Pelajar SMA di Solo Produksi Film untuk Dongkrak Wisata Daerah

Konten Media Partner
29 Januari 2020 0:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Myra Suraryo, Senior Vice President Marketing dalam acara di Bengawan Solo Park, bersama Sekretaris Dinas Pariwisata Kota Solo, Budi Sartono dan Produser film, Edo Sitanggang. (Agung Santoso)
zoom-in-whitePerbesar
Myra Suraryo, Senior Vice President Marketing dalam acara di Bengawan Solo Park, bersama Sekretaris Dinas Pariwisata Kota Solo, Budi Sartono dan Produser film, Edo Sitanggang. (Agung Santoso)
ADVERTISEMENT
SOLO - 40 siswa SMA di Kota Solo memproduksi film menggunakan platform Viu Shorts. Hal tersebut sebagai upaya untuk mendongkrak wisata daerah Kota Solo. Setidaknya ini disampaikan oleh Myra Suraryo, Senior Vice President Marketing dalam acara di Bengawan Solo Park, Selasa (28/1).
ADVERTISEMENT
"Pengembangan film Indonesia, Viu Shorts Musim Kedua juga didukung oleh Pemerintah Daerah di 20 kota, beserta Komunitas Film," jelasnya.
Pemerintah Daerah Kota Solo saat ini sedang fokus pengembangan minat dan bakat dari talenta muda usia SMA dalam membuat karya film pendek atas kecintaan mitos lokal. Untuk itu, pihaknya melibatkan siswa sekolah di Kota Solo dari pembuatan, produksi hingga hasilnya dalam film pendek.
"Dengan hasilnya kita tayangkan di platfom Viu Short via streaming bersama film Asia, Eropa hingga dunia. Nantinya mereka ini kita ikutkan festival serta mendapatkan beasiswa belajar," jelasnya.
Dia mengatakan, musim pertama hasil pelajar diikutkan ajang Asian Academy Creative Awards 2019. Salah satu film pendek hasil Viu Short Maumere-Mui Mai terpilih menjadi Best Of Short Form Content dari Indonesia. Kali ini produksi film pendek di Kota Solo yakni Limo Wustho atau 5 ciri pria sukses dengan tradisi Jawa.
ADVERTISEMENT
Talenta para pemuda usia SMA dalam pembuatan karya film pendek akan digelar di 20 kota sejak Agustus 2019 hingga Maret 2020. Edo Sitanggang, salah satu Produser dari Yayasan Tumbuh Sinema Rakyat mengatakan kalau siswa di Solo mengikuti workshop singkat dan pemahamam tentang film. Ada puluhan judul yang akhirnya memilih judul Limo Wusto tersebut karena ada kombinasi pemahaman segmen luar negeri dan bisa mengangkat budaya lokal.
"Di Indonesia ini banyak provinsi, di dalam ada adat istiadat serta suku, setiap desa punya ribuan cerita. Nah, ada potensi perfilman di Indonesia cukup bagus ketika mengangkat budaya. Ribuan ide tidak akan habis dalam memfilmkan," jelasnya.
Secara terpisah, Triharjono, selaku Ketua Persatuan Film Kota Solo justru mendukung atas program Viu Shorts. Dengan demikian sebagai bentuk memberi edukasi generasi muda agar lebih mengenal tentang produksi film secara profesional.
ADVERTISEMENT
"Dengan perfilman ini diharapkan potensi wisata dan budaya kearifan lokal di Kota Solo diangkat. Kita beri kemudahan untuk mengakses budaya di Kota Solo. Solo ini seribu cerita karena setiap bangunan, nama wilayah, hingga pasar punya asal usul atau ada sejarahnya yang menarik," jelas Sekretaris Dinas Pariwisata Kota Solo, Budi Sartono.
(Agung Santoso)