2 Korban Bom Bali Berharap Anaknya Banyak Bersyukur

Konten Media Partner
16 Desember 2019 1:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Korban terorisme bom Bali saat menceritakan pengalamannya. (Agung Santoso)
SOLO - Perjalanan hidup korban terorisme tidak mudah menghilangkan trauma meskipun kejadian tersebut sudah berlalu lama. Hal ini dirasakan oleh korban bom Bali bernama Ni Kadek Ardani dan I Nyoman Pasarini. Keduanya menceritakan kalau mereka nyaris tewas dihantam bom bunuh diri ketika kejadian 1 oktober 2005 silam.
ADVERTISEMENT
"Yang paling terlihat yakni trauma ketika saya naik motor. Melihat orang bawa ransel ketika di traficlight. Saya sempat ditegur pengendara lain ketika mundurkan motor. Saya gak peduli meskipun ada antrian," jelas Nyoman Pasirini ketika ditemui Bengawan News usai acara di Solo, Jawa Tengah.
Dia sendiri, waktu kejadian sedang melayani tamu Korea di IS Kafe yang sedang merayakan honeymoon. Sempat dilihatnya, dari beberapa meter dari jarak pandangnya ada orang membawa ransel dan disusul suara takbir. Setelah terjadi lekadan, lalu ia berdiri dan semua gelap, ada anak kecil berlumur darah memanggilnya serta menuntunnya keluar, tapi sesaat itu anak tersbut hilang entah kemana setelah dia sendiri ditolong orang.
"Kisah itu saya ceritakan anak saya. Supaya anak saya mudah bersyukur dan menolong. Waktu kejadian saya masih lajang dan suami saya sekarang adalah pacar saya sesama di Kafe yang juga jadi korban," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Selama ini dia mendapatkan konpensasi dari negara serta beasiswa unuk belajar anak. Hal sama dikatakan Ni Kadek Ardani, dimana dirinya juga mendapat konpensasi untuk membeli dua perahu dan untuk melanjutkan usaha orang tuanya melaut mencari ikan. Dia sendiri masih periksa lengan karena terdapat semacam luka yang terkadang kambuh.
"Waktu itu ada tim kedokteran dari Singapura, kemungkinan didatangkan oleh negara. Mereka ini langsung melakukan operasi badan saya," jelas Ardani.
Saat kejadian, ledakan awal terjadi di salah satu Kafe lainnya, setelah itu disusul dengan ledakan yang terjadi di Kafe tempatnya bekerja hingga dia mengalami luka pada wajah.
(Agung Santoso)