Saatnya mengobarkan Semangat Merah Putih Melawan Covid

Benny Iswardi
ASN, Analis Kebijakan Madya
Konten dari Pengguna
5 Agustus 2021 9:44 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Benny Iswardi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber: dokumen pribadi
zoom-in-whitePerbesar
sumber: dokumen pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejarah bendera putih sebagai kode menyerah sudah berlangsung hampir sama tuanya dengan usia peradaban manusia. Kode itu sudah digunakan oleh Kekaisaran China dari dan Roma (Brendan I. Koerner, slate.com).
ADVERTISEMENT
Pada zaman Dinasti Han yang memerintah tahun 25-220 Masehi, prajurit yang menyerah biasa mengibarkan bendera putih. Bahkan sebagian ahli sejarah meyakini kode itu telah lama digunakan jauh sebelumnya. Sejarawan Cornelius Tacitus mencatat penggunaan bendera putih sebagai tanda menyerah pertama kali digunakan di jaman Kekaisaran Roma pada tahun 69 M. Peristiwanya terjadi saat perang kedua Cremona antara bangsa Vitellia dan Vespasia. Biasanya di jaman itu prajurit akan mengangkat tameng di atas kepala sebagai tanda menyerah.
Pengibaran bendera putih akhirnya diterima secara internasional dan dikodifikasikan dalam Konvensi Den Haag dan Jenewa pada abad ke-19 dan ke-20 (history.com). Dalam kodifikasi itu arti pengibaran bendera putih bukan hanya tanda menyerah, tetapi digunakan juga sebagai tanda memulai gencatan senjata dan tanda bila akan melakukan negosiasi di medan perang. Ada kesepakatan dalam konvensi itu yang melarang prajurit berpura-pura mengibarkan bendera putih putih, agar dapat menyergap tentara musuh.
ADVERTISEMENT
Pengibaran bendera putih bermunculan di Malaysia di awal Juli 2021 (abc.net.au). Banyak warga mengibarkan bendera putih di depan rumah mereka. Warga merasa kalah bertempur melawan covid. Mereka terimbas PHK dan tidak memiliki uang untuk bertahan hidup. Seandainya tidak di-PHK banyak warga harus menerima kenyataan pahit, gaji yang sudah pas-pasan dibayarkan hanya separuh. Bantuan pemerintah dirasa tidak cukup. Kemudian gerakan mengibarkan bendera putih meluas ke ranah media sosial. Warga mengirimkan gambar bendera putih di media sosial. Kibaran bendera putih akhirnya memunculkan rasa solidaritas dari berbagai kalangan di Malaysia membantu mereka yang terdampak covid.
Jauh sebelumnya, Warga Guatemala yang menyerah bertempur melawan covid telah lebih dulu mengibarkan bendera putih. “Guardian” memberitakan pengibaran bendera putih pertama kali terlihat di “Guatemala City” di bulan April 2020. Kemudian gerakan ini meluas ke seluruh negeri.
ADVERTISEMENT
Pengibaran bendera putih dijumpai di Indonesia seiring diberlakukan PPKM oleh pemerintah. Umumnya, pengibar bendera putih dilakukan kalangan pengusaha UMKM yang terimbas usahanya. PPKM membuat penghasilan mereka turun drastis, bahkan ada yang tidak mendapat penghasilan sama sekali. Mereka dengan terpaksa menjual aset usaha untuk bertahan hidup. Berdasarkan survei BPS tahun kemarin, pelaksanaan PSBB berdampak pada penurunan pendapatan bagi 82,29 persen Usaha Menegah Besar (UMB) dan 84,20 persen Usaha Menengah Kecil (UMK), kesulitan keuangan untuk membiayai pegawai dan operasional sekitar 53,17 persen UMB dan 62,21 persen UMK. Dilihat dari lapangan usaha yang terdampak, 3 sektor yang sangat terdampak: akomodasi dan makan minum sebesar 92,47 persen, jasa lainnya 90,90 persen serta transportasi dan pergudangan 90,34 persen.
ADVERTISEMENT
Dari catatan pemberitaan berbagai media, pengibaran bendera putih meluas di berbagai daerah. Bendera putih terlihat di pasar Tanah Abang Jakarta, Medan, Mojokerto, Bandung, Padang, kawasan Malioboro Yogyakarta, Ngawi.
Pertempuran melawan covid memang dahsyat terjadi di seluruh penjuru dunia, sudah cukup lama berlangsung dan tidak ada seorangpun yang tahu kapan berakhir. Dalam pertempuran ini semua warga dunia harus tetap semangat dan membangun solidaritas warga dunia.
Sangat menarik pidato yang disampaikan pidato Presiden Uganda, Kaguta Museveni, kepada warganya untuk berperang melawan covid. Ia mengingatkan, warga jangan mengeluh selama bertempur melawan covid. Ia mengatakan, saat perang tidak ada yang meminta untuk tinggal di rumah, tetapi orang dengan sukarela tinggal di rumah, rela anak tidak bersekolah, tidak memaksa membuka bisnis dan rela kelaparan demi mempertahankan hidup. Ia menambahkan, pertempuran dengan covid sama halnya pertempuran dengan tentara musuh yang terlihat sosoknya.
ADVERTISEMENT
“Ia akan berkembang ketika anda menantangnya. Senang sekali dikonfrontasi. Namun menyerah dalam menghadapi jarak sosial dan fisik kolektif. Ia tunduk pada kebersihan. tidak berdaya ketika anda mengambil takdir anda di tangan anda sendiri dengan menjaganya tetap bersih sesering mungkin,” pesannya.
Menyambut HUT ke-76 RI, kita perlu melihat ke belakang sejenak, Kemerdekaan yang kita raih melalui perjuangan yang sangat panjang. Dengan persenjataan yang seadanya semua bangsa Indonesia memiliki semangat patriotis mengusir penjajah. Dan dengan semangat merah putih kita sebagai bangsa Indonesia mampu mengusir tentara NICA dan Sekutu yang berusaha merebut kembali kemerdekaan RI. Beberapa hari ke depan kita akan memperingati HUT RI, sudah saatnya kita mengobarkan semangat Merah Putih memenangkan pertempuran melawan covid.
ADVERTISEMENT
Pemerintah tidak bisa kita biarkan berjuang sendiri. Kita sebagai bangsa bahu-membahu bertempur melawan musuh kecil ini. Peran yang dapat kita sumbangkan dalam pertempuran ini cukup sederhana, yaitu menerapkan protokol kesehatan bagi diri kita sendiri dan keluarga, mengikuti vaksinasi, menghentikan penyebaran hoax tentang covid dan vaksin dan percaya pemerintah melakukan upaya yang terbaik bagi seluruh warga bangsa. Bagi warga yang mampu diharapkan ikut terlibat dalam menggalang solidaritas warga membantu warga yang membutuhkan.
Selamat HUT ke-76 RI...