Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Mangkunegara X Pilih Corolla DX Peninggalan Sang Ayah sebagai Kendaraan Dinas
12 Januari 2023 18:50 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
SOLO - Ada yang berbeda dari Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara X saat bertemu dengan Wali Kota Solo , Gibran Rakabuming Raka, di Balai Kota Solo, Kamis (12/01/2023). Pasalnya KGPAA terlihat mengendarai Toyota Corolla DX tahun 1980-an merah dengan plat AD 10 MN yang merupakan peninggalan Mangkunegara IX.
ADVERTISEMENT
"Itu peninggalan bapak, itu ada nilai seni mentalnya. Terlebih karena itu peninggalan dari almarhum bapak. Tentu ini merupakan kenang-kenangan yang besar dan penting bagi saya sebagai anak beliau. Dari tahun 1980-an lebih, ya saya sebagai anak, peninggalan bapak, saya urus dengan baik. Bisa kita lestarikan, kita gunakan terus. Mobil dinas boleh, mobil sehari-hari juga bisa tapi tergantung jarak juga. Kalau jaraknya jauh tentu resikonya juga tinggi," ungkapnya, Kamis (12/01/2023).
KGPAA Mangkunegara X atau yang akrab disapa Gusti Bhre menyebut, mobil tersebut kondisinya masih orisinal dari pabrik. Hanya dipergunakan di sekitar Solo, mulai dari Karanganyar hingga Tawangmangu.
"Itu saya pakai dari kecil juga dengan almarhum romo. Kalau untuk perbaikan sudah pernah sekali perbaikan besar. Karena waktu itu mobil tua banyak yang harus diperbaiki supaya segar lagi. Sekarang sudah segar, Alhamdulillah tapi tetap harus dipelihara," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Mobil Corolla DX tersebut diakuinya memiliki banyak kenangan terutama saat berlibur ke Tawangmangu.
"Dulu kita menginap di Tawangmangu sering dengan romo mengendarai Corolla DX. Kalau jalan-jalan dalam kota, kadang-kadang saja tidak terlalu sering. Banyak kenangan kekeluargaan," bebernya.
Bahkan Gusti Bhre mengatakan tak akan menjual mobil tersebut meski ada yang menawar.
"Kalau ada yang nawar, tidak (dikasih) berat itu. Karena kenangannya banyak, perjalanannya sudah banyak juga,” pungkasnya.
(Fernando Fitusia)