Mangkunegara IX Wafat, Siapa Berhak Menjadi Penerus Takhta?

Konten Media Partner
14 Agustus 2021 20:06 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
KGPAA Mangkunegara IX. (FOTO: IG @puromangkunegaran)
zoom-in-whitePerbesar
KGPAA Mangkunegara IX. (FOTO: IG @puromangkunegaran)
ADVERTISEMENT
SOLO-Keluarga besar Pura Mangkunegaran saat ini tengah berduka dengan wafatnya KGPAA Mangkunegara IX. Mereka belum membahas mengenai pengganti takhta penguasa Mangkunegaran.
ADVERTISEMENT
Menurut peneliti sejarah Kota Solo, Heri Priyatmoko, persoalan pengganti Mangkunegara IX penuh dengan ketidakpastian. Sebab, tidak ada pola baku dalam proses suksesi di Pura Mangkunegaran yang merupakan peninggalan dari Mataram Islam itu.
"Penerus tidak harus dari anak kandung," kata Heri Priyatmoko, Sabtu (14/08/2021). Hal itu berkaca dari pengalaman suksesi sejak istana itu berdiri.
Dia merinci, Mangkunegara I digantikan oleh Mangkunegara II yang merupakan cucunya. Begitu pula Mangkunegara III merupakan cucu dari Mangkunegara II.
Setelah Mangkunegara III wafat, dia digantikan oleh menantunya yang bertakhta sebagai Mangkunegara IV. Baru kemudian Mangkunegara IV digantikan oleh anaknya yang bertakhta sebagai Mangkunegara V.
Selanjutnya, Mangkunegara V yang wafat saat berburu di Wonogiri digantikan oleh adiknya yang bertakhta sebagai Mangkunegara VI. Beberapa waktu setelah bertakhta, Mangkunegara VI mengundurkan diri dan digantikan oleh keponakannya yang bertakhta sebagai Mangkunegara VII.
ADVERTISEMENT
"Setelah itu selanjutnya Mangkunegara VII digantikan oleh anaknya sebagai Mangkunegara VIII," kata Heri. Mangkunegara IX yang kini wafat juga merupakan anak dari Mangkunegara VIII.
"Dari sejarah itu menunjukkan bahwa tidak ada pola baku mengenai pergantian kepemimpinan di Mangkunegaran," kata pengajar di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta itu.
Meski demikian, berdasarkan bukti sejarah, pergantian kekuasaan di Mangkunegaran selalu berlangsung dengan damai tanpa ada konflik. Menurut Heri, hal itu menunjukkan bahwa pergantian kekuasaan berlangsung dengan demokratis dan mengutamakan rembugan atau mufakat.
"Padahal Mangkunegaran termasuk kerajaan yang kaya raya, memiliki pabrik gula, perkebunan dan komoditas ekspor pada masanya," kata Heri.
Dia juga meyakini proses penunjukkan Mangkunegara X nantinya juga akan berlangsung dengan damai dan mengutamakan mufakat.
ADVERTISEMENT
"Mangkunegara I sudah cukup banyak meninggalkan kitab yang berisi ajaran kebaikan yang selama ini masih dipegang kuat oleh keluarga," katanya.
Mangkunegara IX wafat dengan meninggalkan seorang istri dan empat anak yang terdiri dari 2 putra dan 2 putri. Putra pertamanya, GPH Paundrakarna Sukmaputra Jiwanegara merupakan hasil pernikahannya dengan Sukmawati yang kini sudah bercerai.
Sedangkan putra bungsunya, GPH Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo merupakan hasil pernikahannya dengan Gusti Putri Mangkunegara IX yang saat ini telah diangkat sebagai permaisuri.
(Tara Wahyu)