Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
Konten dari Pengguna
Sebungkus Nasi Kebahagiaan
7 Januari 2024 11:40 WIB
Tulisan dari Odemus Bei Witono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pagi itu, seorang pemuda bernama Joni (bukan nama sebenarnya) terbangun dengan perut bergemuruh tanda kelaparan. Tanpa ragu, dia merogoh kantongnya dan menemukan uang seratus ribu rupiah. Dorongan untuk mencari makan begitu kuat hingga Joni tak dapat menahan diri lagi.
ADVERTISEMENT
Dengan langkah mantap, dia memutuskan untuk berkeliling menyusuri Jalan Sabang Jakarta, mencari sajian makanan yang dapat memuaskan rasa laparnya. Di tengah perjalanan, mata Joni tertarik pada aroma kopi yang menguar di udara. Tanpa pikir panjang, dia memutuskan untuk mampir dan menikmati secangkir kopi, yang kemudian disandingkan dengan bakwan gurih sebagai pengganjal perut.
Setelah menikmati santapannya, Joni merasa belum puas dan memutuskan untuk membawa pulang nasi bungkus berisi telor ceplok sebagai bekal. Dengan penuh kesabaran, dia menunggu hingga pesanannya siap.
Begitu makanannya tersaji dalam bungkusan, Joni pun melanjutkan perjalanan pulang ke rumah dengan hati gembira dan perut agak kenyang. Namun, dalam perjalanan pulang, Joni tak bisa mengabaikan pemandangan seorang ibu yang terlihat kelelahan, mungkin baru saja menyelesaikan pekerjaan berat.
ADVERTISEMENT
Merasa iba, Joni spontan memberikan bungkusan nasi telor ceplok yang baru saja dibelinya. Reaksi kaget dan ucapan terima kasih dari ibu itu menghangatkan hati Joni. Meskipun hanya sebungkus nasi, senyuman bahagia yang terpancar dari wajah ibu itu membuat Joni merasa puas dan bahagia.
Bagi Joni, kegembiraan tidak hanya datang dari perut kenyang, tetapi juga dari kebahagiaan orang lain yang berhasil dia bagi. Makan dua bakwan mungkin sudah cukup, tetapi momen berbagi nasi dengan ibu tersebut menjadi “kelezatan” tersendiri bagi Joni.
Keajaiban memberi membawa suka cita mendalam, sebagaimana Anne Frank (1929-1945) mengungkapkan, bahwa kekayaan seseorang tidak akan tergerus oleh tindakan memberi. Memberi bukanlah tindakan menguras isi kantong, melainkan sebuah investasi emosional dan spiritual yang akan memberikan hasil nyata.
ADVERTISEMENT
Konsep sederhana ini mengajarkan bahwa dengan memberi, seolah-olah membuat kantong orang menjadi kosong, tetapi kenyataannya, kekosongan tersebut segera terisi oleh pengalaman dan kebahagiaan memberi.
Seperti aliran air yang mengalir menuju muara, kantong yang kosong akan diisi oleh sumber-sumber kebaikan yang datang tanpa orang duga. Seakan ada suatu hukum alam yang berlaku, bahwa memberi akan memicu aliran berkah yang pada akhirnya akan kembali mengisi kantong.
Analogi bendungan yang memenuhi tugasnya untuk mengairi sawah-sawah petani, menggambarkan bahwa keberkahan akan terus mengalir sesuai dengan proporsi dan kebutuhan.
Pesan bijak dari abad pertama yang menyatakan, "Berbahagialah orang yang memberi, karena mereka akan memperoleh kemurahan," menjadi semakin jelas dalam konteks ini. Sukacita bukanlah sekadar tentang materi atau makanan, melainkan bagaimana orang merespons dan merayakan kegembiraan bersama orang lain.
ADVERTISEMENT
Kebahagiaan yang muncul dari tindakan memberi tidak hanya mengubah keadaan materi, tetapi juga menciptakan suatu realitas di mana interaksi tulus menciptakan kegembiraan mendalam.
Dalam konteks ini, ikhlas dalam memberi menjadi kunci utama. Semakin manusia mengikhlaskan dirinya saat memberi, semakin besar pula kebahagiaan yang akan dirasakannya. Kebebasan dari ekspektasi pribadi dan kemurahan hati secara tulus menciptakan suka cita yang tak tergantikan.
Bahkan dalam aktivitas sosial, para aktivis yang menjalankan tugas dengan gembira akan menciptakan atmosfer sukacita, sekalipun dalam skala yang mungkin terlihat kecil. Jadi, kegembiraan sesungguhnya bukanlah tentang menghindari realitas, melainkan tentang menciptakan realitas yang penuh dengan kebaikan dan kebahagiaan.
Pengalaman hidup bersama beberapa keluarga sangat sederhana di salah satu tempat di Manila beberapa tahun silam membuka mata saya akan kekuatan kebahagiaan dalam keterbatasan. Meskipun kami hidup dalam keterbatasan ekonomi, saya menemukan kebahagiaan melalui kunjungan dan interaksi dengan keluarga-keluarga yang ditemui.
ADVERTISEMENT
Saat berkumpul dengan mereka, kami tidak hanya sekadar berbagi makanan dan cerita, tetapi juga menggali kebahagiaan sederhana dalam pertukaran pengalaman.
Saya diizinkan untuk menjadi bagian dari kehidupan mereka, berbagi cerita, dan mendengar pengalaman hidup yang mungkin sangat berbeda. Meskipun mereka memiliki keterbatasan dalam menyediakan makanan, tetapi kebaikan hati mereka mengajarkan saya bahwa kebahagiaan bukanlah semata-mata tentang keberlimpahan materi. Kebahagiaan sejati muncul dari kesederhanaan dan rasa syukur atas apa yang kita miliki.
Dalam momen-momen tersebut, saya menyadari bahwa tindakan memberi dalam keterbatasan hidup mereka bukanlah beban atau kehilangan, melainkan justru sebuah anugerah.
Mereka tidak hanya membagi apa yang mereka punya, tetapi juga berbagi kebahagiaan. Memberi bukanlah menyusutkan sumber kebahagiaan, melainkan mengembangkannya. Mereka tidak hanya menerima keberlimpahan dalam bentuk fisik, tetapi juga menerima kekayaan emosional dan spiritual melalui tindakan memberi.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, pengalaman saya tinggal bersama keluarga mereka mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati dapat ditemukan bahkan dalam keterbatasan, dan memberi merupakan salah satu kunci utama untuk merasakan kebahagiaan tersebut.
Melalui tindakan memberi, mereka yang hidup dalam keterbatasan dapat merasakan sukacita yang mungkin tidak dapat diukur dengan materi atau kekayaan dunia. Sebagai hasilnya, hubungan terjalin dan kebahagiaan yang dirasakan bersama-sama menjadi pelajaran berharga tentang makna sejati kehidupan.
Sebagai kesimpulan akhir, kebahagiaan dalam sukacita sejati tidak hanya berkaitan dengan kepuasan diri sendiri, melainkan dapat ditemukan dalam hubungan tulus dengan orang lain dan melalui tindakan memberi tanpa pamrih.
Kisah Joni dalam sebungkus nasi dan pengalaman di salah satu tempat di Manila menjadi pengingat bahwa kebahagiaan sejati seringkali muncul dari kesederhanaan dan rasa kebersamaan, serta bahwa memberi adalah kunci utama untuk merasakan kebahagiaan yang mendalam.
ADVERTISEMENT