Di Tengah Pandemi, Sepatu Merek Aerostreet ini Malah Moncer

Konten Media Partner
21 Desember 2020 21:33 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konsumen menunjukkan sepatu pilihannya di gerai Aerostreet, Klaten.
zoom-in-whitePerbesar
Konsumen menunjukkan sepatu pilihannya di gerai Aerostreet, Klaten.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
KLATEN-Lesunya ekonomi akibat pandemi COVID-19 membuat Aditya Caesarico pusing. Bisnis sepatunya yang berada di Klaten, Jawa Tengah, berantakan. Dia merupakan pemilik pabrik sepatu dengan merek lokal Aerostreet.
ADVERTISEMENT
Bisnis yang digelutinya cukup lumayan saat wabah belum melanda. Dalam sehari pabriknya mampu memproduksi 6 ribu pasang sepatu. Mereka fokus membuat sepatu untuk anak sekolah. "Di awal pandemi omzet kami tinggal tersisa 5-10 persen," kata Aditya di pabriknya, Senin (21/12).
Selain lesunya ekonomi, pembelajaran jarak jauh yang diterapkan di dunia pendidikan semakin merontokkan bisnisnya. Padahal, dia harus menghidupi para karyawannya yang berjumlah 1.400 orang. Saat itu dia menjalankan bisnisnya melalui penjualan konvensional.
Situasi yang menghimpit membuatnya harus memeras ide. Penjualan konvensional yang selama ini digunakan akhirnya diubah. Dia lebih serius memasarkan sepatunya secara online. Model sepatu yang diproduksi juga disesuaikan dengan selera anak muda.
Lambat laun, upayanya itu membuahkan hasil. Omzet penjualan kembali merangkak naik. Hingga menuju akhir tahun, produksi sepatunya justru telah jauh meningkat dibanding saat sebelum pandemi. "Produksinya bisa mencapai 9 ribu pasang sepatu per hari," katanya.
Aditya, pemilik pabrik sepatu Aerostreet menunjukkan salah satu hasil produksinya
Model sepatu anak muda yang dikembangkannya sangat membantu mendongkrak omzet. Salah satunya adalah model Aerostreet Tiger 2D Cartoon yang memiliki warna-warna cerah. Saat diluncurkan, misalnya, nyaris 3 ribu pasang sepatu laku dijual hanya dalam waktu 30 menit.
ADVERTISEMENT
"Saat ini kami memproduksi ulang model tersebut," katanya. Alasannya, permintaan pasar sangat tinggi. Dia mampu menawarkan harga hingga di bawah Rp 100 ribu untuk sepasang sepatunya lantaran menggunakan bahan-bahan lokal.
(Agung Santoso)