Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Komunitas Baca Inklusif di Jatinangor, Inisiatif Pers Mahasiswa Pena Budaya
17 Juni 2023 10:47 WIB
Tulisan dari Belen Amanda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Apa kabar minat baca di Indonesia?

Data UNESCO menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara dalam kategori minat baca (Literacy rates) dengan presentase 0.001%. Namun sebelum menjelajah lebih jauh, apa sebenarnya minat baca?
ADVERTISEMENT
Minat baca dapat diartikan sebagai ketertarikan atau dorongan kuat untuk membaca dan menggali informasi demi memperluas pengetahuan. Dari definisi kita dapat menyimpulkan berbagai manfaat yang diperoleh dari membaca. Melihat perkembangan teknologi dan informasi yang begitu pesat, melahirkan kebiasaan membaca masyarakat berubah. Masyarakat cenderung membuat dan membaca tulisan pendek dan menerima satu sumber tanpa melewati proses verifikasi dengan mengecek berbagai sumber. Inilah asal muasal provokasi mudah terjadi.
Menyadari hal tersebut, saya bersama Pers Mahasiswa Pena Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran membangun sebuah klub baca inklusif yang bernama Komunitas Semua Baca di Jatinangor. Program ini mengkampanyekan budaya baca satu jam yang bisa dilakukan secara konsisten bersama teman. Lewat gerakan ini, saya bersama Pers Mahasiswa Pena Budaya ingin menyuarakan bahwa untuk membangun minat baca, keberadaan teman baca menjadi faktor pendukung. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan para mahasiswa yang bergabung dalam pertemuan yang diadakan Komunitas Semua Baca pekan lalu.
ADVERTISEMENT
Mereka mengatakan bahwa padatnya kegiatan perkuliahan membuat mereka menjadi tidak bisa mengatur waktu membaca. Dengan adanya Komunitas Semua Baca, mereka bisa secara teratur membaca buku-buku yang mereka punya. Salah satu pembaca juga menegaskan bahwa bertemu dengan orang-orang yang sama-sama membaca membuat kegiatan baca lebih menyenangkan.
Mengaitkan dengan data yang dipublikasikan UNESCO, saya berpendapat bahwa minat baca masyarakat Indonesia tidak serendah yang dinyatakan. Hal ini terbukti dengan pengalaman saya mengajak anak kecil yang sedang bermain bola di sekitar pertemuan Komunitas Semua Baca beberapa hari lalu dan mereka pun segera bergabung. Ketika saya ajak, mereka bertanya "Boleh?" dan "Gratis?". Artinya, wadah dan upaya mengajak menjadi syarat budaya baca tetap langgeng bahkan meningkat.
ADVERTISEMENT
Apalagi data Perpustakaan Nasional (Perpusnas), mengatakan bahwa tingkat kegemaran membaca (TGM) masyarakat Indonesia sebesar 63,9 poin pada 2022. Skor tersebut meningkat 7,4% dibandingkan setahun sebelumnya. Kita hanya perlu menambah wadah dan lebih sering mengajak.
Hal yang justru perlu ditelaah lebih lanjut adalah bacaan seperti apa yang diidealkan oleh dunia sehingga minat baca seseorang bisa dianggap tinggi atau rendah. Pada dasarnya, meskipun masyarakat Indonesia menggunakan gawai lebih sering daripada buku fisik, tak sedikit dari mereka juga menggunakan segala jenis gadget untuk membaca. Artinya, masyarakat Indonesia tetap membaca.
Namun saya yakin, kebutuhkan literasi Indonesia memang perlu dibicarakan lebih jauh, dalam hal filterisasi dan interpretasi informasi. Pemahaman akan informasi tentu dibangun dari kebiasaan membaca berbagai bacaan, tanpa pilih-pilih, dilanjutkan dengan diskusi yang dalam antara satu orang dengan yang lain. Jadi, membaca saja masih belum cukup.
ADVERTISEMENT