Konten Media Partner

Akademisi Berharap Suksesi di Pura Mangkunegaran Berjalan Damai

4 November 2021 11:29 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Guru besar sejarah UGM, Suhartono saat menjadi pembicara kunci dalam Seminar Memetri Nilai-Nilai Mangkunegaran dalam Tantangan Masa Depan, di Fave Hotel Solo, Rabu (3/11/2021). FOTO: Agung Santoso
zoom-in-whitePerbesar
Guru besar sejarah UGM, Suhartono saat menjadi pembicara kunci dalam Seminar Memetri Nilai-Nilai Mangkunegaran dalam Tantangan Masa Depan, di Fave Hotel Solo, Rabu (3/11/2021). FOTO: Agung Santoso
ADVERTISEMENT
SOLO-Keluarga besar Pura Mangkunegaran hingga saat ini belum menunjukkan tanda-tanda akan mengumumkan pengganti Mangkunegara IX yang wafat pada Agustus lalu. Sedangkan di luar tembok istana justru muncul berbagai spekulasi mengenai pewaris takhta Mangkunegaran.
ADVERTISEMENT
Guru besar sejarah dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Suhartono Wiryopranoto berharap penunjukan pewaris takhta di Pura Mangkunegaran tidak menyisakan perpecahan. Menurutnya terdapat nilai-nilai utama yang harus dipertahankan oleh para pemangku adat.
Menurutnya, penunjukkan penerus takhta secara damai dan terhindar dari perpecahan menjadi tanggung jawab para pemegang kendali di dalam Pura Mangkunegaran.
"Tentu mereka adalah para pemegang adat," kata Suhartono Wiryopranoto dalam sebuah seminar yang digelar di Solo, Rabu (03/11/2021).
Dia mengakui saat ini terdapat beberapa nama yang memiliki peluang untuk menyandang gelar Mangkunegara X. Mereka adalah kedua putra Mangkunegara IX, yaitu GPH Paundrakarna Jiwa Suryanegara dan GPH Bhre Cakrahutomtomo Wira Sudjiwo.
Belakangan, muncul juga nama KRMH Roy Rahajasa Yamin yang merupakan salah satu cucu Mangkunegara VIII. "Ini merupakan alternatif ketiga," kata dia.
ADVERTISEMENT
Dia berharap kerabat inti Pura Mangkunegaran bisa menetapkan pilihan tanpa menyisakan perpecahan dan konflik.
Dalam kegiatan yang sama, ahli sejarah asal Universitas Sebelas Maret (UNS) Susanto meyakini bahwa suksesi di Pura Mangkunegaran akan berjalan secara adem ayem. Sebab, posisi Mangkunegaran pada saat ini jauh berbeda dengan pada era sebelum kemerdekaan.
"Sekarang tidak ada lagi kekuasaan yang diperebutkan," kata Susanto dalam seminar tersebut. Selain itu, aset Mangkunegaran juga sudah jauh berkurang jika dibandingkan dengan masa lalu.
(Agung Santoso)