Konten Media Partner

Kidung Wahyu Kalaseba Karya Budayawan Sukoharjo

20 Januari 2020 18:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Sri Narendra Kalaseba, pencipta lagu Kidung Wahyu Kalaseba. (Agung Santoso)
zoom-in-whitePerbesar
Sri Narendra Kalaseba, pencipta lagu Kidung Wahyu Kalaseba. (Agung Santoso)
SUKOHARJO - Berikut penggalan lirik dari Kidung Wahyu Kalaseba (KWK).
ADVERTISEMENT
'Rumekso ingsun laku nisto ngoyo woro. Kelawan mekak howo, howo kang dur angkoro. Senajan setan gentayangan tansah gawe rubedo. Hinggo pupusing jaman'
Lirik ini sering dilantunkan berbagai acara dari pengajian hingga acara budaya. Kali ini Bengawan News menemui penciptaya setelah banyak warga menganggap lagu ini dari Sunan Kalijogo. Perjalanan dari Kota Solo hampir 2 jam, akhirnya bisa bertemu dan bincang-bincang.
"Lagu atau lirik ini saya ciptakan tahun 2012 silam. Saat itu saya masih berusia 23," jelas pencipta lagu ini bernama Sri Narendra Kalaseba (SNK).
Pencipta ini ketika ditemui Bengawan News kalau dirumahnya kawasan Dukuh Karangwuni, Desa Karangwuni, Kecamatan Weru, Sukoharjo. Dengan penampilan sederhana hanya mengenakan sarung serta barbaju rapi mengenakan peci. Dia mengatakan kalau lagu ini banyak di klaim netizen dan masyarakat bahwa lagu ini di ciptakan Sunan Kalijogo.
ADVERTISEMENT
"KWK di launching pada Juli 2014 di Taman Budaya Solo (TBS). Waktu itu yang melaunching Mas Andi Zate dan Mas Mamank Zhe, keduanya seniman. Saya waktu itu tidak bisa hadir karena sibuk,’’ jelas budayawan SNK.
Perjalanan waktu, dirinya mendapat komentar dari netizen dan masyarakat baik secara langsung maupun di media sosial kalau itu lagu sunan. Awalnya dia tidak mempermasalahkan, akan tetapi dia berpedoman dan masukan dari guru spiritual diminta diluruskan. Menurutnya, dia tidak mencari populiritas dan menjadi artis karena selama ini dia tidak mau.
"Saya hanya meluruskan kalau itu karya saya dan semua ini, saya tidak ingin populer maupun jadi artis. Kalau ada yang salah maka harus diluruskan. Kalau kita biarkan salah maka sejarah akan salah dan saya ikut salah, " jelasnya.
ADVERTISEMENT
Pria yang juga pengusaha batik ini tidak menuntut bagi yang menganggap bukan lagunya serta tidak mempermasalahlam jika masuk berbagai genre musik. KWK ini berisi tentang manusia dengan bahasa Jawa lama dan memasukkan bahasa modern supaya mudah diterima. Selanjutnya dia menceritakan karya ini dibuat sejak tahun 2004 sampai 2012, dimana dia akan melanjutkan KWK jilid 2.
KWK bergenre kidung yang di dalamnya mengandung unsur filosofi, theology, human interest, dan syairnya tidak lekang dimakan jaman. Bila diresapi dengan seksama, KWK sangat sakral namun bukan mistis. Dia mencipta KWK terinspirasi oleh ajaran Walisongo, serta mempelajarinya pada belasan kitab kuno, yang dimiliki leluhurnya. Belum lagi dia menyukai dan mempelajari sastra Jawa Kuno sehingga tidak heran karyanya selevel pujangga.
ADVERTISEMENT
"Tidak akan pernah menggelar konser. Saya sering menolak pihak-pihak yang mengundang saya untuk membawakan KWK secara live pada berbagai acara, " jelasnya.
Menanggapi banyaknya pihak yang menyanyikan KWK dengan versi pop, karawitan, dangdut, hingga koplo, SNK menanggapinya dengan santai. Menurutnya KWK itu obat, syair KWK memang sulit dipahami karena berasal dari bahasa Jawa Kuno. Meski begitu, banyak penikmat KWK yang merasa merinding setiap mendengarkan KWK diputar.
‘’Rumekso ingsun, laku nisto ngoyoworo. Bahasanya memang sulit dipahami. Itu menunjukkan bahwa KWK ini tidak sembarangan. Saya suka mendengarnya berkali-kali dan tidak pernah bosan. Bahasa sebagus ini, kok bisa ya, diciptakan oleh budayawan jaman now? tapi buktinya memang ada, luar biasa untuk SNK ’’ puji Syamsul warga Jetis, Sukoharjo, fans KWK.
ADVERTISEMENT
(Agung Santoso)