Gusti Moeng Kaitkan Kematian Kebo Bule dengan Kondisi Internal Keraton Solo

Konten Media Partner
23 Juli 2022 19:31 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penyemprotan disinfektan kandang kebo bule di Alun-alun Kidul Keraton Solo. FOTO: Agung Santoso
zoom-in-whitePerbesar
Penyemprotan disinfektan kandang kebo bule di Alun-alun Kidul Keraton Solo. FOTO: Agung Santoso
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
SOLO - Matinya kebo bule keturunan Kiai Slamet milik Keraton Solo akibat Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), dinilai Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Solo, GKR Wandansari tak terlepas dari dinamika internal keraton saat ini.
ADVERTISEMENT
Wandansari yang akrab disapa Gusti Moeng ini menganggap, kematian kerbau betina bernama Apon tersebut menjadi sebuah peringatan bagi Keraton Solo.
“Ini menunjukkan situasi internal keraton sekarang. Meninggalnya Apon juga membuat kawula yang mengabdi kepada keraton saat ini bingung, dengan keadaan Keraton Surakarta saat ini,” katanya, Sabtu (23/07/2022).
Sebagai kerabat Keraton Solo dan putri PB XII, Gusti Moeng mengaku mendengar banyak rumor yang membuat situasi internal Keraton Solo tidak kondusif.
“Semoga dengan ini (kematian kebo bule), semua kembali kepada aturan yang benar. Bisa selamat semua, terutama keraton seutuhnya,” harapnya.
Kematian kebo bule dan PMK yang menyerang kerbau lainnya, disebut Gusti Moeng berpotensi meniadakan lagi kirab kerbau dalam peringatan Malam 1 Sura.
Proses pemakaman kebo bule di Alun-alun Kidul Keraton Solo, Kamis (21/07/2022). FOTO: Fernando Fitusia
“Seingat saya, tahun kemarin tidak ada kirab karena pandemi. Kali ini mungkin ini belum diizinkan (mengadakan kirab) lagi, karena kondisi kerbaunya seperti ini.”
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Gusti Moeng mengaku belum dilibatkan dalam pembahasan prosesi peringatan Malam 1 Sura pada pekan depan.
“Tetapi sebagai salah seorang yang memiliki wewenang, saya tidak mengizinkan kebo bule diikutkan kirab kalau sakit. Saya memegang kerbau ini sejak 1992, saat tinggal sepasang saja. Lalu berkembang menjadi 6 ekor dan bertambah banyak,” tandasnya.
(Agung Santoso)