Konten dari Pengguna

Sekelumit Konsep Strukturasi Anthony Giddens

Odemus Bei Witono
Direktur Perkumpulan Strada, Pengamat Pendidikan, Kolumnis, Cerpenis, Kandidat Doktor Filsafat di STF Driyarkara, Jakarta, dan Penggemar Sepak Bola.
10 Mei 2024 17:11 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Odemus Bei Witono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi jawaban atas kompleksitas relasi struktur-aktor pada strukturasi dalam masyarakat, sumber:Pexels.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi jawaban atas kompleksitas relasi struktur-aktor pada strukturasi dalam masyarakat, sumber:Pexels.
ADVERTISEMENT
Perjalanan sosiologi sebagai ilmu yang memahami interaksi sosial dan dinamika struktur masyarakat telah menjadi kisah panjang dan kompleks. Sejak awal keberadaan, sosiologi telah berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain dalam masyarakat terorganisir.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi dalam perjalanan, disiplin ilmu ini telah melalui berbagai gejolak pemikiran dominan yang mencerminkan perubahan dalam paradigma dan pendekatan.
Anthony Giddens, seorang pemikir yang memperoleh pengakuan luas dalam sosiologi kontemporer, muncul sebagai pionir dalam memperkenalkan paradigma baru yang lebih dinamis dan komprehensif.
Dengan mengkritik paradigma lama yang dianggap terlalu kaku dan terbatas, khususnya teori fungsionalisme dan evolusioner yang mendominasi pemikiran pada masanya, Giddens membuka jalan bagi gagasan baru yang mengubah cara kita memahami interaksi sosial: teori strukturasi.
Kritik yang dilontarkan Giddens (1997) terhadap paradigma lama tidak hanya menyoroti keterbatasan konseptual, tetapi juga mengekspos kebutuhan akan pendekatan yang lebih dinamis dan reflektif terhadap realitas sosial.
Dalam pandangan Giddens, teori fungsionalisme dan evolusioner terlalu membatasi dalam menjelaskan kompleksitas interaksi sosial dan dinamika struktur masyarakat. Keterbatasan ini memunculkan kebutuhan akan paradigma yang mengakui interdependensi antara struktur dan tindakan dalam membentuk realitas sosial.
ADVERTISEMENT
Melalui teori strukturasi, Giddens tidak hanya mencoba mengatasi dualisme antara struktur dan tindakan, tetapi juga menekankan pentingnya memahami bagaimana keduanya saling berinteraksi dan membentuk satu sama lain.
Dengan mengusulkan rekonstruksi sintesis yang memadukan elemen-elemen dari berbagai mazhab sosiologi, Giddens menawarkan fondasi kokoh bagi paradigma baru yang lebih dinamis dan kompleks dalam memahami masyarakat modern.
Giddens (1997) mengusulkan sintesis yang memadukan elemen-elemen dari berbagai aliran sosiologi, yang menandai pergeseran paradigmatik dalam kerangka pemikiran sosial.
Dalam kontribusi, Giddens menolak pendekatan konsep dualisme yang mengisolasi struktur dan tindakan, dan mengadvokasi pandangan yang menggambarkan hubungan saling ketergantungan antara keduanya.
Sebagai contoh konkret dari teorinya, ketika individu mengamalkan perilaku yang sesuai dengan norma-norma sosial dalam suatu masyarakat, tindakan tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh norma-norma tersebut sebagai struktur, melainkan juga dapat mempengaruhi proses pemeliharaan atau bahkan perubahan norma-norma tersebut.
ADVERTISEMENT
Sebagai ilustrasi, dalam sebuah konteks sosial yang menghargai kerja keras dan sederhana, individu mungkin secara aktif memilih gaya hidup yang sederhana dan komitmen terhadap kerja keras untuk meraih kesuksesan.
Akan tetapi tindakan individu tersebut juga berpotensi mempengaruhi cara masyarakat memahami dan menilai nilai-nilai terkait, yang pada giliran dapat mempengaruhi konfigurasi keseluruhan dari struktur sosial.
