Konten dari Pengguna

Penghargaan Setia Karya dalam Lembaga Pendidikan

Odemus Bei Witono
Direktur Perkumpulan Strada, Pengamat Pendidikan, Kolumnis, Cerpenis, Kandidat Doktor Filsafat di STF Driyarkara, Jakarta, dan Penggemar Sepak Bola.
7 Mei 2025 14:56 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Odemus Bei Witono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang menerima Penghargaan Setia Karya, sumber: Dok. Strada.
zoom-in-whitePerbesar
Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang menerima Penghargaan Setia Karya, sumber: Dok. Strada.
ADVERTISEMENT
Di tengah dinamika dunia pendidikan yang begitu dinamis, satu hal tetap menjadi fondasi utama dalam setiap kemajuan yang diraih, yakni dedikasi para pendidik dan tenaga kependidikan. Mereka adalah sosok-sosok yang dalam diam dan kesederhanaan, mendedikasikan hidupnya dalam membentuk generasi masa depan.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks inilah, acara Penghargaan Setia Karya (selanjutnaya cukup disebut Setia Karya) yang diselenggarakan oleh sebuah lembaga pendidikan di Jakarata, seperti Perkumpulan Strada menjadi sangat bermakna. Acara demikian merupakan kegiatan pemberian penghargaan formal, dan sekaligus sebagai bentuk penghormatan tulus terhadap pengabdian panjang dan konsistensi dalam karya pendidikan.
Dalam banyak organisasi, khususnya di bidang pendidikan, loyalitas dan ketekunan sering kali terabaikan karena hasil kerja jarang terlihat secara instan. Pendidik dan tenaga kependidikan bekerja dalam rentang waktu panjang, membangun karakter, menumbuhkan akal budi, dan membentuk nilai-nilai. Acara Setia Karya menjadi pengingat bahwa kontribusi jangka panjang memiliki nilai yang tak ternilai.
Setia Karya bukan melulu tentang lamanya masa kerja, tetapi juga ketekunan dalam menghadapi tantangan, loyalitas terhadap visi pendidikan, dan ketulusan dalam menjalankan tugas meskipun tanpa sorotan publik. Dalam konteks Strada, acara ini menjadi cermin nilai-nilai Katolik yang dihayati dan diwujudkan dalam pelayanan pendidikan secara konsisten, penuh cinta kasih, dan semangat pengabdian.
ADVERTISEMENT
Menjadi pendidik atau tenaga kependidikan selain sebuah profesi, juga pilihan hidup. Pilihan untuk hadir setiap hari di sekolah, menemani anak-anak bertumbuh, dan menghadapi berbagai dinamika dunia pendidikan. Mereka yang dihargai dalam acara Setia Karya adalah pribadi-pribadi yang telah melewati berbagai tantangan berupa perubahan kurikulum, keterbatasan fasilitas, perbedaan karakter murid, hingga dinamika sosial yang terus berubah. Namun, mereka tetap setia.
Penghargaan ini menjadi pengakuan bahwa apa yang mereka lakukan bernilai tinggi. Di tengah dunia yang sering kali mengukur kesuksesan dari pencapaian material, acara seperti Setia Karya mengajak kita untuk melihat keberhasilan dari perspektif yang lebih luhur—yaitu kesetiaan dan dedikasi dalam menjalankan panggilan hidup.
Salah satu dampak positif dari acara Setia Karya, yaitu tumbuhnya budaya apresiasi. Dalam banyak kasus, karyawan yang merasa dihargai akan menunjukkan loyalitas dan produktivitas yang lebih tinggi. Dalam dunia pendidikan, apresiasi semacam ini menjadi modal sosial yang besar. Ketika pendidik merasa dihargai, mereka akan termotivasi agar terus memberikan yang terbaik bagi murid dan institusinya.
ADVERTISEMENT
Budaya apresiasi juga menjadi warisan positif bagi generasi pendidik berikutnya. Guru-guru muda atau staf baru akan belajar bahwa pengabdian dalam jangka panjang bukanlah sesuatu yang sia-sia. Mereka melihat bahwa ada penghormatan terhadap kesetiaan dan kerja keras. Hal tersebut menjadi motivasi moral yang kuat.
Acara Setia Karya juga menyampaikan pesan penting kepada peserta didik dan masyarakat luas: bahwa hidup yang dijalani dengan setia pada panggilan dan tanggung jawab memiliki makna mendalam.
Di tengah tren zaman yang cenderung instan, ketika segala sesuatu ingin dicapai dengan cepat, kisah para penerima penghargaan Setia Karya memberikan pelajaran berharga bahwa kesuksesan sejati membutuhkan proses, komitmen, dan ketekunan.
Bagi murid, acara ini menjadi pembelajaran nilai. Mereka melihat bahwa guru-guru bukan hanya pengajar di kelas, tetapi teladan hidup dalam hal komitmen, integritas, dan kesederhanaan. Nilai-nilai ini akan terbawa dalam proses pembentukan karakter mereka sebagai pribadi utuh.
ADVERTISEMENT
Strada, sebagai lembaga pendidikan Katolik yang berakar kuat dalam nilai pelayanan, memiliki identitas khas. Acara Setia Karya menjadi ekspresi nyata dari nilai-nilai tersebut. Ia memperkuat jati diri Strada sebagai institusi yang menghargai manusia bukan semata-mata dari kinerjanya, tetapi dari kesetiaan dan pengabdiannya.
Lebih dari itu, acara ini menjadi ruang refleksi bersama—bahwa pendidikan bukan sekadar berbagi ilmu, tetapi sebuah karya pelayanan yang dilakukan dengan hati. Hal demikian merupakan pengingat bahwa setiap individu dalam komunitas pendidikan memiliki peran tak tergantikan, dan bahwa setiap peran tersebut berharga, patut dikenang dan dihargai.
Setia Karya selain sebagai acara tahunan, juga sebuah budaya yang perlu terus ditumbuhkan. Budaya untuk setia pada tanggung jawab, setia pada nilai, dan setia pada komunitas. Di tengah dunia yang terus bergerak cepat dan berubah, kesetiaan menjadi nilai yang semakin langka—dan karena itu, semakin bernilai.
ADVERTISEMENT
Perkumpulan Strada, melalui acara Setia Karya, telah mengambil langkah penting dalam merawat nilai ini. Tidak hanya guna mengenang masa lalu, tetapi juga meneguhkan masa depan. Dengan menghargai mereka yang telah setia berkarya, kita sedang membangun harapan akan generasi mendatang—generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga setia, peduli, dan penuh kasih untuk mengenang masa lalu, tetapi juga meneguhkan masa depan. Dengan menghargai mereka yang telah setia berkarya, kita sedang membangun harapan bagi generasi yang akan datang—generasi yang berkualitas.