Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Diskusikan Membangun Tanpa Radikalisme, Separatisme dan Rasisme
22 September 2019 12:53 WIB

ADVERTISEMENT
SOLO - Kajadian kekerasan dan perusakan di Papua justru dibaliknya dinilai masalah sentimen politik. Hal ini dikatakan Teri Iba selaku Koordinator Mahasiswa Papua di Soloraya dalam dialog publik "Membangun Persatuan Tanpa Radikalisme, Separatisme dan Rasisme".
ADVERTISEMENT
"Disana ada provokasi teman-teman yang punya pemikiran Pancasila dan Indonesia. Kejadian lalu masalah orang yang ingin kedudukan di pemerintah gagal dan tidak punya kesempatan di pemerintah," jelasnya.
Hidup sebagai orang rantau dari Papua dan tinggal di wilayah Soloraya, wajib untuk saling menghormati satu sama lain. Selain itu juga harus menghargai serta menjunjung tinggi nilai-nilai lokal yang berlaku dan berkembang di masyarakat tempat tinggal.
Dalam kesempatan yang sama, Muhamad Mashuri, Ketua PCNU Kota Surakarta berprinsip untuk saling adil dan berimbang yang dikedepankan warga NU.
"Menjadi landasan utama dalam perihal berbangsa dan bernegara. Adil dalam berpikir, adil dalam bertutur kata, dan adil dalam perbuatan serta tindakan," jelasnya.
Dia menyadari banyak perkara dan konflik ini yang harus dipelajari. Seperti konflik Palestina yang dinilai politis justru berkembang di Indonesia karena masalah agama. Awod Umar Ketua Eks Brigade Hizbullah mengatakan, Surakarta harus menjalin komunikasi antar suku ketika bersantai ditempat publik.
ADVERTISEMENT
" Kita tidak perlu berkotak-kotak. Seperti nongkrong bareng di wedangan justru bisa menyelesaikan masalah," ujarnya.
Asisten Walikota Bidang Kemasyarakatan dan SDM Kota Solo, Tamso mengatakan, saat ini pemerintah berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan pelayanan yang terbaik serta senyaman mungkin bagi warga masyarakat yang ada di wilayah Surakarta. Berbagai upaya dan cara dilakukan melalui program-program yang dilakukan oleh pemerintah untuk menjaga persatuan masyarakat yang ada di Solo.
"Hal ini untuk terhindar dari penyakit-penyakit radikalisme, rasisme dan separatisme, dengan mencoba berdialog dengan elemen-elemen penting tiap agama, berdiskusi dengan unsur, tokoh masyarakat, dan tokoh agama yang ada dalam rangka menjaga kedaulatan dan persatuan bangsa Indonesia, " jelasnya.
(Agung Santoso)