Pengalaman Warga Solo Gunakan Kompor Listrik: Tak Bisa Dipakai Masak Buru-buru

Konten Media Partner
23 September 2022 13:19 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga Kelurahan Mojo, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo memasak menggunakan kompor listrik di rumahnya. FOTO: Fernando Fitusia
zoom-in-whitePerbesar
Warga Kelurahan Mojo, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo memasak menggunakan kompor listrik di rumahnya. FOTO: Fernando Fitusia
ADVERTISEMENT
SOLO - Sebanyak 174 warga terdampak penataan (WTP) lahan HP 0001 di Kelurahan Mojo, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo telah mendapatkan kompor listrik dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sejak 3 bulan lalu.
ADVERTISEMENT
Hal ini sesuai dengan program pemerintah terkait konversi tabung gas elpiji 3 kg ke kompor listrik bagi masyarakat miskin guna menekan impor gas elpiji 3 kg. Di mana Solo menjadi salah satu pilot project lokasi konversi yang ditetapkan pemerintah.
Namun seiring berjalannya waktu, beberapa kendala masih dialami warga yang menggunakan kompor tersebut.
“Kalau masaknya santai nggak apa-apa, tapi kalau untuk masakan yang buru-buru nggak bisa. Misalnya memasak untuk bekal anak sekolah, karena harus nunggu (kompor) panas dulu,” tutur warga RT 02/RW 03 Kelurahan Mojo, Supriyani (42).
Penggunaan kompor listrik juga harus didukung peralatan masak yang memadai. Meskipun Supriyani mengaku sudah mendapatkan 1 wajan dan 1 panci, ia menganggap jika peralatan masaknya kurang komplet.
ADVERTISEMENT
“Peralatannya harus stainless semua. Wajannya harus khusus kompor listrik.”
Supriyani mengatakan, saat awal menggunakan kompor tersebut daya listrik sebesar 900 watt di rumahnya tak mencukupi.
“Sekitar sebulan sering jeglek (mati listrik), apalagi kalau dihidupkan bareng magic com dan pompa air. Tapi sekarang sudah di-setting PLN, jadi tidak masalah,” tuturnya.
Warga lain, Retno Mardi Ningsih juga mengalami kendala seputar alat masak.
“Kalau pakai kompor gas, semua (alat masak) bisa dipakai. Kalau pakai kompor listrik, harus khusus. Panci setelah dipakai masak air lalu dipakai masak sayur, sayurnya nggak enak,” katanya.
Untuk mengakalinya, Retno mengaku masih menggunakan gas elpiji 3 kg saat memasak air.
“Pakai gas cuma untuk masak air saja. Kalau masak sayur sudah pakai kompor listrik,” kata dia.
ADVERTISEMENT
Meski demikian Retno menilai, penggunaan kompor listrik relatif lebih aman bagi anak dibanding kompor gas. “Kalau kita menaruh plastik di samping kompor, juga tidak terbakar,” bebernya.
Kompor listrik digunakan warga Kelurahan Mojo, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo. FOTO: Fernando Fitusia
Lurah Mojo, Nurochman,, menyebut data penerima kompor listrik tersebut sudah disurvei PLN bersama LPPM UNS Solo.
“Jadi data awal memang campuran. Ada Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS), ada data di luar itu. Dalam perkembangannya, ada seleksi penerima. Terakhir dari hasil survei sekitar 121 penerima, lalu ada tambahan sehingga sekarang jadi 174 penerima,” urai dia.
Sejauh ini, belum ada laporan ke kelurahan terkait persoalan pemakaian kompor listrik tersebut.
“Tapi karena ini proses konversi, pasti ada konsekuensinya. Memang ada plus minusnya. Kami sebagai pelaksana juga tidak bisa mengkritisi sebuah kebijakan,” jelas Nurochman.
ADVERTISEMENT
(Fernando Fitusia)