Konten dari Pengguna

Sinergi Positif antara Sekolah dan Percetakan, Menumbuhkan Budaya Membaca

Odemus Bei Witono
Direktur Perkumpulan Strada, Pengamat Pendidikan, Kandidat Doktor Filsafat di STF Driyarkara, Jakarta, dan Penggemar Sepak Bola.
23 Oktober 2024 18:39 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Odemus Bei Witono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ketersediaan buku bacaan meningkatkan budaya membaca di kalangan siswa., sumber: Pexels.
zoom-in-whitePerbesar
Ketersediaan buku bacaan meningkatkan budaya membaca di kalangan siswa., sumber: Pexels.
ADVERTISEMENT
Di masa saya bersekolah di tahun 1980 hingga 1990-an, suasana belajar sering kali identik dengan buku-buku umum dan pelajaran rutin yang diajarkan di kelas. Akan tetapi kebanyakan siswa lebih tertarik menghabiskan waktu di tempat-tempat seperti kantin, belakang sekolah, atau pojok-pojok ruangan untuk berbincang-bincang daripada mengunjungi perpustakaan.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut mencerminkan kecenderungan bahwa perpustakaan dianggap kurang menarik, bahkan ketika fasilitas seperti kipas angin atau AC sudah disediakan. Siswa yang memilih “nongkrong” di perpustakaan biasanya dianggap aneh atau tidak mengikuti tren mayoritas, yang lebih memilih aktivitas sosial di luar ruang belajar.
Budaya membaca di kalangan siswa memang perlu ditingkatkan. Sebuah perpustakaan yang sepi menunjukkan bahwa minat siswa terhadap buku masih rendah. Sekolah diharapkan mampu membuat lingkungan "membaca" lebih menarik dan menyenangkan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kreatif berbasis literasi, misalnya melalui program membaca yang dikemas dengan cara-cara relevan dengan minat dan gaya hidup siswa. Membaca seharusnya tidak hanya dianggap sebagai kewajiban, tetapi sebagai aktivitas yang dapat merangsang kreativitas dan imajinasi.
Budaya membaca perlu diperkenalkan di kelas, sumber: Pexels.
Sekolah kreatif dapat melangkah lebih jauh dengan membuat buku-buku sendiri yang relevan dan menarik bagi para siswa. Jika guru-guru di sekolah tersebut memiliki latar belakang kuat dalam literasi dan bahkan menjadi penulis, siswa akan merasa lebih terinspirasi dan termotivasi agar membaca.
ADVERTISEMENT
Buku yang ditulis oleh guru-guru mereka sendiri bisa menjadi sumber kebanggaan, sekaligus menghubungkan teori yang dipelajari di kelas dengan praktik langsung. Langkah-langkah ini tidak hanya akan meningkatkan minat baca, tetapi juga membuat lingkungan pendidikan lebih kaya dan bermakna bagi seluruh komunitas sekolah.
Di era Kurikulum Merdeka, sekolah-sekolah di Indonesia dituntut agar semakin kreatif dalam menyediakan materi pembelajaran yang relevan dan bermakna bagi siswa.
Salah satu upaya penting yang dapat dilakukan adalah menjalin kerja sama lebih erat antara sekolah dan percetakan guna mengembangkan buku-buku pendamping yang melengkapi modul ajar di platform Merdeka Belajar. Meskipun platform tersebut telah menyediakan berbagai modul ajar, kebutuhan akan materi yang lebih kontekstual dan sesuai dengan karakteristik setiap sekolah tetap diperlukan.
Menandatangani MoU dengan salah satu penerbit-pecetakan, yakni Kanisius yang ada di Yogyakarta dengan lembaga pendidikan, sumber: Dok. Strada.
Dengan adanya kedekatan positif antara pihak sekolah dan percetakan, sekolah dapat merancang buku-buku pendamping secara lebih spesifik dan relevan dengan kebutuhan pembelajaran di lapangan. Kerja sama ini dapat dimulai melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) yang mencakup komitmen kedua belah pihak dalam menghasilkan buku berkualitas.
ADVERTISEMENT
Guru-guru di sekolah berperan besar dalam menyusun konten yang sesuai dengan kurikulum, sementara percetakan bertanggung jawab memastikan buku tersebut dicetak dengan baik dan didistribusikan tepat waktu.
Buku-buku pendamping ini tidak hanya menjadi sumber materi tambahan yang penting, tetapi juga menjadi sarana bagi guru dalam memberikan pembelajaran lebih kaya dan beragam. Kolaborasi antara sekolah dan percetakan ini berpotensi menghasilkan materi lebih sesuai dengan budaya, lingkungan, dan kebutuhan lokal masing-masing sekolah, sehingga siswa dapat belajar dengan cara yang lebih kontekstual dan menyeluruh.
Semoga semakin banyak sekolah yang dapat memanfaatkan peluang ini untuk membangun kerja sama yang saling menguntungkan, sehingga dapat menghasilkan buku-buku pendamping berkualitas yang sejalan dengan semangat Kurikulum Merdeka. Kolaborasi ini diharapkan tidak hanya memperkaya materi pembelajaran, tetapi juga mampu meningkatkan minat membaca di kalangan guru dan siswa.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya buku-buku relevan dan menarik, proses pembelajaran menjadi lebih interaktif dan kreatif. Pada akhirnya, diharapkan semangat literasi semakin tumbuh, dan guru serta siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan mandiri sesuai dengan tuntutan pendidikan yang berorientasi pada kemandirian belajar dan perkembangan potensi diri.