Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
28 Ramadhan 1446 HJumat, 28 Februari 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

ADVERTISEMENT
SOLO - Hanya bertempatkan warung sederhana untuk berjualan, angkringan Warsinem (60) diburu pembeli sejak pagi. Ternyata, pengunjung rela mengantre sejak pagi hanya untuk membeli es teh manis miliknya. Setelah viral di sosial media, warung milik Warsinem yang berada di depan Puskesmas Purwodingratan itu diserbu pengunjung.
ADVERTISEMENT
Antrean itu tidak hanya terlihat di pagi hari saja, saat tim Bengawan News berkunjung ke warung tersebut di siang hari hanya untuk membeli es teh manis, antrean para pembeli sudah mengular. Ternyata, angkringan tersebut sudah berdiri sejak tahun 1993.
"Dulu awalnya yang jual saya sama almarhum suami, saya buka pagi suami buka sore. Buka dari jam 08.00 WIB pagi tutup biasanya jam 6 sore, tapi ya sehabisnya," ungkap Warsinem, Selasa (17/12) sore.
Dari tampilan warungnya memang terlihat biasa, lalu apa yang membuat es teh tersebut bisa menjadi viral?, ternyata es teh yang dijual Warsinem, pembeli bisa mendapatkan es yang cukup banyak, dengan es batu yang banyak dan tentunya dengan harga terjangkau, yaitu Rp 2.500.
ADVERTISEMENT
Yang membuat berbeda es teh tersebut dengan yang lain ternyata hanya pada teh yang dibuat Warsinem. Teh yang dijual memang dibuat sangat kental dan tidak ditambah air putih lagi seperti di warung-warung yang lainnya.
"Mungkin karena teh yang kami jual tehnya masih kental, setelah buat langsung disajikan buat es teh atau es kampul," ujarnya.
Saking larisnya, Warsinem tidak dapat memperkirakan berapa bungkus teh yang telah dihabiskan dalam sehari. Namun yang pasti Warsinem membuat teh menggunakan jimbeng atau panci besar. Setiap membuat teh untuk ukuran satu jimbeng, Warsinem membutuhkan 10 bungkus teh.
"Berapa kali rebus air enggak di hitung, kalau habis buat lagi gitu," ungkapnya.
Air yang digunakan untuk membuat teh, ungkap Warsinem hanya menggunakan air di Kelurahan Purwodiningratan. Kadang ia juga membeli air untuk membuat teh.
ADVERTISEMENT
(Tara Wahyu)