Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Kecanduan Game Online, Pasien Anak di RS Jiwa Solo Meningkat
22 Oktober 2019 2:09 WIB
ADVERTISEMENT
SOLO - Pasien anak kecanduan game online tercatat di Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Dr Arif Zainudin, Solo, Jawa Tengah, akhir-akhir ini semakin meningkat. Hal ini disampaikan oleh Kepala Instalasi Kesehatan Jiwa Anak Remaja, RSJD Solo, dr. Aliyah Himawati, saat ditemui Bengawan News, Senin (21/10).
ADVERTISEMENT
"Rata-rata hampir setiap hari ada pasien anak yang datang. Kalau dulu mungkin hanya seminggu sekali ada pasien. Sebenarnya kejadian seperti ini sudah ada sejak 3 tahun lalu tapi jumlahnya sedikit," jelas dr. Aliyah Himawati.
Sejak beberapa bulan terakhir, jumlah pasien anak mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada tahun ajaran baru lalu. Sekitar 3 hingga 5 pasien yang datang dalam kondisi berbeda. Gejala yang sering muncul biasanya malas belajar, sehingga analisa yang di dapat yaitu kecanduan game.
"Kondisinya berbeda-beda, ada yang ringan hingga berat. Bahkan ada yang memukul orang tuanya. Pikirannya hanya bahasa-bahasa di game," jelasnya lagi.
Selain rawat jalan, terdapat 2 pasien siswa (SMP) yang saat ini menjalani rawat inap. Sedangkan, pasien termuda berusia 10 tahun (SD). Penanganannya disesuaikan dengan gejala yang muncul.
ADVERTISEMENT
"Karena tidak semua anak itu gejalanya sama. Gangguan yang muncul kita atasi dulu, yang pertama ke arah gangguan emosi. Salah satunya dengan pemberian obat atau farmako terapi selama 2 minggu dan kemudian ditambah dengan terapi perilaku," paparnya.
Dengan farmako terapi pada seminggu pertama, maka kondisi akan lebih stabil. Kemudian, dilanjutkan dengan terapi perilaku. Butuh waktu 6 minggu untuk memulihkan anak agar tidak kecanduan game. Pasien rawat jalan akan dievaluasi setiap 2 minggu. Mereka juga diberikan kontrak kegiatan selama rawat jalan.
"Mereka awalnya memang tidak mau mengakui kecanduan game tapi dengan terapi yang diberikan mereka bisa diberikan pemahaman jika mereka kecanduan game," tutupnya.
(Agung Santoso)