Stop Bakar Sampah! Ecobrick sebagai Solusi Sampah Sulit Terurai

Bella Risty Anjani
Saat ini sedang menjalankan pendidikan lanjut sebagai mahasiswa S1 Teknik Sipil, Universitas Diponegoro.
Konten dari Pengguna
8 Februari 2023 13:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bella Risty Anjani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Produksi sampah semakin meningkat seiring berkembangnya industri dan jumlah penduduk. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, volume sampah se-Indonesia mencapai 18,2 juta ton per tahun. Dari jumlah tersebut, diperkirakan 15% dari total sampah yang diproduksi merupakan sampah plastik. Ironisnya hanya 13,2 juta ton sampah per tahun yang dikelola dengan baik. Pembakaran sampah khususnya sampah plastik kerap dijumpai di beberapa wilayah Indonesia sebagai upaya dalam pengelolaan sampah. Sampah plastik yang dibakar menghasilkan dampak buruk tidak hanya bagi lingkungan tetapi juga kesehatan.
ADVERTISEMENT
Dilansir dari hellosehat.com, asap yang berasal dari pembakaran sampah mengandung partikel logam kecil yang dapat menembus langsung paru-paru. Selain itu terdapat juga zat kimia seperti hidrogen klorida, hidrogen sianida, benzene, stiren, arsen, timbal, kromium. benzo(a)pyrene, dioksin, furan, dan PCB yang tentunya tidak seharusnya sebagai konsumsi manusia. Bahan kimia tersebut dapat menempel pada benda di sekitarnya termasuk tanaman yang akan dikonsumsi. Jika bahan kimia tersebut terus dihirup akan menyebabkan batuk, sesak napas, infeksi mata, sakit kepala, dan pusing. Bila terus dibiarkan, kondisi ini dapat meningkatkan risiko penyakit paru-paru, gangguan sistem saraf, serangan jantung, dan beberapa jenis kanker.
Menimbang bahaya yang ditimbulkan dari kebiasaan membakar sampah, Bella Risty Anjani, mahasiswa KKN Tim I Undip 2022/2023, memberikan edukasi mengenai pengelolaan sampah yang jauh lebih baik dilakukan untuk warga Desa Sirnoboyo, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah dengan cara membuat ecobrick. Pasalnya, hampir seluruh warga desa mengelola sampah dengan cara dibakar di pekarangan dekat rumah.
Pemaparan Materi Ecobrick | Sumber: Dokumentasi Pribadi
Pengarahan pengelolaan sampah plastik dipaparkan kepada remaja saat acara posyandu remaja yang bertempat di Dusun Krendetan (21/01/2023) dan ibu-ibu saat pertemuan rutin Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Sirnoboyo di balai desa (27/01/2023). Acara dimulai dengan menjelaskan jenis sampah beserta bahaya dari pengelolaan sampah yang tidak tepat. Kemudian dilanjutkan dengan mendemonstrasikan pembuatan ecobrick sebagai bentuk pengelolaan sampah plastik. Peserta kegiatan diajak membuat ecobrick menggunakan sampah plastik yang telah dikumpulkan.
Edukasi Ecobrick Pada Remaja Desa | Sumber: Dokumentasi Pribadi
Ecobrick merupakan botol plastik yang diisi padat dengan limbah non-biological untuk membuat material yang dapat digunakan kembali. Produk yang dihasilkan dari ecobrick yakni meja, kursi, pot bunga, pembatas taman, dinding, gapura, dan lain-lain. Menurut Global Ecobrick Alliance, berat ecobrick harus berada antara 0,33 sampai 0,7 dari volume botol. Kawan GNFI juga dapat membuat ecobrick sendiri. Adapun langkah-langkah pembuatan ecobrick antara lain:
ADVERTISEMENT
1. Kumpulkan sampah plastik lalu bersihkan dan keringkan.
2. Siapkan botol plastik yang sudah dibersihkan.
3. Padatkan isi sampah plastik dalam botol menggunakan kayu.
4. Ulangi langkah mengisi dan memadatkan sampah plastik hingga botol penuh tidak ada rongga.
5. Tutup kembali botol plastik dengan tutup botol.
6. Ecobrick siap digunakan.
Poster Ecobrick | Sumber: Dokumen Pribadi
Selama kegiatan berlangsung, warga sangat antusias terhadap materi edukasi yang diberikan. Peserta kegiatan dibagi menjadi beberapa kelompok. Para remaja dan ibu-ibu berlomba membuat ecobrick sesuai kriteria pembuatan yang benar. Acara diakhiri dengan membagi poster mengenai ecobrick dilanjutkan dengan foto bersama.
Pembuatan Ecobrick Bersama Ibu-Ibu PKK Desa Sirnoboyo | Sumber: Dokumentasi Pribadi
Adanya edukasi ecobrick sebagai solusi sampah sulit terurai diharapkan membantu mengurai permasalahan pengelolaan sampah yang ada di Desa Sirnoboyo. Remaja sebagai generasi baru di desa bisa bertindak sebagai pelopor untuk mengubah kebiasaan warga dalam pengelolaan sampah yang salah. Tidak hanya itu, ibu-ibu yang tergabung dalam PKK bisa menyelaraskan isi dari 10 program pokok PKK melalui ecobrick sebagai solusi sampah sulit terurai. Harapannya, kegiatan ini dapat dijadikan sebagai langkah awal untuk mengubah kebiasaan warga Desa Sirnoboyo dari membakar sampah menjadi membuat ecobrick sebagai pengelolaan sampah.
ADVERTISEMENT