Konten Media Partner

Bus Kota Low Deck Ramah Difabel Diuji Coba di Solo

11 Januari 2022 18:31 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bus kota low deck ramah difabel yang diuji coba Dishub Kota Solo. FOTO: Dok Dishub
zoom-in-whitePerbesar
Bus kota low deck ramah difabel yang diuji coba Dishub Kota Solo. FOTO: Dok Dishub
ADVERTISEMENT
SOLO - Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Solo menguji coba bus low deck di sejumlah ruas jalan Kota Solo, Selasa (11/01).
ADVERTISEMENT
Uji coba itu berkaitan dengan rencana operasional bus kota ramah difabel di Koridor 1 Batik Solo Trans (BST).
Kepala Dishub Solo, Hari Prihatno, mengungkapkan jika bus tersebut rencananya diuji coba selama sebulan di rute Koridor 1 BST. Yakni Terminal Palur-Terminal Kartasura via Bandara Adi Soemarmo PP.
Uji coba bus low deck tersebut dimaksudkan untuk menjaring masukan dari berbagai pemangku kepentingan terkait. Tidak terkecuali penyandang disabilitas yang menjadi sasaran utama operasional bus itu.
"Tadi sudah ada beberapa evaluasi, seperti jalur naik kursi roda yang perlu diubah menjadi elektrik. Saat ini masih manual,” jelas Hari.
Selain itu Dishub juga menilai perlunya penambahan seat bagi pengguna kursi roda.
“Saat ini di dalam bus baru tersedia 1 seat untuk pengguna kursi roda.”
ADVERTISEMENT
Ia berharap, uji coba sebulan ke depan mampu mendapatkan lebih banyak masukan untuk menyempurnakan operasional bus ramah difabel tersebut.
“Sebab nantinya di 6 koridor BST akan dijalankan bus khusus penumpang difabel ini. Model bus low deck monocoque ini sepertinya juga baru pertama di Indonesia dan Solo kebetulan jadi lokasi uji coba untuk memfasilitasi penyandang disabilitas,” urai Hari.
Dishub juga akan melaporkan hasil uji coba itu kepada Kementerian Perhubungan (Kemenhub), untuk dijadikan bahan evaluasi menentukan kebijakan operasional bus ramah difabel di seluruh koridor BST.
Sementara itu perwakilan Tim Advokasi Difabel (TAD) Kota Solo, Hermin Yuni Astuti mengaku, bus low deck tersebut cukup mengakomodasi kebutuhan kaum difabel.
“Sudah lumayan. Meskipun masih ada beberapa masukan dari kami, seperti pada jalur masuk naik turun dan putar balik kursi roda, karena tidak rata," katanya.
ADVERTISEMENT
Di luar itu, lanjutnya, bus berkapasitas 20 seat dan 5 penumpang berdiri itu cukup nyaman dinaiki penyandang disabilitas.
“Ada running text dan pengeras suara yang menginformasikan penunjuk jalur. Jadi cukup ramah untuk penyandang tuna netra dan tuna rungu,” jelas Hermin.
(Fernando Fitusia)