Kisah Melya, Bocah di Solo yang Tiap Hari Antar Ayahnya yang Tunanetra Mengamen

Konten Media Partner
9 Agustus 2021 21:18 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Melya dan Sony Wardana mengamen di sebuah pasar di Kota Solo.
zoom-in-whitePerbesar
Melya dan Sony Wardana mengamen di sebuah pasar di Kota Solo.
ADVERTISEMENT
SOLO-Melya, bocah yang tinggal di Kelurahan Kadipiro, Kota Solo ini mungkin tidak seberuntung anak-anak lain di lingkungannya. Di usianya yang masih 9 tahun dia kehilangan banyak waktu untuk bermain.
ADVERTISEMENT
Setiap hari, anak kelas 3 Sekolah Dasar itu harus menuntun ayahnya yang tunanetra berkeliling untuk mengamen. Tidak jarang perjalanannya menempuh jarak yang cukup jauh.
Mereka sering berjalan berkeliling kampung hingga ke Pasar Gede yang berjarak lebih dari 10 kilometer dari rumah mereka. Perjalanan selalu dimulai sejak pagi hari.
Menurut ayahnya, Sony Wardana (41) mengatakan dia terpaksa mengajak Melya untuk menuntunnya saat mengamen.
"Setiap hari berangkat dari jam 03.00 WIB. Rutenya kadang ke Pasar Legi, terkadang hingga Pasar Gede," kata Sony, Senin (09/08/2021).
Sony beralasan sudah tidak memiliki orang lain di dunia ini. Pengamen itu sudah lama berpisah dengan istrinya yang pergi dengan meninggalkan hutang yang cukup besar. Terpaksa, hanya Melya yang bisa menuntunnya saat harus mencari uang dengan cara mengamen.
ADVERTISEMENT
Uang yang dikumpulkan itu digunakan untuk membiayai kehidupan sehari-hari, termasuk membayar uang rumah kontrakannya yang berada di RT 05/RW 02, Kadipiro, Banjarsari.
Dia juga harus memiliki uang tambahan untuk biaya les anaknya. Hal itu dilakukan lantaran Sony tidak bisa mengajari anaknya mata pelajaran sekolah. Meski hidup di tengah keterbatasan, Melya masih terus mengikuti sekolahnya yang digelar secara daring.
Sony sadar, aktivitasnya yang melibatkan anaknya dalam kegiatan mengamen seharusnya tidak boleh dilakukan. Namun dia tidak punya pilihan. "Seharusnya dia belajar dan bermain. Tapi mau bagaimana lagi," katanya.
Apalagi, tidak jarang anaknya menerima perisakan dari anak-anak sebaya di lingkungan rumahnya. "Pernah juga dikucilkan oleh kawan-kawannya," katanya. Namun, Sony hanya bisa mengajak anaknya untuk bersabar.
ADVERTISEMENT
(Fernando Fitusia)