Kisah Parmin, Guru SD yang Datangi Rumah Anak Didiknya di Kaki Gunung Merbabu

Konten Media Partner
27 Oktober 2020 18:37 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Minimnya akses internet di Desa Senden, Boyolali membuat Parmin, guru dari SD, turun langsung mendatangi rumah anak didiknya di kaki Gunung Merapi dan Merbabu
zoom-in-whitePerbesar
Minimnya akses internet di Desa Senden, Boyolali membuat Parmin, guru dari SD, turun langsung mendatangi rumah anak didiknya di kaki Gunung Merapi dan Merbabu
ADVERTISEMENT
BOYOLALI - Minimnya akses internet di Desa Senden, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali membuat Parmin (58), salah seorang guru dari SDN Senden, Selo, turun langsung mendatangi rumah-rumah anak didiknya untuk memberikan pengajaran di masa pandemi.
ADVERTISEMENT
Namun perjuangan Parmin untuk memberikan pengajaran kepada anak-anak didiknya itu tidaklah mudah. Parmin harus menempuh jarak sekitar 20 km setiap harinya. Melewati tanjakan, turunan, serta jalanan sempit yang terletak di kaki Gunung Merapi dan Gunung Merbabu, Selo, Boyolali. 
"SDN Senden itu ditutup pada bulan Maret. Hari Kamis masuk terakhir, lalu hari Jumat ditutup. Kemudian hari Sabtu, saya mencari murid saya. Saya cari rumahnya di mana, kemudian langsung saya buat kelompok belajar," jelasnya, Selasa (27/10).
Parmin menerangkan bahwa alasan dirinya ingin menempuh jarak sekitar 20 km dari rumah setiap harinya adalah karena sejalan dengan arah mengantar istrinya yang berjualan di Pasar Cepogo. Selain itu, pembelajaran lewat tatap muka dirasanya dapat mendidik karakter anak menjadi lebih menurut dibandingkan dengan pembelajaran lewat daring. 
ADVERTISEMENT
"Kenapa saya memilih mengajar di sini, karena istri saya jualan di Cepogo. Jadi setiap pagi kan bareng sama saya berangkatnya, lalu pulang nanti saya jemput. Kemudian kalau tatap muka seperti ini kan, saya bisa langsung mengamati pekerjaan anak. Saya bisa mendidik karakter anak itu menjadi anak yang menurut dan tambah dewasa. Kepandaian memang nomor satu, tetapi karakter juga diutamakan agar nurut sama orang tua," terangnya. 
Parmin (58) mengantar murid-muridnya menuju tempat pembelajaran di masing-masing dukuh di Desa Selo
Sudah selama kurang lebih 7 bulan mengajar dengan mendatangi para anak didiknya ke rumah-rumah. Parmin mengungkapkan bahwa selama adanya pandemi COVID-19 belum pernah ada bantuan uang, handphone maupun wifi dari pemerintah. 
"Saya mengajar sudah selama 7 bulan itu ya tidak mendapatkan anggaran dari sekolah. Dari mana-mana juga tidak dapat, ya itu inisiatif saya sendiri, bensin saya juga beli sendiri," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Setiap harinya Parmin harus memberikan pengajaran kepada anak didiknya selama setengah jam dengan berpindah-pindah ke-7 dukuh yang ada di Kabupaten Boyolali dengan menggunakan sepeda motor. 
Parmin (58) mendatangi murid-muridnya SDN Senden, Selo, Boyolali untuk belajar
"Berhubung dukuhnya ada 7, setiap hari saya  mulai dari jam 07.30 sampai jam 12.00 WIB. Kemudian setiap pertemuan setengah jam pindah-pindah. Untuk mengajarnya sendiri saya sebenarnya mengajar untuk kelas 4. Namun kalau ada dari kelas lain yang mau gabung saya persilakan," imbuhnya.
Di akhir kesempatan, Parmin berharap agar pandemi di Indonesia ini segera cepat berakhir dan anak-anak dapat bertatap muka secara langsung dengan gurunya. 
"Harapan saya supaya pandemi di Indonesia ini cepat berakhir. Anak-anak semuanya di seluruh Indonesia bisa bertatap muka. Seperti saya ini dengan langsung sehingga anak itu dapat belajar dengan tekun, dengan semangat, dan guru bisa mendidik karakter anak," pungkasnya. (Fernando Fitusia)
Parmin (58) mendatangi murid-muridnya SDN Senden, Selo, Boyolali untuk belajar