Dalam kerangka teori strukturasi, praktik-praktik sosial menjadi titik sentral dalam pemahaman tentang interaksi sosial dan dinamika struktur sosial.
Giddens menegaskan bahwa praktik-praktik ini tidak sekadar serangkaian tindakan individu, tetapi juga mencerminkan representasi dari struktur sosial. Sebagai contoh, dalam suatu kelompok sosial, adanya norma-norma tertentu mungkin mendorong terbentuknya praktik-praktik seperti kolaborasi atau persaingan antar individu.
ADVERTISEMENT
Praktik-praktik tersebut bukanlah sekadar tindakan individu, melainkan juga refleksi dari dinamika interaksi sosial dan konstruksi struktur sosial yang membentuk norma-norma tersebut.
Dengan demikian, pemahaman tentang praktik-praktik sosial menjadi krusial dalam merumuskan bagaimana struktur sosial tidak hanya dipertahankan, tetapi juga berubah melalui proses interaksi sosial yang terjadi di dalamnya.
Dalam teori strukturasi, hubungan antara struktur dan tindakan dipandang sebagai dialektik saling terkait. Tindakan individu tidak hanya sebagai respons pasif terhadap struktur yang ada, tetapi juga sebagai kontribusi aktif dalam membentuk dan mereproduksi struktur tersebut.
Dengan kata lain, setiap tindakan individu tidak hanya dipengaruhi oleh struktur sosial, tetapi juga memiliki potensi mempengaruhi struktur tersebut melalui interaksi sosial yang terjadi.
Misalnya, ketika individu mengamalkan praktik-praktik tertentu dalam masyarakat, seperti partisipasi dalam organisasi sosial atau pengambilan keputusan kolektif, mereka tidak hanya mengikuti norma-norma yang ada, tetapi juga berkontribusi pada pembentukan dan transformasi struktur sosial tersebut.
ADVERTISEMENT
Menurut Giddens (dalam Herry-Priyono:2002) peran aktor atau agen dalam teori strukturasi menjadi kunci dalam memahami dinamika antara struktur dan tindakan. Mereka bukan hanya sebagai pelaku tindakan, tetapi juga individu yang aktif dalam merencanakan, merasionalkan, dan merefleksikan aktivitas mereka.
Kemampuan aktor merefleksikan tindakan mereka dan mempengaruhi struktur sosial menegaskan bahwa mereka tidak hanya pasif dalam menerima struktur yang ada, tetapi juga memiliki peran aktif dalam membentuknya.
Sebagai contoh, individu dapat secara sadar memilih untuk menolak atau merubah norma-norma sosial yang dianggap tidak sesuai atau tidak adil, yang pada giliran dapat mempengaruhi dinamika struktur sosial dalam masyarakat.
Dalam teori strukturasi, terdapat konsep menarik tentang bagaimana lembaga mengidentifikasi subyek mikro yang secara rutin berkontribusi pada reproduksi tatanan kelembagaan melalui penggunaan aturan dan sumber daya.
ADVERTISEMENT
Dalam analisis Giddens (1993) fokus pada subyek mikro ini mengabaikan tindakan makro, baik yang berasal dari posisi jabatan otoritas maupun dari kemampuan individu untuk berkelompok dalam mempengaruhi aturan dan sumber daya. Konsep ini mengundang refleksi mendalam tentang dinamika antara struktur sosial dan peran individu dalam membentuk realitas kelembagaan yang kompleks.
Sebagai catatan akhir, konsep strukturasi Giddens memberikan kerangka pemahaman yang lebih kompleks dan dinamis tentang masyarakat dan interaksi sosial. Melalui pendekatan ini, orang dapat memahami bagaimana struktur sosial dan tindakan individu tidak hanya saling berinteraksi, tetapi juga saling membentuk dan mereproduksi satu sama lain.
Hal tersebut membuka pintu bagi pemahaman lebih mendalam tentang kompleksitas realitas sosial yang orang hadapi, serta potensi untuk mengubah melalui peran aktif individu dalam membentuk struktur sosial yang ada.
ADVERTISEMENT