Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Latihan Meningkatkan Kemampuan Menulis
4 Agustus 2021 6:25 WIB
Tulisan dari Benny Iswardi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Saat kita meminta seseorang untuk menulis, mudah ditebak , sebagian besar akan menjawab, "Saya tidak bisa menulis."
ADVERTISEMENT
Sejak kecil, memang kita hanya diajarkan untuk berbicara. Sangat jarang diajarkan menulis sebuah esai atau tulisan kreatif lainnya. Sehingga membuat literasi menulis kita sangat lemah.
Bagi pejabat fungsional, kemampuan menulis sangat diperlukan. Apalagi bagi jabatan fungsional Analis Kebijakan. Hasil kerja analis kebijakan selalu dalam bentuk karya tulis berupa karya tulis kedinasan dan karya tulis ilmiah. Pada umumnya analis kebijakan sudah terbiasa menulis karya tulis kedinasan. Namun tidak terbiasa menulis karya tulis ilmiah.
Perbedaan karya tulis kedinasan dan karya tulis ilmiah terletak pada cara penyajian. Penyajian karya tulis kedinasan dengan paragraf yang tidak terlalu panjang dan umumnya dalam bentuk poin-poin. Sebaliknya karya tulis ilmiah dalam bentuk paragraf panjang. Tulisan antar paragraf ada keterkaitan dan mengalir.
ADVERTISEMENT
Dengan kondisi seperti itu, menulis karya tulis ilmiah menjadi hal yang mengkhawatirkan dan menakutkan. Di sisi lain, karya tulis ilmiah memiliki angka kredit yang cukup besar. Bila ingin memperoleh capian angka kredit yang besar, maka Analis kebijakan perlu meningkatkan kemampuan menulisnya agar dapat membuat karya tulis ilmiah. Perlu latihan secara rutin untuk meningkatkan kemampuan dasar menulis.
Banyak metode, tips and trick dan teori menulis yang dapat diperoleh dari berbagai referensi. Ada 3 jenis pendekatan menulis yang dapat digunakan untuk berlatih: menulis bebas (free writing), menulis deskripsi (descriptive writing), dan menulis opini (opinion writing).
Menulis bebas (free writing)
Saat berbicara atau bercerita kepada teman, kita akan menyampaikan apa yang ada di pikiran secara otomatis. Mengalir begitu saja dengan lancar. Berbeda dengan menulis, sebagian besar dari kita mengalami kesulitan untuk menuliskan kata-kata yang terlintas di pikiran. Bagaimana agar proses menulis selancar proses bicara?
ADVERTISEMENT
Salah satu metode latihan yang dipakai adalah free writing. Maksud latihan free writing ini adalah melatih kita untuk menuliskan kata-kata yang terlintas di pikiran, layaknya berbicara dengan seorang teman, dan menulis kata-kata selancar bertutur lisan.
Cara latihan free writing, sebenarnya sangat sederhana. Kita hanya menuliskan segala sesuatu yang terlintas di pikiran. Saat menulis kata-kata yang terlintas di pikiran tidak perlu memperdulikan tanda baca, huruf kapital atau aturan tata bahasa lainnya. Selama mentransformasikan kata-kata yang terlintas di pikiran menjadi tulisan, tidak diperkenankan ada jeda sedetik pun atau menghapus kata yang sudah ditulis. Bila ada kata yang salah dan kita berpikir akan menghapus, maka kita tetap menuliskan pikiran yang terlintas tadi, misalnya: "Kata yang baru saja saya ketik salah, dan harus dihapus." Atau jika terlintas didalam pikiran perkataan “Apalagi yang mau ditulis ya, kok tidak ada ide”, maka kita tetap menulis perkataan tadi, "Apalagi yang mau ditulis ya, kok tidak ada ide."
ADVERTISEMENT
Peter Elbow, penulis buku “Writing With Power” (1998), mengingatkan bahwa tujuan dari latihan free writing adalah proses menulisnya bukan hasil. Bisa saja tulisan hasil latihan free writing kualitasnya bagus dan bisa saja kualitas tulisan sangat jelek.
Menulis deskripsi (descriptive writing)
Tujuan dari latihan descriptive writing agar kita dengan mudah dapat menggambarkan seseorang, tempat atau benda, sehingga pembaca dapat membayangkan gambaran dari benda, tenpat atau benda yang kita sampaikan lewat tulisan tadi. Dalam pemberian gambaran itu kita mengandalkan panca indra. Kita dapat menuliskan apa yang kita lihat, kita dengar, kita rasakan dengan mulut, kita cium dan kita rasakan suatu benda dengan indra perasa, misalnya halus dan kasar permukaan benda atau kulit sesorang.
ADVERTISEMENT
Contoh descriptive writing:
"Saya sedang membaca novel misteri pembunuhan. Novel dengan jumlah halaman cukup tebal, 1000 halaman. Terdengar musik dari TV. Suara piano bersahutan dengan suara gitar. Suara piano terdengar lebih dominan. Tercium bau kopi yang sedikit menusuk. Anakku sedang membuat kopi. Hembusan AC terasa sejuk di badan, menambah nyaman untuk membaca. Kulihat jam yang berada di tengah dinding sebelah kanan tempatku membaca. Jam berbentuk bulat dan berwarna putih berdiameter 30 cm."
Menulis opini (opinion writing)
Opinion writing adalah menulis pandangan, pendapat dan pikiran kita terhadap permasalahan atau pertanyaan yang berdasar pada alasan, data dan fakta yang dapat membenarkan sudut pandang kita.
Untuk latihan menulis opini, bisa digunakan dengan permasalahan di sekitar kita, misalnya:
ADVERTISEMENT
Dari pertanyaan-pertanyaan itu kita memberikan pandangan, pendapat dan pikiran kita.
Kita perlu mengingat pesan Peter Elbow, tujuan latihan menulis adalah proses-nya bukan hasil. Dengan latihan ini diharapkan kita jadi terbiasa menulis opini. Kita tidak lagi bingung apa yang mau dibahas. Secara perlahan nantinya akan menambah kepekaan kita melihat permasalahan dan mencari jawab atas permasalahan itu.
Target latihan
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk latihan? Tergantung kebutuhan masing-masing. Yang penting ada target secara konsisten setiap hari, sampai akhirnya tidak ada hambatan bertutur melalui tulisan layaknya berbicara.
Bisa saja target latihan setiap hari dalam bentuk jumlah kata yang ditulis, misalnya 100 kata; hitungan menit, misalnya 10 menit; atau target ditentukan dengan jumlah paragraf yang harus ditulis.
ADVERTISEMENT
Seorang mentor, mantan wartawan media terkenal, dalam kelas menulis menyarankan latihan secara rutin tiap hari selama 2 minggu.
Peter Elbow memberi nasihat untuk proses latihan menulis, “Tulis saja, yakin, tidak usah banyak bertanya, kerjakan. Bukan memikirkan kata-kata mana yang akan digunakan. Jangan memberi perhatian lebih pada bagus atau tidaknya kualitas tulisan yang dibuat atau mengkhawatirkan akan ada kritik dari orang lain. Tulis saja.”