dan lintas agama.
Kedua, sekolah dapat mengadakan program-program seperti pertukaran pelajar antar wilayah, seminar lintas agama, atau festival budaya. Kegiatan semacam ini tidak hanya memperluas wawasan siswa, tetapi juga memperkuat rasa saling pengertian.
Ketiga, guru memegang peranan kunci dalam menanamkan nilai-nilai keberagaman. Oleh karena itu, pelatihan bagi guru tentang pendidikan lintas budaya dan resolusi konflik dapat menjadi prioritas.
Keempat, pendidikan harmoni tidak bisa hanya menjadi tanggung jawab sekolah. Komunitas dan orang tua juga perlu terlibat aktif. Misalnya, melalui program-program komunitas yang mendorong interaksi antaragama dan antarsuku.
ADVERTISEMENT
Tentu saja, upaya membangun pendidikan harmoni dalam keberagaman tidak lepas dari tantangan. Salah satu potensial terjadi, yakni adanya polarisasi sosial yang semakin menguat akibat perkembangan teknologi informasi. Media sosial, meskipun memiliki banyak manfaat, sering kali menjadi ruang penyebaran hoaks dan ujaran kebencian yang dapat merusak semangat keberagaman.
Oleh karenanya, diperlukan literasi digital sebagai bagian dari pendidikan harmoni. Generasi muda perlu dibekali kemampuan agar dapat menyaring informasi dan mengelola perbedaan pendapat secara konstruktif. Selain itu, pendidikan harmoni diharapkan dapat menjangkau daerah-daerah terpencil yang sering kali belum mendapatkan akses pendidikan yang memadai.
Indonesia memiliki potensi besar menjadi teladan dunia dalam merawat keberagaman. Dengan pendidikan yang tepat, generasi mendatang dapat tumbuh menjadi individu-individu yang tidak hanya toleran, tetapi juga aktif memajukan harmoni sosial.
ADVERTISEMENT
Sebagai catatan akhir, harmoni dalam keberagaman bukanlah sesuatu yang terjadi begitu saja. Harmoni hidup merupakan hasil dari upaya bersama yang berlandaskan kesadaran, pendidikan, dan cinta akan sesama manusia.
Dalam semangat Sumpah Pemuda, mari kita jadikan pendidikan sebagai sarana dalam merawat persatuan di tengah keberagaman. Sebagaimana indahnya menara Katedral dan kubah Masjid Istiqlal yang berdampingan, semoga Indonesia senantiasa menjadi rumah damai bagi semua anak bangsa.