Gaya Gibran Tinggalkan Mobil Dinas Saat Marah Disebut Mirip Tradisi Raja Jawa

Konten Media Partner
12 November 2021 19:21 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengamat komunikasi politik UNS Sri Hastjarjo.
zoom-in-whitePerbesar
Pengamat komunikasi politik UNS Sri Hastjarjo.
ADVERTISEMENT
SOLO-Pakar komunikasi politik asal Universitas Sebelas Maret (UNS) Sri Hastjarjo menyebut gaya Gibran Rakabuming yang sering meninggalkan mobil dinasnya saat marah kental dengan budaya Jawa.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, cara tersebut sering digunakan oleh para raja di Kerajaan Jawa di masa lampau meski dalam bentuk yang berbeda.
"Dia menyampaikan suatu ide atau gagasan dalam bentuk simbol," kata Sri Hastjarjo saat ditemui, Jum'at (12/11/2021).
Simbol tersebut diberikan dalam bentuk meninggalkan mobil dinas di tempat-tempat yang sedang bermasalah.
Menurutnya, Gibran memberikan pesan bahwa dia hadir dan memberi perhatian terhadap masalah yang sedang terjadi di tempat dia meninggalkan mobilnya.
Apalagi, saat ini Gibran sudah empat kali melakukan hal yang sama, yaitu meninggalkan mobil dinasnya di tempat yang bermasalah. Hal itu membuat simbol yang ditunjukkan menjadi terlihat lebih kuat.
"Jadi penggunaan simbol untuk mewakili kehadiran pemimpin sebenarnya dalam tradisi jawa sudah lama," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Pada masa lalu, penguasa di Kerajaan Jawa biasa memberikan keris kepada orang yang dipercaya untuk menyelesaikan suatu masalah di sebuah daerah.
Keberadaan keris itu dianggap mewakili kehadiran raja sehingga pembawanya juga diperlakukan seperti layaknya seorang raja.
Pada Selasa lalu (09/11), Wali Kota Solo Gibran Rakabuming tiba-tiba meninggalkan mobil dinasnya di sebuah SD di kawasan Nusukan. Hal itu dilakukan lantaran dia kesal saat melihat guru dan murid di SD itu tidak mengenakan masker.
Sebelumnya, Gibran juga sudah beberapa kali meninggalkan mobil dinasnya di tempat-tempat bermasalah, salah satunya adalah kantor kelurahan yang sedang terjadi kasus pungli.
(Agung Santoso)