Sate Lima Ribu Rupiah: Serupa Cita Rasa yang Membawa Berkah

Distria Salsabila
Communication major from the Muhammadiyah University of Yogyakarta
Konten dari Pengguna
30 November 2022 21:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Distria Salsabila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Rodiah pemilik warung sate lima ribu rupiah. Foto: Distria Salsabila/kumparan.com
zoom-in-whitePerbesar
Rodiah pemilik warung sate lima ribu rupiah. Foto: Distria Salsabila/kumparan.com
ADVERTISEMENT
Yogyakarta - Berawal dari Rodiah (50) yang memahami permasalahan mahasiswa terutama anak kos yang ingin berhemat, sehingga mengetuk pintu hatinya untuk menjual sate dengan harga lima ribu rupiah. Sate ini berlokasi di pinggir jalan belakang kampus 3 Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Jalan Professor Doktor Soepomo, Umbulharjo, Warungboto, Yogyakarta. Faktanya, warung sate sederhana milik Rodiah ini tidak pernah sepi oleh pelanggan yang selalu sabar antre demi membeli beberapa porsi sate miliknya.
ADVERTISEMENT
“Harga sate murah saja mbak, soalnya langganan saya banyak mahasiswa dan anak kos semua jadi beli sate di saya lima ribu tetap bisa,” ujar Rodiah, Rabu (09/11/22).
Sate Rodiah dengan harga lima ribu rupiah. Foto: Distria Salsabila/kumparan.com
Cita rasa yang dihadirkan oleh sate buatan Rodiah ini sangat gurih ditambah rasa manis kecap. Dengan harga mulai dari lima ribu rupiah saja, semua orang bisa menikmati rasa sate seperti di restoran kebanyakan. Rodiah juga tidak pelit mengisi daging ayam di dalam satenya, sebab terlihat dari isi daging sate yang tebal dan banyak.
Perjalanan Rodiah dan suaminya 33 tahun lalu, membawa mereka bermigrasi dari kota asal Madura ke Yogyakarta untuk menetap dan mencari rezeki. Ide berjualan sate sendiri diusulkan oleh suami Rodiah, sehingga pada masa itu usaha sate tersebut hanya dijalani oleh suaminya. Namun, setelah beberapa waktu barulah Rodiah ikut serta membantu sang suami dalam berjualan sate.
ADVERTISEMENT
Omzet yang dihasilkan Rodiah dan suami dalam berjualan sate bisa mencapai lebih dari 20 juta rupiah untuk setiap bulannya. Sedangkan omzet bersih per hari adalah 700 ribu rupiah dengan membawa 1.500 tusuk sate. Keberhasilan lainnya didapatkan oleh Rodiah dan suami hingga bisa membangun warung sate sendiri yang sekarang berlokasi di Gedongkuning.
“Kalau pendapatan per hari bersihnya bisa mencapai 700 ribu tetapi itu sudah sama suami, soalnya suami juga berjualan sate. Berjualan satenya di Gedongkuning. Per hari sate yang saya bawa biasanya 1.500 tusuk tetapi bagi dua sama suami, saya 800 tusuk kalau suami paling 700 tusuk. Bedanya itu kalau saya berjualan di pinggir jalan, kalau suami berjualan di warung kami,” jelas Rodiah.
Warung sate sederhana milik Rodiah berlokasi di pinggir jalan. Foto: Distria Salsabila/kumparan.com
Selama 33 tahun menjalani usaha sate tentu tidaklah mudah bagi Rodiah dan suami. Banyak pesaing dan tantangan yang kerap kali dialami oleh sepasang suami istri ini. Contohnya saat musibah Covid-19 yang mewabah di Indonesia khususnya di kota Yogyakarta pada tahun 2020-2021.
ADVERTISEMENT
Saat itu Rodiah bahkan pernah tidak berjualan sate hingga tiga bulan lamanya akibat imbas dari wabah Covid-19. Sang suami juga memiliki keterbatasan waktu dalam berjualan yang pada saat itu dilakukan jam malam bagi warung-warung oleh petugas keamanan. Imbasnya omzet dari sate milik mereka sempat melemah. Meskipun begitu Rodiah dan suami tetap ulet menjalani usaha sate mereka.
Rodiah juga mengatakan, selain dapat mendirikan warung sendiri, keberhasilan ia dan suami dalam berjualan sate membuat mereka yang awalnya tinggal di rumah sewa sekarang bisa membangun dua rumah milik pribadi, bahkan lima tahun lalu Rodiah dan suaminya telah membeli satu buah mobil. Semua hasil yang mereka dapatkan tentu saja berkat doa, ketekuanan, dan keuletan Rodiah dan suami dalam membangun usaha sate ini dari 33 tahun lalu sampai saat ini.
ADVERTISEMENT